Anda di halaman 1dari 10

PEMURNIAN MINYAK NILAM

SECARA KOMPLEKSOMETRI
APA ITU KOMPLEKSOMETRI?
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks Antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah asam dinatrium etilendiamina tetraasetat(dinatrium EDTA).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks,membentuk hasil berupa kompleks.
POKOK PEMBAHASAN?
-PENDAHULUAN
-METODE PENELITIAN
-DATA
-PEMBAHASAN
-KESIMPULAN
PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG
Minyak nilam merupakan jenis minyak atsiri yang menempati posisi penting dalam
perdagangan, karena kedua minyak tersebut mempunyai volume terbesar dalam ekspor minyak
atsiri Indonesia. Menurut BIRO PUSAT STATISTIK (2004), volume ekspor minyak nilam pada
tahun 2003 mencapai 1.200 ton. Sebagian minyak nilam dihasilkan dari penyulingan yang masih
menggunakan ketel penyuling terbuat dari logam besi, sehingga warnanya keruh dan gelap.
Keadaan tersebut menyebabkan minyak nilam sulit diterima dalam perdagangan dan harganya
lebih rendah.
 TUJUAN
Menghilangkan warna keruh dan gelap pada minyak nilam dengan metode
kompleksiometri.
METODE PENELITIAN
 Metode pemurnian  Proses pemurnian
Percobaan pemurnian menggunakan metode Minyak nilam sebanyak 100 ml
kompleksometri, Perlakuan yang dicoba dimasukkan dalam piala gelas, ditambah
terdiri dari: bahan pengkelat, konsentrasi dengan larutan pengkelat (EDTA; asam
pengkelat dan lama pengadukan. Bahan sitrat; asam tartarat) dengan masing-masing
pengkelat yang digunakan adalah garam konsentrasi (0,50%; 1,0%; 1,50%),
natrium-etilen diamin tetra asetat (EDTA); kemudian diaduk dengan pengaduk listrik
asam sitrat dan asam tartarat. Masing-masing (30; 60; 90 menit). Selanjutnya cairan
pengkelat dilarutkan dalam air dengan 3 taraf dipindahkan ke dalam corong pemisah,
konsentrasi : 0,50%; 1,00% dan 1,50%. Lama dibiarkan sampai terjadi pemisahan antara
pengadukan terdiri dari: 30 menit, 60 menit
dan 90 menit. Perlakuan yang merupakan lapisan minyak dan lapisan air. Lapisan
kombinasi dari jenis bahan pengkelat, taraf minyak disaring dengan kertas saring,
konsentrasi masing-masing pengkelat dan ditempatkan dalam botol yang bersih dan
lama pengadukan di rancang secara acak kering, selanjutnya dilakukan analisis,
lengkap faktorial dengan 3 ulangan. meliputi kejernihan, kadar Fe dan kadar
komponen utama.
DATA HASIL
PENGUJIAN
MINYAK
NILAM
Note:

semakin tinggi konsentrasi pengkelat dan semakin lama


pengadukan, dapat menurunkan kandungan logam Fe di
dalam minyak nilam.
PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada pemurnian minyak nilam, perlakuan jenis
pengkelat, konsentrasi pengkelat dan lama pengadukan serta interaksi ketiga perlakuan
tersebut berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar Fe dalam minyak nilam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa EDTA menghasilkan minyak dengan kandungan Fe paling
rendah, kemudian disusul berturutturut oleh asam sitrat dan asam tartarat . Hal ini bisa
terjadi karena EDTA mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mengikat Fe
dibanding asam sitrat maupun asam tartarat, hal ini disebabkan pada EDTA terdapat 6
pasang elektron bebas yang berasal dari gugus C=O dan atom N. Asam sitrat hanya
memiliki 3 pasang elektron bebas, sementara asam tartarat hanya mempunyai 2 pasang
elektron bebas. Kandungan Fe terendah yang dapat dicapai pada minyak nilam adalah 19,60
ppm dihasilkan oleh kombinasi perlakuan EDTA konsentrasi 1,50% dengan lama
pengadukan 120 menit.
KANDUNGAN UTAMA KADAR
PATCHOULI ALCOHOL

Kandungan komponen utama didalam minyak menentukan mutu minyak


tersebut. Standar Nasional Indonesia menentukan kandungan patchouli alkohol
dalam minyak nilam minimal 30,0%.
Kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam hasil pemurnian berkisar antara
30,16% - 32,16%. Untuk parameter lain seperti indek bias dan bilangan ester
tidak menunjukkan peningkatan siknifikan terhadap mutu ninyak nilam. Dengan
demikian kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam dapat memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia
KESIMPULAN
1. Minyak nilam setelah mengalami pemurnian secara kompleksometri sangat banyak memeberi
pengaruh perubahan terutama pada warna minyak.
2. Pada pemurnian minyak nilam, perlakuan jenis pengkelat, konsentrasi pengkelat dan lama
pengadukan serta interaksi ketiga perlakuan tersebut berpengaruh sangat nyata terhadap
penurunan kadar Fe dalam minyak nilam.
3. Semakin tinggi konsentrasi pengkelat dan semakin lama pengadukan, dapat menurunkan
kandungan logam Fe di dalam minyak nilam.
4. Pemurnian minyak nilam yang menggunakan senyawa pengkelat Na-EDTA lebih baik
(memberi efek baik) bila dibandingkan dengan pengkelat asam sitrat dan asam tertarat.
5. Kadar Patchouli Alkohol setelah pemurnian nilainya lebih tinggi yaitu sekitar 30,16% -
32,16% dan nilainya memenuhi persyaratan SNI di bandingkan sebelum pemurnian yaitu
26,41%.
6. Karakteristik minyak nilam hasil pemurnian rata-rata memenuhi persyaratan Standar Nasional
Indonesia (SNI 06-2385-2006).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai