BUMIKU
BUMIKU
{ Nama anggota :
1.
2.
Nisa aulia hp
Salsa billa deapati imran
(06)
(26)
Memahami teori pembentukan bumi
Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos
sampai pada penjelasan agama dan ilmu pengetahuan.
Salah satu diantara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah teori
“DENTUMAN BESAR” {Big Bang}, yang dikemukan oleh sejumlah ilmuwan,
misalnya ilmuwan besar inggris, Stephen Hawken. Teori ini menyatakan
bahwa alam semesta mulanya bentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh
jagat raya.
Setelah itu, materi yang terdapat dialam semesta mulai berdesakan satu sama
lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya
tersisa energi berupa proton, neutron, dan elektron yang bertebaran keseluruh
arah.
Teori – Teori Menurut Para Ahli Dan Hipotesis
Teori Laplace
Seorang ahli Matematika dan astronomi Perancis Pierre Simon
Marquis de Laplace 1796 mengemukakan Bumi terbentuk dari gugusan
gas panas yang berputar pada sumbunya, kemudian terbentuk cincin -
cincin.[1] Sebagian cincin gas tersebut, terlempar ke luar dan tetap terus
berputar.[1] Cincin gas yang berputar akan mengalami pendinginan,
sehingga terbentuklah gumpalan - gumpalan bola yang menjadi planet -
planet, termasuk Bumi.
Teori Planetisimal Hypothesis
Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang
ahli geologi, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas
bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah
bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan
jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari
ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang
melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar
ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang
berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah
bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi
matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama-
kelamaan menjadi padat dan disebut planetisimal. Beberapa
planetisimal yang terbentuk akan saling tarik - menarik dan
bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet,
termasuk Bumi.
Periode Evolusi Bumi
Zaman Arkaikum
Zaman Arkaikum adalah awal terjadinya bumi. Pada zaman
ini, kondisi bumi belum stabil, udara masih sangat panas, dan kulit
bumi masih dalam proses pembentukan. Kondisi tersebut tidak
memungkinkan adanya kehidupan di bumi. Zaman ini
berlangsung sekitar 2.500 juta tahun yang lalu.
Zaman Palaeozoikum (Zaman Primer)
Teori Planetisimal dikemukakan oleh Forest Ray Multon seorang ahli astronomi
dan bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, ahli geologi , pada awal abad ke -20. Teori
ini mengatakan bahwa matahari terdiri dari gas yang bermassa besar dan suatu ketika
bintang melintas disamping matahari yang sangat dekat yang hampir terjadi tabrakan,
Dekatnya bintang dan matahari terdapat pengaruh gaya gravitasi yang mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi, dari besarnya gaya gravitasi sebagian
materi terlempar meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang dan
membentuk gumpalan-gumpalan akibat dari penyusupan, lalu terjadi pendinginan dan
padat, terbentuklah planet-planet yang mengelilingi matahari
Teori Bintang Kembar
teori bintang kembar dikemukakan oleh R.A. Lyttleton seorang ahli
Astronomi. Menurutnya, bahwa teori ini berasal dari bintang kembar yang
berkombinasi. Dimana salah satu bintang meledak sehingga bahan
materialnya terlempar, dari besarnya gaya gravitas bintang yang tidak
meledak membuat material yang terlempar kemudian akan tertarik dan
mengelilingi matahari. Bintang yang tidak meledak disebut dengan
matahari. Sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang
mengelilinya.
Teori Big Bang
Teori Big Bang berawal dari puluhan milyar tahun lalu yang awalnya
terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada prosesnya lalu.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar
ke luar serta bagian besarnya berkumpul di pusat dengan membentuk
cakram raksasa dimana suatu saat terjadi ledakan dasyat dari gumpalan
besar tersebut membentuk galaksi dan nebula-nebula, selama kurang lebih
4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membuka dan membentuk galaksi
bimasakti, selanjutnya membentuk sistam tata surya, Gumpalan yang
terlempar keluar mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-
gumpalan yang dingin dan memadat. Kemudian gumpalan tersebut
membentuk planet-planet, termasuk bumi.
Masa Praaksara
dalam kehidupannya.
Pengertian Manusia Purba
Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman
prasejarah.
Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala
manusia purba banyak ditemukan di Indonesia terutama di Pulau
Jawa. Manusia purba pada masa lampau telah tinggal di beberapa
daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo
(Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Di
daerah-daerah tersebut banyak ditemukan fosil manusia purba. Di
Indonesia Meganthropus paleojavanicus, Pithacanthropus erectus,
dan Homo (manusia purba modern).
A. Meganthropus Paleojavanicus, artinya manusia purba yang besar
dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang
kekar, diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua
diantara manusia purba yang lain. Fosil manusia purba
Meganthropus Paleojavanicus ditemukan dan diteliti oleh Dr.
G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941.
Pertama kali fosil makhluk ini ditemukan di Sangiran, daerah
lembah Bengawan Solo, dekat Surakarta. Dari yang dapat dilihat
ukuran fosil itu, Meganthropus Paleojavanicus berbadan besar
dengan rahang besar, kening menonjol, dan tulang tebal. Dari
keadaan itu, maka makhluk Sangiran tersebut dinamakan
Meganthropus Paleojavanicus (mega=besar, anthropos=manusia,
paleo=purba, javanicus=manusia jawa). Meganthropus hidup
sekitar 2 juta tahun SM dan hidup dengan makan tumbuh-
tumbuhan. Makhluk tersebut termasuk jenis Homo Hobilis.
B. Pithacanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan
tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan
memiliki tinggi badan antara 165-180cm. Pithacanthropus erectus
merupakan manusia purba yang paling banyak ditemukan di
Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil,
Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali ditemukan
oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan
Solo, Surakarta, tahun 1891.
C. Homo, berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang
lebih sempurna dibandingkan dengan Meganthropus
Paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo
yang ditemukan di Indonesia antara lain.
Homo Soloensis, artinya manusia solo. Ditemukan pada tahun