Anda di halaman 1dari 49

KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA

DALAM PENINGKATAN TOLERANSI DAN


KERUKUNAN UMAT

Oleh: Drs. H. Raihan Redha


Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Balangan

Disampaikan pada :
Kegiatan Peningkatan Toleransi dan Kerukunan
dalam Kehidupan Beragama di Kabupaten Balangan
Rabu, 22 Oktober 2014
PENDAHULUAN

 Indonesia adalah Negara yang berpenduduk majemuk dari segi


suku bangsa, budaya, dan agama yang tersebar di berbagai
wilayah.
 Penduduk ini menganut agama dan kepercayaan yang berbeda-
beda. Bagian terbesar dari penduduk menganut agama Islam,
selain itu ada yang Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
 Diperlukan kearifan dan kedewasaan di kalangan umat beragama
untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan
kepentingan nasional.
 Diperlukan kebijaksanaan dan strategi untuk menciptakan dan
memelihara KUB guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang
aman, damai, sejahtera, dan bersatu.
DATA DAN FAKTA
KERAGAMAN INDONESIA
DATA
• 6 agama resmi: Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, Konghucu
• “Agama” asli Nusantara di tiap daerah: Sunda
Wiwitan (Kanekes, Lebak, Banten), Sunda
Wiwitan aliran Madrais atau agama Cigugur
(Kuningan), agama Buhun (Jawa Barat),
agama Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa
Timur), agama Parmalim (Batak), agama
Kaharingan (Kalimantan), kepercayaan
Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara),
Tolottang (Sulawesi Selatan), Wetu Telu
(Lombok), Naurus (Pulau Seram, Maluku),
Marapu (Sumba) dan berbagai sempalan
dalam agama resmi
DATA
•245 aliran kepercayaan (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2003)
•750 bahasa daerah (Pusat Bahasa
Depdiknas)
•1.128 etnis/suku bangsa (Badan Pusat
Statistik, 2010)
• 17.508 pulau, kini tinggal 13.466 pulau
(Survei Geografi dan Toponimi, 2010)
FAKTA

○ Kualitas hubungan antar umat beragama mengalami


pasang surut, baik skala lokal,regional, nasional,
internasional,
○ Tidak selamanya harmonis
○ Adanya generalisasi kepentingan
○ Pluralisme berpeluang menjadi bencana daripada rahmat
○ Tumbuh sikap primordialisme sempit mengakibatkan
berbagai konflik.
Pluralisme Penduduk
Kabupaten Balangan
Penduduk Kabupaten Balangan terdiri atas
berbagai suku, bahasa, adat istiadat spt :
Banjar ,Dayak, Jawa, dll. serta menganut
berbagai agama seperti : Islam , Protestan ,
Katholik, Hindu, Budha serta kepercayaan
sehingga daerah kita merupakan masyarakat
majemuk, mereka hidup tersebar di 8
Kecamatan dari pekotaan sampai ke
pedesaan yang terpencil.
Jumlah Penganut Agama
Kabupaten Balangan Terkini
Islam : 110.422
Protestan : 558
Katholik : 201
Hindu : 373
Budha : 4.991
Konghucu : -
Kepercayaan : 1584
Sumber : Bimas Islam Kankemenag Balangan (Mei 2014)
VISI DAN MISI
KEMENTERIAN AGAMA
VISI
“Terwujudnya masyarakat Indonesia yang
TAAT BERAGAMA, RUKUN, CERDAS,
MANDIRI DAN SEJAHTERA LAHIR BATIN”
(Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010)
MISI
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat
beragama.
3. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal,
madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan
agama, dan pendidikan keagamaan.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah
haji.
5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
Kepedulian Kementerian Agama
Terhadap Kerukunan Umat Beragama
Istilah Kerukunan Hidup Umat beragama
pertama kali diperkenalkan pada saat Pidato
Menteri Agama KH. M. Dachlan pada saat
Pembukaan Musyawarah Antar Agama tanggal
30 Nopember 1967 antara lain :
” Adanya kerukunan antara golongan
beragama adalah merupakan syarat mutlak
bagi terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi
yang menjadi program Kabinet Ampera.
Musyawarah tersebut diatas merupakan
pertemuan pertama antara semua
pimpinan / pemuka agama – agama di
Indonesia, dari musyawarah inilah mulai
dibentuknya wadah atau lembaga
musyawarah antar umat beragama
diantaranya :
Pada masa Menteri Agama KH. M Dachlan
di bentuk “Badan Kontak Antara Agama”
Pada masa Menteri Agama H. Alamsyah
Ratu Perwiranegara dibentuk “ Wadah
Musyawarah Antar Umat Beragama” lewat
SK Menag Nomor 35 tahun 1980.
Peraturan Bersama Menag dan Mendagri
Nomor : 9 Tahun 2006/ 8 Tahun 2006 lahir
Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB).
Usaha Konkrit Kanwil Kementerian
Agama Prov. Kalsel Terhadap KUB
1. Silaturrahmi Hari Raya/Besar Lintas Agama
2. Dialog Pemuda/Pelajar Lintas Agama
3. Peningkatan Wawasan Multikultural Bagi Guru Agama
4. Peningkatan Wawasan Multikultural Bagi Penyuluh Agama
5. Bantuan Dana Operasional Terhadap Forum Kerukunan Umat
Beragama Provinsi, Kabupaten/Kota se Kalsel secara bertahap
dalam DIPA Kanwil Prov. dan Kantor Kab./Kota Kemenag
7. Sosialisasi Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah berkaitan
dengan kerukunan umat beragama
8. Gerak Jalan Kerukunan dengan diikuti puluhan ribu peserta lintas
agama di Banjarbaru 7 Desember 2013.
9. Temu Wicara Tokoh Agama se Kalsel dengan Menteri Agama di
Banjarbaru 7 Desember 2013.
Usaha Konkrit KanKemenag Balangan
Terhadap KUB
1. Peningkatan Peran Penyuluhan Agama di masyarakat
2. Penerbitan Himbauan-himbauan terkait upaya peningkatan
kerukunan kepada para Ulama
3. Penanaman sikap kerukunan kepada siswa sejak dini melalui
Pendidikan di madrasah (Peran guru agama).
4. Penyelenggaraan acara sosialisasi/pertemuan pelajar lintas agama.
5. Pembentukan Forum Kerukunan Umat Agama Kabupaten Balangan
Tahun 2007.
6. Gerak Jalan Kerukunan dengan melibatkan Pegawai Kementerian
Agama Kabupaten Balangan dan Masyarakat lintas Agama pada 2
Januari 2013 dalam rangka Peringatan Hari Amal Bakti (HAB)
7. Pembangunan Gedung FKUB di samping Kantor Kemenag Balangan
PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG PEMBINAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (2);


2. Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA Hak Asasi Manusia,
Pasal 28 E dan Pasal 28 J
3. Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965, tgl 27 Januari 1965,
yo. UU No. 5 Tahun 1969;
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001;
5. Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978,
tgl 1 Agustus 1978;
6. Keputusan Menteri Agama Nomor 77 Tahun 1978,
tgl 15 Agustus 1978;
7. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
1979, tgl 2 Januari 1979;
8. Instruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1978, Tgl 11 April 1978;
9. Instruksi Menteri Agama Nomor 14 Tahun 1978,
tgl 31 Agustus 1978;
10. Instruksi Menteri Agama Nomor 8 Tahun 1979,
tgl 27 September 1979;
11. Surat Edaran Menteri Agama Nomor MA/432//1981,
tgl 2 September 1981;
12. Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005;
13. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri No.9 Tahun 2006/No.8 Tahun 2006;
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tahun 2006.
FAKTOR KEAGAMAAN YG TIDAK LANGSUNG
DAPAT MENIMBULKAN KONFLIK:

1. Penyiaran agama;
2. Bantuan keagamaan luar negeri;
3. Perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda;
4. Pengangkatan anak;
5. Pendidikan agama;
6. Perayaan hari besar keagamaan;
7. Perawatan dan pemakaman jenazah;
8. Penodaan agama;
9. Kegiatan kelompok sempalan;
10.Transparansi informasi keagamaan, dan;
11.Pendirian rumah ibadat.
FAKTOR-FAKTOR NON-KEAGAMAAN
YANG DAPAT MENIMBULKAN KONFLIK:

1. Kesenjangan ekonomi;

2. Kepentingan politik;

3. Perbedaan nilai sosial budaya, dan;

4. Kemajuan Teknologi Informasi


PENTINGNYA SIKAP
TOLERANSI
TOLERANSI:
kesediaan seseorang untuk memperkenankan atau
bahkan menghargai keberadaan orang lain yang
berbeda atau bahkan yang tidak disetujuinya sekalipun
sehingga tetap punya hak yang sama
sebagai warga negara
KONFLIK dalam masyarakat disebabkan
oleh banyak hal dan salah satu sebabnya
adalah rendahnya toleransi antarindividu dan
antarkelompok. Ketika seseorang atau suatu
kelompok lebih mementingkan egonya dan
tidak bersedia memahami perasaan dan
kepentingan pihak lain, terjadilah konflik.
SOLUSI PENINGKATAN
TOLERANSI
 Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan
norma sosial yang berbeda dari anggota-anggota masyarakat yang
kita temui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok
agamanya sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya.

 Meninggalkan sikap primordialisme, terutama sikap yang menjurus


pada sikap etnosentrisme dan sikap yang berlebih-lebihan.

 Menegakkan peraturan perundang-undangan kepada semua warga


Negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnik, dan agama
yang mereka anut.
SOLUSI PENINGKATAN
TOLERANSI

 Mengembangkan rasa nasionalisme terutamaa melalui penghayatan


wawasan berbangsa dan bernegara.

 Menyelesaikan semua konflik dengan cara akomodatif melalui mediasi,


kompromi dan adjudikasi.

 Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap


individu terutamma para pemegang kekuasaan dan penyelenggaraan
Negara secara secara formal
Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Terciptanya suasana yang damai dalam
bermasyarakat.
2. Toleransi antar umat Beragama meningkat.
3. Menciptakan rasa aman bagi agama – agama
minoritas dalam melaksanakan ibadahnya
masing masing.
4. Meminimalisir konflik yang terjadi dengan
mengatasnamakan Agama.
Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat
Beragama
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
2. Optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar
umat beragama.
3. Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di
Indonesia. Baik yang merupakan pemeluk Agama yang sama,
maupun dengan yang berbeda Agama
4. Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan
tanpa melihat status orang tersebut
5. Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa
yang mereka anut
6. Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap
selesaikan dengan kepala dingin dan damai, tanpa harus saling
tunjuk dan menyalahkan
PRINSIP DASAR YANG HARUS
DIBANGUN :
 Membangun tanpa perbedaan,
 Kebersamaan dalam perbedaan,
 Hidup tanpa kekerasan,
 Hidup toleran,
 Tidak mengukur keyakinan orang lain dengan
keyakinan diri sendiri,
 Tidak mudah tersinggung,
 Mudah menata hati dan pikiran,
 Hidup harmonis berdampingan satu sama lain
secara damai.
KESIMPULAN
Kerukunan dapat dimulai di dalam keluarga kita
masing-masing

Ciptakanlah tolerensi di antara sesama anggota


keluarga karena jika di dalam masing-masing keluarga
tolerensi dapat terjalin dengan baik, imbasnya dapat
dirasakan dalam kehidupan masyarakat.
Mengupayakan kerukunan dalam bermasyarakat
adalah tanggung jawab setiap orang

Nilai-nilai serta norma-norma beretika dalam


bermasyarakat perlu ditanamkan sejak seseorang
masih kecil. Saling hormat – menghormati,
menghindari menggunakan perkataan kasar yang
dapat menyinggung perasaan orang lain adalah salah
satu cara yang dapat kita lakukan agar kita bisa
bermasyarakat dengan baik.
Kerukunan dalam berbudaya

Karena sifat kemajemukan budaya bangsa Indonesia yang


beraneka ragam, maka kerukunan dalam berbudaya juga
perlu diperhatikan. Lain ladang lain belalang, lain daerah
lain pula budayanya. Oleh karena itu jika kita bepergian ke
suatu tempat yang memiliki budaya yang sangat berbeda
dengan budaya dari mana kita berasal, maka sudah
kewajiban kita dengan senang hati untuk menghormati
serta mengikuti budaya setempat tersebut.
PENUTUP

Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari


atau yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang
seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup
ini akan saling menghargai, menghormati dan selaras.
Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan
mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta
kerukunan dengan sendirinya.

“Kerukunan adalah suatu yang harus


terus di tanamkan dalam pikiran, dibina
dan terus dijaga”.
“perbedaan adalah hal yang
biasa, yang tidak biasa
adalah tidak bisa menerima
perbedaan”.

“ perbedaan adalah berkah,


sukses mengelolanya akan menjadi
rakhmat, salah mengelola akan
menjadi laknat”
WASSALAM
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai