Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH USHUL FIQH

Penerapan, signifikan dan landasan hukumnya dalam muamalah


KELOMPOK 1
ANGGOTA

Readi Radifan
NIM : 170603110

Anas Saddad
NIM : 170603191

Teuku Bilal Dhefan Maulana


NIM : 170603180
SEJARAH USHUL FIQH
Musthafa Said al-Khin memberikan argumentasi bahwa ushul fiqh
ada sebelum fiqh. Alasannya adalah bahwa ushul fiqh merupakan
pondasi. sedangkan fiqh merupakan bangunan yang didirikan di
atas pondasi. Karena itulah sudah tentu ushul fiqh ada
mendahului fiqh. Kesimpulannya. tentu harus ada ushul fiqh
sebelum adanya fiqh.
SEJARAH USHUL FIQH

1 2 3 4
MASA NABI SETELAH PADA MASA PADA MASA
MASIH HIDUP WAFATNYA NABI TABI’IN IMAM MUJTAHID
SEJARAH USHUL FIQH

Pada masa nabi muhammad masih hidup


Pada masa Nabi Muhammad masih hidup. seluruh permasalahan ilmu fiqh dikembalikan kepada Rasul. Namun
terdapat juga beberapa usaha-usaha dari beberapa Sahabat yang menggunakan pendapatnya dalam menentukan
keputusan hukum. Mereka melakukannya dengan cara mencari jawabannya di dalam Al-Qur’an. kemudian hadits. Jika
dari kedua sumber hukum tersebut tidak ditemukan. maka mereka dapat berijtihad. Pada dasarnya. beberapa Sahabat
nabi tersebut sudah menggunakan Ushul Fiqh secara teori tetapi ushul fiqh pada saat itu belum menjadi suatu nama
keilmuan tertentu.
SEJARAH USHUL FIQH

Setelah wafatnya nabi Muhammad SAW


Setelah wafatnya Rasulullah. maka yang berperan besar dalam pembentukan hukum islam adalah para Sahabat Nabi.
Pada masa ini para Sahabat banyak melakukan ijtihad ketika suatu masalah tidak dijumpai di dalam Al-Qur’an dan
hadits. Pada saat berijtihad. para sahabat telah menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqh meskipun belum dirumuskan
dalam suatu disiplin ilmu.
SEJARAH USHUL FIQH
PADA MASA TABI’IN
Pada masa tabi’in. metode istinbat menjadi semakin jelas
dan meluas disebabkan tambah meluasnya daerah islam PADA MASA IMAM MUJTAHID
sehingga banyak permasalahan baru yang muncul. Para
tabi’in melakukan ijtihad di berbagai daerah islam. Di
Madinah. di Irak dan di Basrah. Titik tolak para ulama Masa Imam-imam Mujtahid sebelum Imam Syafi’I. pada
dalam menetapkan hukum bisa berbeda. yang satu periode ini. metode pengalihan hukum bertambah banyak.
melihat dari suatu maslahat. sementara yang lain dengan demikian bertambah banyak pula kaidah-kaidah
menetapkan hukumnya melalui Qiyas. Dari perbedaan istinbat hukum dan teknis penerapannya. Imam Abu
dalam mengistinbatkan hukum inilah. akibatnya muncul Hanafiah an-Nu’man (80-150H). pendiri mazhab hanafi.
tiga kelompok ulama. yaitu Madrasah Al-Irak. Madrasah Dasar-dasar istinbatnya yaitu : Kitabullah. sunah. fatwa
Al-Kaufah yang lebih dikenal dengan sebutan Madrasah (pendapat Sahabat yang disepakati). tidak berpegang
Al-Ra’yu dan Madrasah Al-Madina dikenal dengan sebutan dengan pendapat Tabi’in. qiyas dan istihsan. Demikian
Madrasah Al-Hadits. Namun pada masa ini ilmu ushul fiqh pula Imam Malik bin Anas (93-179H). pendiri mazhab
masih belum terbukukan. Maliki. Di samping berpegang kepada Al-Qur’an dan
sunah. beliau juga banyak mengistinbatkan hukum
berdasarkan amalan penduduk Madinah. Pada masa ini.
Abu hanifah dan Imam Malik tidak meningalkan buku
ushul fiqh.
PENERAPAN USHUL FIQH DALAM
MUAMALAH
kami mengambil istihsan : Syara’ melarang seseorang
memperjualbelikan atau mengadakan perjanjian tentang
sesuatu barang yang belum ada wujudnya. pada saat jual
beli dilakukan. Hal ini berlaku untuk seluruh macam jual
beli dan perjanjian yang disebut hukum kuIIi. Tetapi syara’
memberikan rukhshah (keringanan) kepada pembelian
barang dengan kontan tetapi barangnya itu akan dikirim
kemudian. sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. atau
dengan pembelian secara pesanan (salam). Keringanan
yang demikian diperlukan untuk memudahkan lalu-lintas
perdagangan dan perjanjian. Pemberian rukhshah kepada
salam itu merupakan pengecualian (istitana) dari hukum
kulli dengan menggunakan hukum juz-i. karena keadaan
memerlukan dan telah merupakan adat kebiasaan dalam
masyarakat. Yang berpegang dengan dalil Istihsân ialah
Madzhab Hanafi. menurut mereka Istihsân sebenarnya
semacam qiyas. yaitu memenangkan qiyas khafi atas
qiyas jali atau mengubah hukum yang telah ditetapkan
pada suatu peristiwa atau kejadian yang ditetapkan
berdasar ketentuan umum kepada ketentuan khusus
karena ada suatu kepentingan yang membolehkannya.
Menurut mereka jika dibolehkan menetapkan hukum
berdasarkan qiyas jali atau maslahat mursalah. tentulah
melakukan Istihsan karena kedua hal itu pada hakekatnya
adalah sama.
SIGNIFIKAN USHUL FIQH

1
3
sebuah metodologi
2 5
dalam rangka
memahami al Qur’an
sebuah metodologi
dan kumpulan kaedah-
kaedah syar’i dalam
4
dan Sunnah dengan
meluruskan kekeliruan rangka melakukan membantah setiap
benar.
dalam memahami ijtihad dan proses syubhat dan tasykik
nash-nash wahyu –al pemahaman yang atas hukum Islam yang
argumentatif atas Ushul Fiqih selain dilontarkan musuh-
Qur’an dan Sunnah. menambah pahala
sumber-sumber hukum musuh Islam
Islam. dalam mengamalkan
produk ijtihad ulama
OBJEK USHUL FIQH MENURUT AL-GHAZALI

DALIL HUKUM SYAR’I


Dalil atau sumber-sumber hukum Islam;
POHON BUAH Hukum Syar’i (Madlul); yaitu terkait
di mana secara umum yang dikaji adalah konsep hukum syara’ dalam ajaran
aspek legalitasnya. pembagian- Islam. siapa pembuat hukum yang hakiki.
pembagiannya. dan perdebatan ulama konsep taklif dan mukallaf. dll.
terkait statusnya sebagai sumber hukum .
syar’i.

DALALAH MUSTADIL
Metode Istinbath Hukum (Dalalah); yaitu Mustadil (Ijtihad dan Taqlid); yaitu status
tata cara bagaimana menyimpulkan kewajiban umat Islam sebagai mukallaf terkait
hukum syar’i dari sumber-sumbernya interaksi mereka terhadap sumber-sumber
yang legal. hukum Islam. Di mana kewajiban mujtahid
PANEN CARA adalah mengamalkan hukum Islam
berdasarkan ijtihad yang dilakukan terhadap
sumber-sumbernya sedangkan kewajiban
muqallid adalah mengamalkan hukum Islam
melalui ijtihad para mujtahid.
LANDASAN HUKUM MUAMALAH
AL-MAIDAH:1
Yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman. penuhilah akad-akad itu”.

AL-BAQARAH: 275
Yang artinya :

“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

HADIS RIWAYAT AHMAD


Yang artinya :

”Yang paling halal dimakan seorang hamba adalah dari usahanya sendiri dan setiap jual beli yang baik”. (HR. Ahmad)
Thank You 
Any Questions?
TERIMA KASIH
Atas perhatiannya hehe :’)

Anda mungkin juga menyukai