Anda di halaman 1dari 26

Harsanto Nursadi

Andri Gunawan Wibisana


Pengendalian Lingkungan:
Pencegahan Iingkungan (instrumen CAC)
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 1
Materi kuliah
• Analisa resiko
• AMDAL, UKL, UPL,
• Standar-standar pengelolaan lingkungan
• Baku Mutu Lingkungan(BML)
• Izin
• Audit Lingkungan
• Tata ruang
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 2
•PENGHENTIAN SUMBER PENCEMARAN
PENGENDALIAN •REMEDIASI
•REHABILITASI
•RESTORASI

PENCEGAHAN PENANGGULANGAN PEMULIHAN


•PEMBERIAN INFORMASI
•KLHS
•PENGISOLASIAN PENCEMARAN/
•TATA RUANG
•BAKU MUTU LINGKUNGAN (BML) •KERUSAKAN
•KRITERIA BAKU KERUSAKAN LH
•AMDAL
•UKL/UPL
•PERIZINAN
•INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN
•PERUU BERBASIS LINGKUNGAN
•ANGGARAN BERBASIS LINGKUNGAN
•ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN 4/9/2019
•AUDIT LH (C) AGW_HN 2011 3
II. Analisa Resiko
 Pasal 47
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan,
dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib
melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko; dan/atau
c. komunikasi risiko.
4 (C) AGW_HN 2011 4/9/2019
 Pengkajian risiko (Risk Assessment) menurut EC
Communication on the precautionary principle:
 Hazard identification : identifying the biological, chemical or
physical agents that may have adverse effects.
 Hazard characterization: determining, in quantitative and/or
qualitative terms, the nature and severity of the adverse effects
associated with the causal agents or activity relationship
between the amount of the hazardous substance and the effect
has to be established.
 Appraisal of exposure: quantitatively or qualitatively evaluating
the probability of exposure to the agent under study.
 Risk characterization : the qualitative and/or quantitative
estimation, taking account of inherent uncertainties, of the
probability, of the frequency and severity of the known or
potential adverse environmental or health effects liable to occur.

5 (C) AGW_HN 2011 4/9/2019


 Risk management didasarkan pada hasil dari risk
assessment. Biasanya memuat kebijakan dan langkah-
langkah apa yang akan diambil sehubungan dengan potensi
dampak yang diperkirakan dalam risk assessment
 Risk communication merupakan upaya untuk memberitahu
publik tentang risiko yang “sesungguhnya” (risiko
berdasarkan risk assessment)berangkat dari asumsi
bahwa publik tidak tahu risiko, dan karenanya harus
diberikan pengetahuan ttg risiko

6 (C) AGW_HN 2011 4/9/2019


PENCEMARAN / KERUSAKAN LINGKUNGAN

Diukur melalui PERUBAHAN


IKLIM

BAKU MUTU KRITERIA BAKU


LINGKUNGAN KERUSAKAN EKOSISTEM

• air; •Tanah untuk biomassa


• air limbah; •Terumbu karang
• air laut; •Mangrove
• udara ambien; •padang lamun
• emisi; •Gambut
• gangguan; •Karst
• Baku mutu lain sesuai dgn •Kebakaran Hutan
• Perkembangan IPTEK •BK ekosistem lainnya sesuai
(pasal 20 ayat 2) dengan perkembangan IPTEK
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 7
bagi usaha/kegiatan
yang Berdampak penting
AMDAL wajib
Penyusun mempunyai
Sertifikat kompetensi

Komisi mempunyai
Dasar pemberian lisensi
Izin lingkungan

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 8


Amdal (pasal 18 ayat 1 UU23/1997; pasal 22-33
UU 32/2009; jo. PP no. 27/1999)
– Isi: KA, Andal, RKL, RPL
– Penyusun: pemrakarsan dan dapat dibantu oleh
penyusun (pihak ketiga) yang berserfifikat (ps. 27-28
UUPPLH)
– Penilai:
• Komisi Penilai Pusat, menilai kegiatan yang:
– Bersifat strategis dan/atau menyangkut hankam
– Meliputi lebih dari satu wilayah provinsi
– Berlokasi di wilayah sengketa dgn negara lain
– Berlokasi di laut
– Berlokasi di perbatasan dgn negara lain
• Komisi Penilai Daerah (di provinsi)
• Komisi Penilai Amdal harus berlisensi (ps. 29 ayat 2 UUPPLH)
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 9
 Fungsi Amdal:
◦ Dokumen hukum
◦ Dokumen ilmiahkelayakan lingkungan sebuah
usaha/kegiatan
◦ Prasyarat perizinanizin lingkungan
 Amdal batal (pasal 24-27 PP. 27/1999), jika:
◦ Kadaluwarsa (lebih dari 3 tahun sejak dikeluarkannya
persetujuan Amdal, pemrakarsa tidak memulai
usaha/kegiatannya)
◦ Jika pemrakarsa memindahkan lokasi kegiatannya
◦ Pemrakarsa mengubah: desain atau proses atau kapasitas
atau bahan baku atau bahan penolong
◦ Terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar, baik
karena sebab alam atau sebab lainnya, sebelum atau pada
waktu usaha/kegiatan dilakukan

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 10


UKL/UPL bagi usaha/kegiatan
yang tidak wajib amdal

Usaha dan/atau kegiatan


Dasar pemberian yang tidak wajib UKL-UPL
Izin lingkungan wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan
pengelolaan & pemantauan
Lingkungan Hidup

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 11


• UKL/UPL
– Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL/UPL.
(2) Gub atau B/W menetapkan jenis usaha/kegiatan yang
wajib dilengkapi UKL-UPL.
– Pasal 35
(1) Usaha/kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
wajib membuat surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
(2) Penetapan jenis usaha/kegiatan wajib UKL/UPL
dilakukan berdasarkan kriteria:
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak penting
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 12


IZIN LINGKUNGAN (pasal 36 sd 41)
Komisi berlisensi
RRPLH
SKKLH/
USAHA/ AMDAL/ Rekomendasi/
Kegiatan UKL/UPL UKL/UPL
KLHS

persyaratan
merupakan IZIN
IZIN USAHA
KEPUTUSAN TUN LINGKUNGAN

Dibatalkan
bila
Izin LH dicabut 
Cacat hukum, kekeliruan
PENGUMUMAN izin usaha batal
penyalahgunaan,
ketidakbenaran, pemalsuan
data, dokumen/informasi Usaha/kegiatan
Penerbitannya tidak memenuhi berubah
syarat dalam keputusan komisi Izin lingkungan
Tidak melaksanakan kewajiban diperbaharui
dalam AMDAL/UKL-UPL
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 13
Degrees of Intervention
Low High
Information Standards Prior
Target Performance Specification Approval

Sumber: A. Ogus, Regulation: Legal Form and Economic Theory, hal.


151

(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 14


I. Regulasi ttg Informasi
• Mengapa butuh regulasi ttg informasi?
– Ketiadaan informasi merupakan bentuk kegagalan pasar
(information asymmetry)
– Hak atas informasi
– Distributional goal: masyarakat yang miskin biasanya kurang
memperoleh informasi, karena itu kewajiban membuka
informasi dianggap sebagai peningkatan “welfare” mereka.
– Regulasi atas informasi adalah bentuk campur tangan yang
paling murah: konsumen yang menentukan apakah mereka
akan membeli sebuah produk atau tidak
• Ogus:
A. Mandatory disclosure
B. Control of misleading information

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 15


• Ad A. (contoh di Indonesia):
– kandungan (ingredients) suatu produk (pasal 3 ayat 2
PP No. 69/1999)
– produk pangan transgenik harus mencamtumkan:
“PANGAN REKAYASA GENETIKA” (pasal 35 PP.
69/1999)
– Audit lingkungan wajib (pasal 29 UU No. 23/1997)
• Ad B (contoh di Indonesia):
– Hak atas informasi lingkungan (pasal 5 UU No.
23/1997)
– Kewajiban untuk menyampaikan informasi lingkungan
yang benar dan akurat (pasal 6 UU No.
23/1997)informasi palsu diancam dengan pidana

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 16


II. Standar
1. Target/ambient
2. Emission
3. Specification
Kolstad:
– Emission: emission is what the producers or consumers
release
– Ambient: Emissions are transformed into ambient
concentrations, namely the concentrations of pollution
around us. It is ambient concentrations that cause
damage.
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 17
• Ad. 1. Standar Target
• Disebut juga: Standar ambien, baku mutu
lingkungan/ambienstandar ini menentukan
kualitas lingkungan yang ingin dicapai
• Antara 1970-1980an, biasanya standar
ditetapkan dalam bentuk standar target
(environmental quality atau ambient
standards). Hal ini dikarenakan kegagalan
sistem standar emisi yang diterapkan
sebelumnya.

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 18


• Contoh standar target di Indonesia:
Pasal 8 PP No. 82/2001

4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 19


• Ad 2. Standar emisi (emission
standards/emission limit values/performance
standard)
– menentukan performa apa yang harus dilakukan.
Dalam hal ini, yang ditentukan adalah batasan
emisi (baku mutu emisi/baku mutu limbah) yang
diperbolehkan
– Standar ini masih memberikan kebebasan tentang
kepada industri ttg bagaimana/dengan cara apa
mereka akan memenuhi standar emisinya
– Dalam prakteknya dewasa ini, standar emisi harus
ditentukan dengan memperhatikan standar
ambien (BML)
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 20
• Contoh di Indonesia:
Baku mutu limbah cair untuk industri tekstil terpadu (lampiran dari Keputusan
Gubernur Jabar No. 6/199 ttg baku mutu limbah cair utk Industri di Jabar)

Parameter Kadar Maksimum (mg per Beban pencemaran


liter limbah) maksimum (kg per
ton produk tekstil)
BOD 60 6
COD 150 15
Crom 1 0,1
Fenol 0,5 0,05
Amonia 8 0,8
Sulfida 0,3 0,03
Minyak dan lemak 3 0,3
pH 6-9
Debit limah maksimum 100
(m3 per ton produk
tekstil)
4/9/2019 (C) AGW_HN 2011 21
 Standar spesifikasi/ proses produksi
 Yang ditentukan adalah teknologi (tindakan) tertentu untuk
mencegah pencemaran.
 Contoh:
Kewajiban pengolah limbah B3 dgn cara thermal (pasal 34 PP
No. 18/1999) :
◦ mempunyai insinerator dengan spesifikasi sesuai dengan karakteristik
dan jumlah limbah B3 yang diolah;
◦ mempunyai insinerator yang dapat memenuhi efisiensi pembakaran
minimal 99,99 % dan efisiensi penghancuran dan penghilangan
sebagai berikut :
1.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Principle
Organic Hazard Constituent (POHCs) 99,99%;
2.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk
Polyclorinated Biphenyl (PCBs) 99,9999 %;
3.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk
Polyclorinated Dibenzofurans 99,9999 %;
4.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk
Polyclorinated Dibenso-P-dioxins 99,9999 %.
(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 22
 Variant dari specification standards adalah
product standards. Ini adalah bentuk standar
yang menentukan karakteristik, komponen,
cara pengemasan suatu produk, yang dibuat
untuk meminimalkan resiko atau mencegah
bahaya terhadap lingkungan atau kesehatan
manusia akibat dari penggunaan atau
pembuangan produk tersebut.
◦ Mis.: standar yang mewajibkan industri otomotif
untuk memenuhi batasan emisi tertentu atas
produknya; lemari es non-CFC

(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 23


 Merupakan bentuk paling intervensionis,
karena pada dasarnya adalah larangan
terhadap masyarakat untuk melakukan
tindakan tertentu. Hanya mereka yang
memiliki izin lah yang dapat melakukan
tindakan tersebut.

(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 24


 Beberapa contoh “izin lingkungan”izin yang
diturunkan dari UULH/UUPLH (Siti Sundari, hal. 165):
◦ Izin pembuangan limbah cair, dikeluarkan oleh
Bupati/walikota (pasal 40 PP No. 82/2001)
◦ Izin yang terkait dengan pengelolaan limbah B3 (pasal 40, PP
No. 18/1999), yaitu:
1. Izin operasi untuk kegiatan: penyimpanan, pegumpulan,
pemanfaatan, pengolahan, penimbunan. Diberikan oleh MenLH
2. Izin pengangkutan, diberikan oleh MenHub
3. Izin pemanfaatan sebagai kegiatan utama, diberikan oleh instansi
yang berwenang
4. Izin operasi alat pengolahan limbah, diberikan oleh MenLH
5. Izin lokasi pengolahan atau penimbunan limbah B3, diberikan
oleh Kepala kantor pertanahan daerah (pasal 42 PP No. 18/1999)
◦ Izin Dumping diberikan oleh MenLH (pasal 18, PP No. 19/1999
ttg pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut)
◦ Izin impor dan ekspor B3 dari Menteri Perdagangan (PP No.
74/2001)
◦ Izin HO dari Bupati/walikota
(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 25
◦ Izin Dumping di laut diberikan oleh
MenLH (pasal 18, PP No. 19/1999 ttg
pengendalian pencemaran dan/atau
perusakan laut)
◦ Izin impor dan ekspor B3 dari
Menteri Perdagangan (PP No.
74/2001)
◦ Izin HO dari Bupati/walikota

(C) AGW_HN 2011 4/9/2019 26

Anda mungkin juga menyukai