METODE KONSUMSI • Didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. • Langkah dalam metode ini yaitu: 1. Evaluasi 2. Estimasi 3. Perhitungan Kebutuhan (LANJUTAN) EVALUASI • Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu • Evaluasi suplai obat periode lalu • Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat periode lalu • Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat (LANJUTAN) ESTIMASI Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan memperhatikan: • Perubahan populasi cakupan pelayanan • Perubahan pola morbiditas] • Perubahan fasilitas pelayanan (LANJUTAN) PERHITUNGAN • Penetapan periode konsumsi • Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu • Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan • Lakukan koreksi terhadap stock out • Hitung lead time untuk menentukan safety stock RUMUS CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock Keterangan : • CT = Kebutuhan per periode waktu • CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan) • T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun) • SS = Safety Stock KELEBIHAN METODE KONSUMSI • Data konsumsi akurat (metode paling mudah) • Tidak membutuhakan data epidemiologi maupun standar pengobatan. • Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan. KEKURANGAN METODE KONSUMSI • Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit untuk didapat. • Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi. • Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya kehilangan. METODE EPIDEMIOLOGI • Didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. • Langkah dalam metode ini: 1. Susun daftar masalah kesehatan/ penyakit utama yang terjadi 2. Lakukan pengelompokkan pasien, misal : Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan cara: Anak 0-4 tahun Anak 5-14 tahun Wanita 15-44 tahun Laki-laki 15-44 tahun Orang tua > 45 tahun Catatan: prinsip penggolongan umur harus sesederhana mungkin. (LANJUTAN) LANGKAH • Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode • Susun standar terapi rata-rata/terapi ideal • Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan frekuensi pengobatan yang diperlukan • Contoh: estimasi kasus diare 1. 90% kasus diberi oral dehidrasi 2. 10% kasus diberi cairan intravena 3. 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba 4. 10% kasus perlu antibiotik untuk disentri, basiler dan kolera (LANJUTAN) LANGKAH • Susun daftar obat yang dikuantifikasikan • Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap penyakit • Hitung safety stock atau jumlah obat diperkiran hilan RUMUS METODE EPIDEMIOLOGI CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock Keterangan: • CT = Kebutuhan per periode waktu • CE = Perhitungan standar pengobatan • T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun) • SS = Safety Stock KELEBIHAN METODE EPIDEMIOLOGI • Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran. • Program-program yang baru dapat digunakan. • Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh standar pengobatan. KEKURANGAN METODE EPIDEMIOLOGI • Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil. • Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak melapor. • Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan. • Pola penyakit dan pola preskripsi tidak terlalu sama. • Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil tidak terpenuhi. • Variasi obat terlalu luas. METODE KOMBINASI • Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi. • Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi. RUMUS METODE KOMBINASI (CA + CE) x T + SS – sisa stok Keterangan : • CE = Perhitungan standar pengobatan • CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan) • T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun) • SS = Safety Stock METODE ABC Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilaidari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C. • Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory. • Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory. • Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati, 2006). • Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008). Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolansecara ketat, dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok Cmempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan (Maimun,2008). • Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secara rapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga tidak ada dalam penyimpanan. • Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya. • Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan obat.Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory, penjualan dan sebagainya. Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: • Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien • Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost benefit yang besar bagi perusahaan • Dapat memanfaatkan modal kerja (working capital) sebaik-baiknya sehingga dapat memacu pertumbuhan perusahaan • Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi METODE VEN Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun, 2008): • Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung, • Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain. • Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain. Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan: • Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. • Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat • Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan VEN. Dlm penentuan kriteria perlu mempertimbangkan kebutuhan masing-masing spesialisasi. Langkah-langkah dalam menentukan VEN: • Menyusun kriteria menentukan VEN • Menyediakan data pola penyakit • Standar pengobatan • Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus E dan sebagian V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N masuk dalam kategori C (Maimun, 2008). • Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan. Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya adalah sebagai berikut: • Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya. • Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun, 2008). DAFTAR PUSTAKA • Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang. • Suciati , S. Dan Wiku B.B Adisasmito. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.