Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN

By. Dewi Sari Mulia


METODE KONSUMSI
• Didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun
sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi.
• Langkah dalam metode ini yaitu:
1. Evaluasi
2. Estimasi
3. Perhitungan Kebutuhan
(LANJUTAN) EVALUASI
• Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu
• Evaluasi suplai obat periode lalu
• Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat
periode lalu
• Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat
(LANJUTAN) ESTIMASI
Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang
dengan memperhatikan:
• Perubahan populasi cakupan pelayanan
• Perubahan pola morbiditas]
• Perubahan fasilitas pelayanan
(LANJUTAN) PERHITUNGAN
• Penetapan periode konsumsi
• Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu
• Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan
• Lakukan koreksi terhadap stock out
• Hitung lead time untuk menentukan safety stock
RUMUS
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock
Keterangan :
• CT = Kebutuhan per periode waktu
• CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
• T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
• SS = Safety Stock
KELEBIHAN METODE KONSUMSI
• Data konsumsi akurat (metode paling mudah)
• Tidak membutuhakan data epidemiologi maupun
standar pengobatan.
• Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi
tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan.
KEKURANGAN METODE KONSUMSI
• Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak
pasien kemungkinan sulit untuk didapat.
• Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji
penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi.
• Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok
obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya
kehilangan.
METODE EPIDEMIOLOGI
• Didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar
pengobatan yang ada.
• Langkah dalam metode ini:
1. Susun daftar masalah kesehatan/ penyakit utama yang terjadi
2. Lakukan pengelompokkan pasien, misal : Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan
cara:
Anak 0-4 tahun
Anak 5-14 tahun
Wanita 15-44 tahun
Laki-laki 15-44 tahun
Orang tua > 45 tahun
Catatan: prinsip penggolongan umur harus sesederhana mungkin.
(LANJUTAN) LANGKAH
• Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode
• Susun standar terapi rata-rata/terapi ideal
• Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan
frekuensi pengobatan yang diperlukan
• Contoh: estimasi kasus diare
1. 90% kasus diberi oral dehidrasi
2. 10% kasus diberi cairan intravena
3. 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba
4. 10% kasus perlu antibiotik untuk disentri, basiler dan kolera
(LANJUTAN) LANGKAH
• Susun daftar obat yang dikuantifikasikan
• Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap
penyakit
• Hitung safety stock atau jumlah obat diperkiran hilan
RUMUS METODE EPIDEMIOLOGI
CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock
Keterangan:
• CT = Kebutuhan per periode waktu
• CE = Perhitungan standar pengobatan
• T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
• SS = Safety Stock
KELEBIHAN METODE EPIDEMIOLOGI
• Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.
• Program-program yang baru dapat digunakan.
• Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat
didukung oleh standar pengobatan.
KEKURANGAN METODE EPIDEMIOLOGI
• Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.
• Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan
terdapat penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak
melapor.
• Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan.
• Pola penyakit dan pola preskripsi tidak terlalu sama.
• Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau
kebutuhan insidentil tidak terpenuhi.
• Variasi obat terlalu luas.
METODE KOMBINASI
• Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan
metode epidemiologi.
• Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau
alkes yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas
namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun).
Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi
epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi.
RUMUS METODE KOMBINASI
(CA + CE) x T + SS – sisa stok
Keterangan :
• CE = Perhitungan standar pengobatan
• CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
• T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
• SS = Safety Stock
METODE ABC
Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto.
Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan
berdasarkan peringkat nilaidari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi
menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C.
• Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory.
• Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item
tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory.
• Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item
tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati,
2006).
• Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan
berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008).
Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu
pengontrolansecara ketat, dibandingkan kelompok B yang kurang kritis,
sedangkan kelompok Cmempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas
gudang dan keuangan (Maimun,2008).
• Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang
dimaksud kelompok A adalah kelompok obat yang harganya
mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu dengan
membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar
dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena
itu disimpan secara rapat agar tidak mudah dicuri bila perlu
dalam persediaan pengadaannya sedikit atau tidak ada sama
sekali sehingga tidak ada dalam penyimpanan.
• Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A.
Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara
rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali.
Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya.
• Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan
pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan
monitoring dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan
penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan obat.Prinsip ABC ini
dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory, penjualan dan
sebagainya.
Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
• Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien
• Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat
memberikan cost benefit yang besar bagi perusahaan
• Dapat memanfaatkan modal kerja (working capital) sebaik-baiknya
sehingga dapat memacu pertumbuhan perusahaan
• Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi
produksi
METODE VEN
Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada
dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang
direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun,
2008):
• Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial
(vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat
penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan
kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit
penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk jenis
obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
• Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif
untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan
pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah
antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
• Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang
digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting
disease), perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya,
perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai
kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi
lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial
adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan:
• Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana
yang tersedia.
• Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk
kelompok vital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat
• Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu
kriteria penentuan VEN. Dlm penentuan kriteria perlu
mempertimbangkan kebutuhan masing-masing spesialisasi.
Langkah-langkah dalam menentukan VEN:
• Menyusun kriteria menentukan VEN
• Menyediakan data pola penyakit
• Standar pengobatan
• Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis
ABC) adalah benar-benar yang diperlukan untuk
menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut
statusnya harus E dan sebagian V (dari analisa VEN).
Sebaliknya jenis obat dengan status N masuk dalam
kategori C (Maimun, 2008).
• Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat
dimana anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan.
Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat.
Mekanismenya adalah sebagai berikut:
• Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi
atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat
kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NA
menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini
dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
• Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC,
NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
• Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode
Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn
Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal (Tesis). Universitas
Diponegoro. Semarang.
• Suciati , S. Dan Wiku B.B Adisasmito. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan
ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai