Anda di halaman 1dari 23

ACUTE VIRAL ENCEPHALITIS

CITRA TANOTO
PEMBIMBING: DR. ANYELIRIA SUTANTO, SP.S
PENDAHULUAN
• Encephalitis merupakan sindrom dengan karakteristik terganggunya status mental dengan
kombinasi demam akut, kejang, defisit neurologis, pleocytosis CSF, abnormalitas
neuroimaging dan electroencephalographic (EEG).
• Encephalitis disebabkan oleh banyak hal, namun umumnya karena virus neutrotropic.
EPIDEMIOLOGI
• Setiap tahun di United States, sekitar 7 pasien per 100,000 populasi dirawat di rumah
sakit karena encephalitis.
• Encephalitis paling banyak disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV). Selain itu juga
disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV), enterovirus dan arbovirus.
• HSV encephalitis  terjadi pada semua usia, tidak ada karakteristik musiman atau pola
geografis.
• Arbovirus encephalitis musiman, insidensi bervariasi sesuai wilayah geografis, refleksi
ekologi dari transmisi arboviral.
HOST FACTOR
• Faktor yang mempengaruhi kerentanan terhadap encephalitis masih sulit dimengerti.
• Age-related menurunkan innate dan adaptive immunity menurunkan ekspresi reseptor
toll-like (TLRs) dan retinoic acid-inducible gene 1 (RIG-I)-like reseptor, penurunan fungsi
fagosit dan penurunan natural killer dan aktivitas sitotoksik sel T kontribusi kerentanan
pada orang dewasa.
• Penurunan signal interferon tipe I pada anak  berhubungan dengan kerentanan pada
virus La Crosse.
CLINICAL PROFILES
• History taking  musim saat pasien mulai sakit, lokasi geografis, riwayat berpergian dan
paparan, kontak dengan hewan, kesehatan orang-orang sekitar, kontak dengan orang sakit,
kasus encephalitis di daerah tersebut.
• Data pasien  pekerjaan, hobi, aktivitas rekreasi, diet, praktek seksual, penggunaan obat, dan
status kesehatan (vaksin, kondisi medis, medikasi, kemungkinan immunosupresi karena human
immunodeficiency virus [HIV]).
• Pemeriksaan fisik dan neurologis.
• Adanya exanthem or enanthem  membantu identifikasi beberapa bentuk viral
encephalitis namun tidak spesifik.
CLINICAL PROFILES
• Encephalitis pada orang dewasa  terdapat abnormalitas di lobus temporal pada MRI.
• Demam, gastrointestinal symptoms, lowe incidences of ataxia, rash, psychosis.
• Gejala neurologis (tidak terjadi pada semua jenis encephalitis)  gangguan kesadaran,
confusion, aphasia, halusinasi, gangguan pergerakan.
• Pada MRI bisa ditemukan pendarahan, pelebaran dan penyempitan.
CLINICAL PROFILES
• HSV encephalitis dikarakteristikan oleh pleocytosis CSF yang lebih jelas dan lebih sering
abnormalitas fokal pada EEG dan neuroimaging.
• Studi retrospektif dari pasien encephalitis telah menggunakan kelompok karakteristik klinis
dan MRI untuk membangun profil penyakit "focal" dan ”generalized” profil penyakit.
• Profil focal tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan daerah otak tertentu.
• Profil generalized  disfungsi serebral difus, termasuk edema serebral difus, kejang umum,
dan psikosis.
• Pendekatan ini dapat membantu memprioritaskan pengujian dan evaluasi diagnostik untuk
virus tertentu atau menunjukkan penyebab nonviral.
DIAGNOSTIC STRATEGIES
• Polymerase-chain-reaction (PCR) dan Reverse-transcriptase PCR (RT-PCR) dari spesimen CSF  HSV-1, HSV-2,VZV,
enterovirus dan human parechoviruses (pada anak di bawah 3 tahun).
• Tes serologis dari spesimen serum dan spesimen CSF  esensial evaluasi diagnostik untuk arboviruses.
• Tes serologis CSF IgM  diagnosis arboviruses,VZV, EBV, measles virus, mumps virus, rubella virus, rabies virus.
• Viral PCR atau RT-PCR spesimen dari tenggorokan dan nasofaring  diagnosis infeksi adenoviral, influenza atau measles.
• Tes saliva  diagnosis mumps atau rabies.
• Tes sediaan feses  diagnosis infeksi eneteroviral.
• Next-generation sequencing  menyaring host sequences dan identifikasi pathogen sequences yang berpotensial.
• Terdapat peningkatan level proinflamatori sitokin dan kemokin pada CSF di pasien encephalitis.
TREATMENT
• Pemantauan intensif dan perawatan suportif  memastikan oksigenasi, airway protection, circulatory support, dan
pengobatan pireksia, aritmia jantung, dan ketidakstabilan otonom.
• Pemantauan dan terapi pada efek dari inflamasi otak  pembengkakan otak, peningkatan tekanan intracranial dan
kejang fokal atau generalisasi.
• Infectious Diseases Society of America (IDSA) guidelines  hanya menggunakan acyclovir untuk pengobatan HSV
encephalitis. Dan merekomendasikan terapi empiris acyclovir pada pasien suspek encephalitis.
• British guidelines  merekomendasikan terapi empiris acyclovir.
• IDSA guidelines dan British guidelines  ganciclovir atau foscarnet untuk encephalitis yang berhubungan dengna CMV
dan HHV-6.
• Terapi awal acyclovir pada orang dewasa dengan HSV encephalitis  menggunakan regimen acyclovir selama 10 hari terapi
intravena (10 mg per kilogram berat badan setiap 8 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal).
• Untuk mencegah risiko berulang, pengobatan dapat diperpanjang menjadi 14 – 21 hari.
TREATMENT
• Baik dosis tinggi acyclovir (15 mg/kg setiap 8 jam) pada orang dewasa maupun terapi
jangka panjang valacyclovir (2 mg, 3x1 selama 90 hari) meningkatkan outcomes pada
orang dewasa.
• Pada anak-anak (usia 3 bulan – 12 tahun) dengan HSV encephalitis direkomendasikan
dosis tinggi acyclovir (20 mg/kg setiap 8 jam selama 21 hari).
• Immunomodulatory agents digunakan sebagai tambahan untuk obat antivirus atau
sebagai monoterapi ketika tidak ada agen antimikroba efektif yang tersedia.Yang paling
banyak digunakan adalah glukokorticoid namun belum pasti manfaatnya.
PREVENTION
• Tidak adanya pengobatan yang terbukti manjur untuk sebagian besar infeksi virus
neurotropik.
• Tersedia vaksin untuk banyak infeksi neurotropik, termasuk poliovirus, rabies virus,
measles virus, mumps virus, rubella virus, influenza virus,VZV, dan beberapa neutropic
flaviviruses seperti Japanese encephalitis virus dan tickborne encephalitis virus.
• Terdapat penurunan kasus encephalitis setelah diberikan vaksin.
OUTCOMES
• Umumnya outcomes dari acute viral encephalitis tetap buruk.
• Prediktor dari outcomes yang jelek  status immunocompromised, GCS 8 atau kurang, kebutuhan untuk
intensive care unit, dan usia >65 tahun.
• Pada ensefalitis HSV, faktor negatif yang mempengaruhi outcome 6 hingga 12 bulan setelah keluar dari
rumah sakit  koma, difusi terbatas pada MRI, lebih dari 24 jam keterlambatan dalam memulai terapi
acyclovir setelah admission, dan usia.
• West Nile virus disease  usia tua, etnik tertentu, perempuan, dan koma memiliki prognosis jelek.
• Japanese ensefalitis  deteriorasi yang cepat pada awalnya dan keterlibatan otak tengah diperkirakan
memiliki pemulihan yang jelek.
OUTCOMES
• Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan pemberian obat  menunggu
pencitraan otak, tidak adanya pleocytosis CSF yang nyata, dan adanya faktor perancu
seperti penyakit yang mendasari parah dan penyalahgunaan alkohol.
CONCLUSION

• Ensefalitis virus adalah penyebab utama penyakit dan kematian dan memiliki beban
ekonomi yang besar.
• Strategi dan teknologi diagnostik sedang dikembangkan untuk memungkinkan identifikasi
patogen yang berkembang dan untuk membedakan ensefalitis virus dari mimiknya.
• Pengobatan sebagian besar tetap empiris dan, dengan pengecualian acyclovir untuk HSV
encephalitis.
• Diperlukan terapi baru untuk mencegah infeksi dan menghambat replikasi virus.
CRITICAL APPRAISAL
• Does the study add something new?
• Tidak, studi ini tidak menambahkan suatu hal yang baru.
CRITICAL APPRAISAL
• Was the study design appropriate for the research?
• Ya. Karena penelitian ini secara garis besar menggunakan desain meta analisis untuk
menjelaskan mengenai acute viral encephalitis.
CRITICAL APPRAISAL
• What are the implication of this study for practice?
• Diagnosis acute viral encephalitis ditegakkan dengan pemeriksaan punksi lumbal sesegera
mungkin.
• Pemberian terapi acyclovir yang lebih awal dapat meningkatkan outcomes pada HSV
encephalitis, sehingga pada prakteknya dapat memberikan terapi acyclovir secepatnya.
• Tersedia vaksin untuk infeksi neurotropik sehingga pada prakteknya dapat diberikan vaksin
untuk mencegah terjadinya infeksi neutrotropik.
CRITICAL APPRAISAL
• Do the results of this study fit with other available evidence?
• Ya, karena banyak jurnal dan penelitian yang memiliki pembahasan dan hasil penelitian yang
sama dengan jurnal ini yaitu mengenai epidemiologi, host factor, clinical profiles, diagnostic
strategies, treatment, prevention hingga outcomes dari acute viral encephalitis.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai