Anda di halaman 1dari 30

Maliani Zulisa Rachman

Rizal H.A
Siti Khalifah
 Torakotomi adalah sebuah pembedahan untuk
mengekplorasi toraks (keperluan diagnostic maupun
terapi) dengan jalan membuka cavun toraks melalui
berbagai metode tertentu.
 Operasi memungkinkan akses ke paru-paru,
tenggorokan, aorta, jantung dan diafragma.
Tergantung pada tempat operasi,torakotomi dapat
dilakukan di sisi kanan atau kiri dada. Terkadang
torakotomi kecil dapat dilakukan di bagian depan
dada.
Torakotomi dapat dilakukan untuk:
 Mengonfirmasikan diagnosis penyakit paru-paru atau
payudara;
 Mel akukan operasi pada jantung atau pembuluh paru-
paru dan jantung;
 mengobati gangguan trakea;
 Menghapus bagian paru-paru atau seluruh paru-paru;
 Mengobati gangguan esofagus;
 Menghapus jaringan paru-paru yang roboh karena sakit
atau cedera;
 Menghapus nanah dari dada;
 Menghapus gumpalan darah dari dada.
 Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh
yang sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan
tempat jantung, paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering
menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga
thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan
osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya
berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ
 Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan
goresan yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka
dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi ( tumpuln ). Luka
dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka,
memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan
pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka dada
penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan
struktur thorak lain (Mowschenson, 2010)
 Ada jejas pada thorak
 Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
 Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
 Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
 Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
 Penurunan tekanan darah
 Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh
distensi vena leher
 Bunyi muffle pada jantung
 Perfusi jaringan tidak adekuat
 Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan
berfluktuasi dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada
tamponade jantung. (Budi Sampurna, 2010)
 Trauma, seperti luka dari kecelakaan lalu lintas,
luka tembak, atau luka tikam
 Tumor jinak atau tumor ganas
 Penyakit infeksi, seperti bronkiektasis,
tuberkulosis, abses paru, dan bulla yang besar
 Abnormalitas pleura
 Peumonectomy
peumonectomy adalah tindakan pembedahan yang dilaku
untuk mengangkat atau menghilangkan seluruh jaringan paru-p
pada satu bagian ruang thorax baik paru-paru kiri ataupun paru
paru kanan.
 Pulmonary lobectomy
adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat atau menghilangkan lobus paru-paru (complete
lobectomy) atau sebagian dari lobus paru-paru (parsial
lobectomy).
 Berdasarkan pengangkatan yang dilakukan terhadap
lobus, parsial lobectomy dapat digolongkan kembali
menjadi beberapa jenis , seperti :
1. Wedge resection. Merupakan prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk mengangkat hanya sebagian kecil
atau hanya sudut kecil dari lobus paru-paru.
Pembedahan ini umumnya dilakukan untuk
mengangkat sel kanker atau tumor pada paru-paru
dengan harapan tidak menyebar ke jaringan yang masih
baik. Pengangkatan hanya sebagian kecil dari lobus
paru-paru ini dapat dilakukan melalui thoracotomy
yaitu dengan membuka daerah thorax.
2. Segment resection (segmentectomy). Merupakan
prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat bagian lobus yang lebih besar dari wedge
resection.

3. Sleeve lobectomy. Merupakan


gment resection prosedur
pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
sebagian dari segmen bronchus. Umumnya dilakukan
pada kasus cancerous lobe.
 Nama : Disto Reptasa
 Umur : 45 Tahun
 Alamat : Sei. Andai
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Swasta
 Anamnesis Khusus
 Keluhan Utama : Nyeri saat bernafas
 Letak Keluhan : di dada
 Kapan terjadi : 2 hari
 Riwayat penyakit : sesak nafas saat pasien merasa
kelelahan
 Riwayat penyakit pribadi : dulu di diagnosa menderita TB
 Riwayat Pribadi : Pasien perokok
 Vital Sign
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Pernafasan : 24 x / menit
 Temperatur : 35 c
 Denyut nadi : 89 x / menit
 Anamnesis sistem
Muskuloskeletal : kelemahan otot pada bagian anterior .
Kardiovaskuler: penumpukan sputum
Respirasi :
Neuromuskular : -
 Objective
 Inspeksi
 Statis : muka pasien terlihat pucat, posisi pasien
berbaring , ekspresi menahan sakit, terdapat clubbing
finger, menggunakan infus dan alat bantu pernapasan.
 Dinamis:
 Kesulitan bergerak dan kelemahan otot.
 Palpasi :
 1. Fremitus : Menurun
 2. Trakea :
 3. Suhu : Normal
 4. Perkusi : Hyper resonant
 5. Ekspansi : Tidak simetris
 Auskultasi : Bunyi nafas menurun
 Pemeriksaan spesifik
Pengukuran ROM

Gerakan Kanan Kiri


Flexi 150 150
Ektensi 35 40
Abduksi 80 80
Adduksi 40 40
Eksorotasi 70 70
Endorotasi 55 50
 Pengembangan Thoraks

 Pengukuran Nyeri
 Nyeri Diam : 4
 Nyeri Tekan : 6
 Nyeri Gerak: 6
 Gangguan aktivitas fungsional Paru e.c
Pneumothoraks post op sejak 2 hari lalu
 Impairment : nyeri dada, atropi otot, kelemahan.
 Diisability: aktivitas : pasien belum berani bergerak
karena bekas luka operasi yang dia rasakan .
 Fungsional Limitation : pasien belum bisa bergerak
secara aktif dikarnakan masih takut dan nyeri bagian
dadanya .
 Tujuan Jangka Pendek
 Memperbaiki postur tubuh
 Untuk mengurangi nyeri
 Menghilangkan sesak nafas
 Meningkatkan ROM
 Menguatkan Otot-otot pernafasan
 Tujuan Jangka Panjang
 Melanjutkan tujuan jangka pendek dan
mengembalikan ADL
 Que ad Vitam : bornia
 Que ad Sanam : bornia
 Que cosmeticam: bornia
 Que ad fungsionam : bornia
 Intervensi
Promblematika Metode Dosis
Nyeri IR F: setiap terapi
I: 30-40 cm
T: lominus / non
T: 10-15 menit
Sesak Nafas Breathing Exercise F: Setiap Hari
I: 8 x / menit
T: Pursed Lips
Breathing
T; 5-10 menit
ROM
Postur
Penguatan otot
Promblemati Alat Ukur Pre Post Keteranagn
ka
Nyeri VAS Diam : 4
Tekan: 6
Gerak: 6
Sesak Nafas
ROM Goniometer Flexi 150 150

Ektensi 35 40
Abduksi 80 80
Adduksi 40 40
Eksorotasi 70 70
Endorotasi 55 50
Postur
Penguatan
otor
 Breathing Exercise yang sudah diajarkan dilakukan
setiap hari

Anda mungkin juga menyukai