SEL
Kelompok 1:
Dosen pengampuh :
Nukleus
• Strukturnya bulat atau oval terletak di tengah
sel
• Pusat pengaturan sel
• Berisi bahan genetik sel (DNA).
Sitoplasma
• Mengandung sejumlah struktur yang sangat
teratur, terbungkus membran (organel sel)
cairan mirip gel
• Terdiri dari air, protein, lemak, ion, dan
glukosa
Jenis sel
Sel epitel : Jaringan epitel juga berfungsi sebagai
sawar pelindung dan medium bagi absorpsi dan
sekresi.
Atropi.
Hipertrofi
Metaplasia
Adaptasi Selular Terhadap
Jejas Sel
A. Atrofi
B. Hipertrofi
Pengerutan ukuran sel, dengan berkurangnya substansi sel.
Penyebab Atrofi antara lain : Penambahan/peningkatan ukuran sel dan
• Berkurangnya beban kerja menyebabkan penambahan ukuran organ
Penyebab hipertrofi:
• Berkurangnya suplai darah
• meningkatnya fungsi oleh karena kenaikan beban
• Hilangnya persyarafan dan adanya stimulasi hormon bukan pada cairan
• Kurangnya nutrisi sel.
• Hilangnya rangsangan endokrin
• Penuaan
C. Hiperplasia
Peningkatan jumlah sel didalam jaringan atau organ
Hiperplasia dibagi jadi 2 : D. Metaplasia
perubahan sel dari satu subtipe ke
• Fisiologik:
subtipe lainnya
terjadi setiap bulan pada sel endometrium Mekanisme metaplasia terjadi akibat
uterus selama stadium folikular pada siklus pemrograman ulang
menstruasi (elizabeth, 2009) (reprogramming) sel-sel induk yang
1) Hormonal diketahui terdapat di jaringan
2) Kompensatoris normal, atau sel-sel mesenkim yang
• Patologik : belum berdiferensiasi yang terdapat
di jaringan ikat
terjadi akibat perangsangan hormon yang berlebihan.
Patofisiologi Sistem Sel
A. Jejas Sel
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan
Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati
bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. (elizabeth, 2009)
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu :
o jejas reversible (degenerasi sel)
Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak
ditiadakan
o jejas irreversible (kematian sel)
jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat
kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. (Sylvia, 2002)
Penyebab Jejas Sel
Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. 1) Iskemia (kehilangan pasokan darah) b. Faktor fisik
2) Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Trauma
Misalnya pneumonia. Tenaga Listrik
3) Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan Suhu Tinggi
karbon monooksida. Radiasi
Tenaga Listrik
– Tergantung pada tingkat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan,
terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit,
sel-sel otot skelet tungkai akan mengecil ukurannya (atrofi). Penyusutan
massa sel ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan
perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan
menyebabkan jejas atau kematian sel
c. Bahan Kimia Dan Obat-Obatan d. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang
berdampak terjadinya perubahan pada dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat
beberapa fungsi vital sel, seperti reaksi imun dan perandangan yang muncul
permeabilitas selaput, homeostasis sebagai respon terhadap mikroorganisme.
osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor.
g. Ketidakseimbangan nutrisi
defisiensi nutrisi masih merupakan penyebab utama jejas sel. Insufisiensi ( ketidakcukupan) kalori
protein pada masyarakat yang serba kekurangan merupakan contoh nyata, defisiensi vitamin tertentu
sering terjadi. Nutrisi yang berlebihan juga merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas.
Misalnya obesitas jelas meningkatkan resiko DM 2.
(Robbins & Cotran, 2010)
Mekanisme Umum Jejas Sel
a. Deplesi ATP
Deplesi ATP dan berkurangnya
sintesis ATP sering ditemukan
pada jejas hipoksia dan kimia
(toksik).
b. Deprivasi Oksigen/Pembentukan
spesies oksigen reaktif
c. Hilangnya homeostatis kalsium
Apoptosis • adalah jalur kematian sel yang diinduksi oleh suatu program
intrasel yang dikontrol ketat, yaitu sel-sel yang ditakdirkan
untuk mati mengaktifkan enxim-enzim yang menguraikan DNA
( kematian sel nukelus serta protein nucleus dn sitoplasma sel itu sendiri.
terprogram)
Apoptosis dibagi 2 jalur utama yaitu : intrinsik (Mitochondrial pathway) dan eksekusi(Death receptor).
• Glioma • Karinoma
sel kanker sel sel glia (penunjang)
disitem saraf pusat. kanker jaringan epitel , termasuk sel sel kulit, testis,
ovarium, kelenjar pengsekresi mucus, sel pensekresi
• Karsinoma in situ melanin, payudara, serviks, kolon ,rectum, lambung,
pancreas , esophagus
istilah yang digunakan untuk menjelaskan
sel epitel abnormal yang masih terbatas
didaerah tertentu sehingga masih dianggap
lesi prainvasif.
TEORI KERIGONESIS GAMBARAN KLINIS
• Pembentukan kanker adalah suatu Beberapa gejala klinis umum yang biasanya
proses bertingkat yang terjadi biasanya diperliahatkan oleh sebagaian besar pengidap kanker
memerlukan waktu beberapa decade. adalah sebagai berikut:
• Langakh pertama dalam karsinogenesis 1. Kakeksia
diduga adalah mutasi DNA suatau sel 2. Anemia
selama replikasi DNA.
3. Keletihan sering terjadi akibat nutrisi yang buruk
• Poin terpenting adalah kegagalan
dalam mendeteksi atau mengoreksi
kesalahan DNA adalah langkah awal
terjadinya proses sel menjadi
karsinogenik. .(Elizabeth, 2009)
PENCEGAHAN KANKER
Imunitas Humoral (Humoral Immunity) Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun
spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum
darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma.
Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri
serta menetralisasi toksinnya. Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibody
Sel limfosit B pembelah :menghasilkan sel limfosit B dalam jumlah banyak dan cepat
Dilaksanakan oleh antibodi atau imunoglobin
Imunitas Seluler (Celullar Immunity) Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular.
Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya
terjadi di kele Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri
intraselularnjar timus. Limfosit T, terdiferensiasi menjadi :
a). Sel limfosit T sitotoksik/Killer T cells : menyerang sel tubuh yang terinfeksi patogen.
b). Sel limfosit T penolong/Helper T Cells : mengatur sistem imun dan mengontrol kualitas
sistem imun.
c). Sel limfosit T supresor/Supressor T Cells : mengurangi respon imun jika infeksi berhasil
diatasi.
JENIS-JENIS SISTEM IMUN
– Aktif
Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen
Macamnya :
a). Alami : bila terserang antigen.
b). Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan.
– Pasif
Diperoleh dari luar tubuh
Macamnya :
Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya.
Buatan : bila menyuntikan serum, antibisa, immunoglobin lainnya dari darah orang yang telah
kebal. Hanya bertahan beberapa minggu.
Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
– Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan
sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret
tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-lain).
– Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di
dalam tubuh kita.
– Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang
masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke
dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah
netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada
suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan
limfosit T.
– Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi
limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit
sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk
mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka.
– Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah
mengidentifikasi keberadaan mereka. Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke
dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa
mereka dan memberikan respons.
– Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang
mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang
diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok
protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu
menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi. (Silvia.2002)
Disfungsi Sistem Imun
TIMUS
Yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat di mudigah, berfungsi menghasilkan
limfosit T dan merupakan tempat diferensiasi awal limfosit T.
Mediator Peradangan
Mediator dibebaskan atau dibentuk selama respon imun untuk
mengoordinasikan dan mengatur aktivitas sel-sel imun sehingga respon fisiologis
atau sitotoksik dihasilkan. Kaskade komplemen terdiri dari protein plasma yang
diaktifkan oleh pembentukan kompleks imun (antigen-antibodi) atau dipicu oleh
protein permukaan mikroba tertentu.
ANTIGEN
– Zat asing yang dapat memicu respons imun yang disebut antigen, atau
imunogen. Antigenisitas (imunogenisitas) mengisyaratkan bahwa zat tersebut
memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun
adaptif
– Respons imun terhadap suatu antigen dapat bergantung pada rute masuknya
antigen (benda asing) tersebut
RESPON IMUNS
– Peran utama sistem imun adalah membedakan diri sendiri (self) dari asing
(nonself) dan melenyapkan zat asing. Untuk mengenali dan kemudian
mengeliminasi antigen asing, jaringan kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan
faktor biologis spesifik diperlukan.
STRUKTUR DAN FUNGSI ANTIBODI
– MIASTENIA GRAVIS
Miastenia gravis merupakan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya
penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-
otot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10-20 kali lebih
lama dari normal).
Patofisiologi : dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya
kerusakan pada transmisi implus saraf menuju sel-sel otot karena kehilamgan
kemapaun atau hilangnya reseptor normal membtan postsinap pada sambungan
neuromuskular.
DISTROFI MUSKULAR
DEUCHENNE
– Distrofi muskular deuchenne adalah suatu oenyakit otot herediter yang
disebabkan oleh mutasi genetik pada gen dystropin yang diturunkan secara x-
linked resesif mengakibatkan kemerosotan dan hilangnya kekuatan otot secara
progresif.
– Etiologi : pada distropi muskular deuchnne terjadi muatsi gen dystropin pada
kromosom X berupa delesi, duplikasi dan muatsi titik sehingga tidak
dihasilkannya protein dystropin atau terjadi defisiensi dan kelainan struktur
dystropin.
TERIMAKASIH