DrFarel (1) Jurnal Reumatologi
DrFarel (1) Jurnal Reumatologi
DrFarel (1) Jurnal Reumatologi
dr. Farel
Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Syiah Kuala/ RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2016
1
Pendahuluan
2
Tujuan Penelitian
3
Material dan metode
4
5
Material dan metode
Kriteria Eksklusi:
• memiliki lesi di kulit yang dapat mempengaruhi penilaian
nyeri neuropati
• kelainan ginjal dan hepar
• kelainan tiroid
• diabetes mellitus
• kehamilan
• sedang mengkonsumsi obat neuroprotektif, beta bloker,
antihipertensi, vitamin B12, steroid
6
Material dan metode
Kriteria Eksklusi:
• anemia
• gagal jantung
• aritmia
• thrombosis
• Pericarditis dan nefritis
• paraneoplastik neuropati
• alcoholism dan perokok
7
Material dan metode
Penilaian CAN:
• Penilaian disfungsi fungsi otonom CV parasimpatetik
• Penilaian disfungsi fungsi otonom CV simpatetik
8
Material dan metode
Penilaian disfungsi parasimpatetik :
• Respon denyut jantung pada saat tarikan napas dalam (HRD:
heart rate response to deep breathing)
• Respon denyut jantung pada saat berdiri (HRS; heart rate
response to standing)
• Respon denyut jantung terhadap Valsava (HRV; heart rate
reponse to Valsava);
9
Material dan metode
Penilaian disfungsi simpatetik :
• BP response to standing (BPS)
• BP response to handgrip (BPH)
10
Material dan metode
Analisis statistik
• Analisis korelasi Spearman digunakan untuk mengevaluasi
korelasi antara variable dan indeks penyakit CAN
• Dikatakan signifikan jika p value mencapai angka 0.5 ke
bawah
• Analisis statistic menggunakan Sigmastat 3.5 untuk Windows
7.0.
11
20 sampel PsA
dan 20 sampel
non-PsA
Penilaian fungsi
otonon CV
Penilaian fungsi sebelum terapi
otonom post DMARD
terapi DMARD
12 minggu
Analisa statistik
Alur penelitian
12
Hasil
13
Hasil
14
Hasil
15
Diskusi
• Diagnosis dini dan terapi neuropati otonom sangatlah penting
• Pasien PsA beresiko tinggi untuk mengalami mortalitas dan
morbiditas, terlebih lagi apabila gejala klinis CAN muncul atau
dialami. (Boulton dkk. 2005)
• Disfungsi parasimpatetik merupakan disfungsi otonom yang lebih
sering dialami pada pasien RA dan AS. (Stojanovich dkk.2007;
Borman dkk 2008; Syngle dkk 2013)
• DMARD biologis lebih baik dibandingkan sintetis(Syngle dkk,2014)
16
diskusi...
17
diskusi...
• Perbaikan tersebut dapat dipengaruhi oleh proses inhibisi
yang dimediasi sitokin proinflamasi dan efek imnuologis dari
DMARD sintetis
• Metotreksat menunjukkan penurunan sekresi IL1 dan IL6.
(Barrera dkk 1996).
• Sulfasalazin juga menunjukkan efek anti inflamasi dan
imunomodulator melalui penghambatan produksi TNF alfa,
IL1, dan IL6. (Smedegard dan Bjork, 1995).
18
diskusi...
• Derajat keparahan (DAS-28 dan DAPSA) dan marker inflamasi
(ESR dan CRP) memiliki korelasi dengan variable CAN baik
pada sebelum maupun sesudah terapi DMARD
• Pada pasien AS terdapat korelasi positif antara disfungsi
parasimpatetik dengan aktivitas penyakit dan marker
inflamasi (ESR dan CRP) (Toussirot dkk, 1999).
• Keterbatasan studi: sampel terlalu sedikit & hanya terfokus
pada dua marker yaitu ESR dan CRP
19
Kesimpulan
20
21