GASTROESOFAGEAL
REFLUKS
Pembimbing :
dr. Irene K.L.A Davidz,
Sp.A, M.Kes
1408010049
BAB I
PENDAHULUAN
– Refluks Gastroesofageal (GER) adalah suatu keadaan, dimana terjadi disfungsi
sfingter esofagus bagian bawah sehingga menyebabkan regurgitasi isi lambung ke
dalam esofagus. Makanan yang kembali dari lambung ke esofagus tersebut,
mungkin masuk kembali ke dalam lambung atau dikeluarkan melalui mulut
menyerupai “muntah”.
– Insiden GER di Indonesia yang pasti sampai saat ini belum diketahui, tetapi menurut
beberapa ahli, GER terjadi pada 50% bayi baru lahir dan merupakan suatu keadaan
yang normal. Secara klinis kadang-kadang sulit membedakan refluks dari muntah.
Refluks terjadi secara pasif karena katup antara esofagus dan lambung belum
berfungsi baik, baik karena hipotonia, maupun karena posisi sambungan esofagus
dan kardia atau belum berfungsi sebagaimana lazimnya, sedangkan muntah adalah
pengeluaran isi mulut melalui mulut dengan paksa.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Definisi
– Gastroesofageal reflux (GER) atau Refluks Gastroesofageal (GER) adalah suatu
keadaan, dimana terjadi disfungsi sfingter esofagus bagian bawah sehingga
menyebabkan regurgitasi isi lambung ke dalam esofagus.Gastroesophageal
reflux disease (GERD) adalah GER yang dihubungkan dengan gejala patologis
yang mengakibatkan komplikasi dan gangguan kualitas hidup.
Epidemiologi
– GERD terdapat hampir lebih dari 75 % pada anak dengan kelainan neurologi. Hal
ini dihubungkan dengan kurangnya koordinasi antara peristaltik esophagus dan
peningkatan tekanan intraabdominal yang berasal dari hipertonus otot yang
dihubungkan dengan spastisitas.Di Indonesia sendiri insidens GER sampai saat
ini belum diketahui, tetapi menurut beberapa ahli, GER terjadi pada 50% bayi
baru lahir dan merupakan suatu keadaan yang normal.
Etiologi
– Inflamasi esophagus bagian distal terjadi ketika cairan lambung dan duedonum,
termasuk asam lambung, pepsin, tripsin, dan asam empedu mengalami
regurgitasi ke dalam esophagus. Penurunan tonus spingter esophagus bagian
bawah dan gangguan motilitas meningkatkan waktu pengosongan esophagus
dan menyebabkan GER.
Patogenesis
– Werlin SL dkk menyatakan patogenesis GER tidak jelas, tetapi para ahli menyatakan
penyebab terbanyak GER adalah ketidakmampuan SEB untuk menahan kembalinya
isi lambung, oleh karena rendahnya tekanan SEB. Peneliti lain berpendapat bahwa
GER tidak ad hubungannya dengan SEB, tetapi GER cenderung terjadi pada periode
relaksasi otot SEB.
– Namun dalam perkembangan selanjutnya, perubahan posisi dapat mempengaruhi
kejadian refluks GER dapat juga terjadi pada peningkatan tekanan intra abdominal.
Disamping itu pengaruh pH dari esofagus sangat berperan. Bila didapatkan pH < 4
yang diukur dalam 24 jam, akan merangsang peningkatan peristaltik esofagus
sehingga meningkatkan insidens GER.
Gejala Klinis