ISLAM
TERIMA KASIH
KLONING
َّ ) َو َأ َّن ُه َخ َل َق
٤٦( ) ِمن ُّن ْط َف ٍة إ ِ َذا تُ ْم َنى٤٥( الز ْو َج ْي ِن ال َّذ َك َر َوا ُألن َثى
“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
laki-laki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” (QS an-
Najm, 53: 45-46)
Dalam ayat lain dinyatakan pula,
َ َان َع َل َق ًة َف َخ َل َق َف
س َّوى َ ) ُثمَّ ك٣٧( ( َأ َل ْم يَكُ ُن ْط َف ًة ِ ِّمن َّمنِي ٍِّ ي ُ ْم َنى٣٨)
“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam
rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.” (QS al-Qiyâmah, 75:
37-38).
Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan-tanpa adanya
laki-laki-tidak akan mempunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika
dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan
dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel
telur, tidak pula akan memunyai ibu sebab rahim perempuan yang
menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi
penampung (mediator). Oleh karena itu, kondisi ini sesungguhnya telah
bertentangan dengan firman Allah SWT:
شعُوبا ً َو َقبائِ َل ِلتَعا َر ُفوا إ ِ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ُ يا َأيُّ َها ال َّن
ُ اس إ ِ َّنا َخ َل ْقنا ُك ْم ِم ْن َذك ٍَر َو ُأ ْنثى َو َجعَ ْلنا ُك ْم
َّللا َ َع ِليمٌ َخبِي ٌر َّ َّللا َأ ْتقا ُك ْم إ ِ َّن
ِ َّ
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurât, 49: 13)
Ketiga, kloning manusia tidak akan menghilangkan nasab (garis
keturunan). Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab.
Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari :
– Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah
bersabda, “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada
orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan
(loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat
laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R.
Ibnu Majah)
– Abu ‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata, “Aku mendengar Sa’ad
dan Abu Bakrah masing-masing berkata, ‘Kedua telingaku
telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda
Muhammad s.a.w., “siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai
anak) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tahu
bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya
haram.” (H.R. Ibnu Majah)
Keempat, memproduksi anak melalui proses
kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara’ seperti hukum tentang
perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban
antara bapak dan anak, waris, perawatan anak,
hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan
banyak lagi. Di samping itu, kloning akan
mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab
serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah
untuk manusia dalam masalah kelahiran anak.
Konsekuensi kloning ini akan menjungkirbalikkan
struktur kehidupan masyarakat