Anda di halaman 1dari 15

A CASE REPORT ON POST

OPERATIVE INTUSSUSCEPTION,
POST PRIMARY VOLVULUS
DEROTATION AND
DECOMPRESSION
COLLEGE OF MEDICINCE AND HEALTH SCIENCE,
BAHIRDAR UNIVERSITY, ETHIOPIA, NOV 29,2018
PENDAHULUAN
 Intussusepsi didefinisikan sebagai masuknya 1 segmen dari traktus
gastrointestinal ke segmen yang berdekatan.
 Pertama kali dilaporkan oleh barbette, Amsterdam pada tahun
1674
 Sir Jonath Hutchinson adalah yang pertama kali yang berhasil
melakukan operasi Intussusepsi pada tahun 1871
 Intussusepsi post operatif didefinisikan sebagai intussusepsi akut
dalam waktu 30 hari setelah operasi, tetapi secara klinis sangat
jarang didapatkan.
 Intussusepsi pada dewasa merupakan penyebab obstruksi yang
jarang terjadi, biasanya akibat dari adanya patologi seperti
tumor atau kadang-kadang idiopatik
 Secara klinis, intussusepsi tidak spesifik, oleh karena itu
pemeriksaan penunjnag seperti imaging memegang peranan
penting untuk mendiagnosis intussusepsi
 Kasus intussusepsi akut post operatif merupakan kejadian yang
sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh post operatif ileus
obstruksi, sehingga laporan kasus ini bisa menjadi pertimbangan
untuk membantu dalam dunia bedah
PRESENTASI KASUS
 Usia 40 tahun, masuk ke gawat darurat dengan keluhan nyeri
kolik pada perut selama 3 hari, disertai distensi, tidak buang air
besar dan buang angin dan 2-3 kali muntah berwarna kehijauan.
 Dari keluhan ini diagnosis obstruksi usus halus sekunder yang
disebabkan oleh volvulus dan dilakukan resusitasi dengan 3 liter
cairan kristaloid, memasang nasogastric tube dan kateter
kemudian dilakukan operasi
 Dalam intraoperatif, ditemukan
 putaran 360o berlawanan jarum jam pada usus halus yang distensi,
 sekitar 100 ml cairan bebas di peritoneum
 kemudian dilakukan derotasi dan decompresi retrograde
 Postoperatif berjalan lancar dengan tanda-tanda vital stabil.
 Pada hari ketiga, pasien kembali mengeluh nyeri kolik pada
perut dengan distensi abdomen dan muntah kehijauan
sebanyak 2x.
 Pasien juga mengeluh sulit untuk buang air besar dan buang
angin.
Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum: tampak sakit akut
 Tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 24 x/menit,
suhu 36,7oC
 Mata: conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Thoraks: suara napas tidak terdengar adanya sumbatan pada kedua
lapang paru
 Kardiovaskular: bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada murmur dan
gallop
 Abdomen:
 tampak distensi ringan dan scar bekas operasi, kesan bersih
 Peristaltik usus kesan meningkat
 Perkusi timpani dengan shifting dullness positif
 Pemeriksaan rectal touche: pada handschoen terdapat feses kering,
tidak ada massa, dan darah.
 Sistem traktus urinarius: tidak ada nyeri ketok costovertebra
 Sistem musculoskeletal: tidak ada deformitas dan edema
 Kulit: tidak tampak pucat
 Sistem saraf: sadar dan orientasi baik
LABORATORIUM

 Leukosit 6000 /mm3


 Hemoglobin 11 mg/dl
 Neutrofil 79%
 Kalium 3,59 mmol/L
 Natrium 145,3 mmol/L
 Klorida 109,8 mmol/L
 Calsium 1,06 mmol/L
 Albumin 4 g/dl
 Ureum 36,1 mg/dl
 Kreatinin 1,1 mg/dl
FOTO POLOS ABDOMEN

 Banyak loop usus halus pada


bagian central dengan multiple
air level
 Kurangnya gas pada abdomen
bagian bawah
 Pada post operasi hari ke-4, tidak ada perbaikan pada pasien
maka dilakukan Ultrasonografi
 Pada ultrasonografi abdomen ditemukan
 pelebaran usus dari 4,7-8,7 cm, pada usus yang melingkar dan
mesenterium pada region paraumbilikal kanan,
 Cairan bebas pada peritoneum
 Organ lain seperti hepar, limpa dan pankreas dalam batas normal
TANDA-TANDA VITAL POST OP 3 HARI
Tanggal Waktu Tekanan Nadi Napas Suhu (oC)
darah (x/menit) (x/menit)
(mmHg)
20-08-2018 08:00 110/70 87 24 36,4
12:00 120/70 85 26 36,7
16:00 100/70 86 28 37
21:00 100/80 90 26 36,8
01:00 110/80 87 28 37
21-08-2018 08:00 118/60 86 26 36,7
12:00 110/70 82 30 37,1
15:00 104/60 86 28 36,5
21:00 110/70 88 26 37
00:00 120/70 92 28 36,8
22-08-2018 08:00 120/60 86 22 36,7
13:00 110/70 88 24 36,8
17:00 100/70 84 28 36,9
22:00 100/80 80 24 36,6
03:00 110/60 92 20 36,5
ASESSMEN

 Assessmen ditegakkan sebagai obstruksi usus halus sekunder


akibat dari intussusepsi.
 Setelah dilakukan resusitasi dengan 2 liter cairan ringer laktat,
kateter dipasang dan dilakukan relaparotomi
 Pada intraoperatif ditemukan
 150 ml cairan serosa di dalam peritoneum
 Intussusepsi ileo-ileal sekitar 80 cm dari katup ileocaecal dengan
distensi pada bagian proksimal,
 Ditemukan perforasi imminens sebesar 2,5 cm pada bagian
mesenterium yang intussusepsi karena akibat distensi intussuseptum
PEMBAHASAN

 Yang dilakukan pada intraoperatif adalah


 mengevakuasi cairan peritoneum,
 reduksi bagian yang intusussepsi,
 reseksi pada perforasi imminens dari ileum dan
 dilakukan end to end anastomosis ileo-ileal.
 Tidak ditemukan massa pada usus dan ileum yang direseksi
 Pasien mengalami perbaikan setelah operasi dan masa post
operasi berjalan lancar, kemudian dipulangkan setelah 7 hari
perawatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai