Anda di halaman 1dari 48

Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas

DR.CUT ELVINA ZUHRA SP.OG (K)


PENDAHULUAN
Faktor yang diduga sebagai
Latar Belakang penyebab beberapa
perubahan tersebut
• Masa nifas akan • Kecukupan dukungan social
menyebabkan terjadinya dari lingkungan terutama
perubahan-perubahan pada suami
organ reproduksi • Kurangnya dukungan sosial
• Begitupun halnya dengan dari keluargadan teman
kondisi kejiwaan (Psikologis ibu, khususnya dukungan suami
juga mengalami perubahan) selama periode
pascapersalinan (nifas)
diduga kuat merupakan faktor
penting dalam terjadinya
gangguan psikologis pada ibu
TINJAUN PUSTAKA
NIFAS

Masa nifas (Pueperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
pueperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu.
FASE-FASE PADA FASE NIFAS
FASE TAKE IN
(1-2 hari)
• Merupakan fase ketergantungan ibu segera setelah melahirkan yang
menyerahkan sepenuhnya kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya.
• Ibu lebih memusatkan perhatiannya dengan kebutuhannya sendiri sehingga ia tidak
mengawali kontak dengan bayinya
• Ibu mungkin membicarakan pengalaman persalinan yang baru dialaminya kepada
orang lain

FASE TAKING HOLD


(3- 10 hari)
• Masa transisi/mulai belajar. Terjadi peralihan dari perasaan tergantung
ke mandiri
• Ibu berada antara mencari kasih sayang untuk dirinya sendiri juga
mulai mengalihkan perhatian dan kasih sayangnya kepada bayi
• Ibu mengharapkan umpan balik terhadap keterampilan menyusui bayi
• Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitive
FASE-FASE PADA FASE NIFAS

“Letting Go”
(10 hari setelah melahirkan)
• Ibu menerima peran barunya sebagai ibu secara penuh
• Sejalan dengan peningkatan keterampilan dalam merawat
bayi
• Ibu merasa makin penuh percaya bayi
Respon orang tua terhadap bayi baru lahir

BOUNDING ATTACHMENT

• Suatu ketertarikan • Suatu perasaan


mutual pertama antara menyayangi atau loyalitas
individu . Misalnya yang mengikat individu
antara orang tua dan dengan individu lainnya
anak, saat pertama kali
mereka bertemu.
Bila ibu gagal beradaptasi terhadap
perubahan yang dialaminya maka
kemungkinan dapat terjadi masalah
gangguan kesehatan jiwa yaitu :

Kemurungan pasca melahirkan


(Depresi Postpartum Blues)
Depresi pasca melahirkan
(postpartum depresion)
Psikosa pasca melahirkan
(postpartum psikosa)
POST PARTUM BLUS
PENGERTIAN

◦ Baby Blues Syndrome adalah suatu sindroma gangguan


mental ringan pada wanita pasca salin
◦ Baby Blues Syndrome adalah guncangan
emosional/kejiwaan pada seorang ibu yang baru
melahirkan, kondisi ini hampir 50-75% dialami oleh
perempuan yang baru melahirkan
◦ Baby Blues Syndrome cenderung menyerang dalam
waktu 14 hari terhitung setelah persalinan
POSTPARTUM BLUES
DEFINISI Ditandai : Catatan :

• Depresi ringan • Menangis • Distress psikologis meningkat


dan sepintas • Merasa sangat lelah dalam 12 bulan pertama
pada postpartum • Insomnia setelah melahirkan.
• Muncul • Mudah tersinggung
sementara waktu
• Sulitkonsentrasi
• 2 hari- 2 minggu
setelah kelahiran.
• Masih bisa
merawat bayinya
ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai
saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga
berperan terhadap terjadinya postpartum blues seperti:
Etiologi
◦ Faktor hormonal
◦ Faktor demografik (umur dan paritas)
◦ Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
◦ Takut kehilangan bayi atau bayi sakit
◦ Latarbelakang psikososial
◦ Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran finansial dan melahirkan bayi cacat

 Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
 Kurangnya dukungan dan perhatian dari keluarga maupun suami.
 Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
 Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
Inidividu berisiko

◦ Pernah mengalami gangguan kecemasan


sebelumnya
◦ Kejadian-kejadian sebagai stressor
◦ Kondisi bayi yang cacat/memerlukan
perawatan khusus
◦ Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
◦ Tidak adanya perencanaan kehamilan
◦ Kurangnya dukungan yang diberikan
◦ Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih
sayang
◦ Mempunyai permasalahan keuangan
Gejala
◦ Insomnia
◦ Mudah sedih
◦ Depresi
◦ Anxietas
◦ Gangguan konsentrasi
◦ Iritabilitas
◦ Labilitas afek
Gejala

◦ Cemas tanpa sebab


◦ Menangis tanpa sebab
◦ Tidak percaya diri dan Tidak sabar
◦ Sensitif mudah tersinggung
◦ Merasa kurang menyayangi bayinya
◦ Tidak memperhatikan penampilannya
◦ Ibu merasa kurang diperhatikan suami dan keluarga
◦ Kriteria Handley: terpenuhinya sedikitnya 4 dari 7 gejala
pada minggu pertama hingga hari ke 10 postpartum.
◦ mood disforik setidaknya 1 hari. Kriteria Handley
◦ Mood labil (mood yang mudah berubah)
◦ Sering menangis berlebihan setidaknya 1 hari
◦ Rasa ketakutan
◦ Insomnia setidaknya 1 jam selama 3 hari
◦ Nafsu makan berkurang
◦ Iritabilitas meningkat
Pemeriksaan diagnostik
◦ Endinburgh Postnatal Depression Scale ( EPDS ) merupakan
kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Cara penilaian EPDS

1. Pertanyaan 1, 2, dan 4
Mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas mendapatkan nilai 0 dan
kotak paling bawah mendapatkan nilai 3
2. Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10
Merupakan penilaian terbalik, dengan kotak paling atas mendapatkan nilai 3 dan kotak
paling bawah mendapatkan nilai 0
3. Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri.
4. Nilai maksimal : 30
5. Kemungkinan depresi: nilai 10 atau lebih
Cara pengisian EPDS
Cara pengisian EPDS
1. Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat
dengan pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir.
2. Semua pertanyaan kuisioner harus dijawab
3. Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu
mendiskusikan pertanyaan dengan orang lain.
4. Ibu harus menyelesaikan kuisioner ini sendiri, kecuali ia mengalami kesulitan dalam
memahami bahasa atau tidak bisa membaca.
Keuntungan Kekurangan

• Mudah dihitung (oleh perawat, • Tidak bisa mendiagnosis depresi


bidan, petugas kesehatan lain) pasca persalinan
• Sederhana • Tidak bisa mengetahui
• Cepat dikerjakan penyebab dari depresi pasca
(membutuhkan waktu 5-10 persalinan
menit bagi ibu untuk • Belum divalidasi di Indonesia
menyelesaikan EPDS)
• Mendeteksi dini terhadap
adanya depresi pasca
persalinan
• Lebih diterima oleh pasien
• Tidak memerlukan biaya
Tatalaksana
◦ Pendekatan komunikasi terapeutik
◦ Mendorong pasien meredakan ketegangan emosinya
◦ Memahami dirinya
◦ Mendukung tindakan konstruksi
◦ Meningkatkan support mental
◦ Belajar tenang
◦ Tidurlah ketika bayi tidur
◦ Berolahraga ringan
◦ Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
◦ Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
◦ Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
◦ Bersikap fleksibel
◦ Bergabung dengan kelompok ibu
Pencegahan
◦ Anjurkan ibu untuk merawat bayinya dan dorong keluarga dan suami untuk
memperhatikan ibu
◦ Olahraga teratur
◦ Minta bantuan keluarga dan suami untuk merawat bayi
◦ Rencanakan acara keluar bersama bayi dan suami
◦ Menambah pengetahuan diri tentang postpartumblues
◦ Tidur dan makan yang cukup
◦ Hidari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
◦ Menceritakan perasaan
◦ Dukungan keluarga dan orang lain
◦ persiapkan diri dengan baik
◦ Lakukan pekerjaan rumah tangga
◦ Dukungan emosional
◦ Dukungan kelompok postpartum blues
DEPRESI
POSTPARTUM
Depresi Postpartum
Gangguan yang ditandai dengan mood depresi, ansietas yang
berlebihan, dan insomnia. Onsetnya dalam 3 hingga 6 bulan
pasca persalinan

Menurut DSM IV
Suatu kelainan depresi mayor dan gejala depresi timbul dalam
jangka waktu 4 minggu pasca persalinan

Menurut ICD 10
Kelainan ringan dari mental dan yang timbul dalam waktu 6
minggu pasca persalinan.
Epidemiologi
◦ WHO (1999) diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi postpartum
ringan berkisar 10 per 1000
◦ 70% wanita dengan riwayat depresi postpartum akan memiliki resiko kekambuhan
Etiologi dan Faktor risiko
Gejala Klinis
◦ Sukar tidur/ insomnia
◦ Merasa bersalah
◦ Kelelahan
◦ Sukar konsentrasi
◦ Pikiran mau bunuh diri
◦ Fobia
◦ Mimpi buruk
◦ Kecemasan
◦ Meningkatnya sensitivitas
Diagnosis
◦ Diagnosis bisa ditegakkan apabila depresi dan psikosis yang terjadi
mempunyai hubungan dengan persalinan.
◦ Jika onset dari gejala– gejala klinis muncul dalam 4 minggu setelah
kelahiran.
◦ Gejala harus ada hampir setiap hari selama 2 minggu.
Penatalaksanaan
◦ Psikoterapi  talking therapy
◦ Konseling
◦ Modifikasi Lingkungan
◦ Hormonal Replacement Therapy
◦ Profilaksis Treatment
Komplikasi
◦ Beberapa penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia,
gangguan keseimbangan glukosa, dan non insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM)
◦ Minat dan ketertarikan terhadap bayinya berkurang
◦ Ibu yang depresi juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal
Pencegahan
◦ Memberikan Informasi tentang faktor risiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat
sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi

◦ Skrining awal
POSTPARTUM
PSIKOSA
POSTPARTUM PSIKOSA

Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena


perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran
dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat.
GEJALA

 Gejala manik paling sering dijumpai, depresi dgn gambaran


psikotik juga sering.
 G/ yg khas : agitasi, gelisah, emosi yg labil, kegembiraan yg
berlebihan, insomnia, menangis, bingung s/d episode psikotik.
 Penderita kehilangan semangat dan kenyama-nan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga.
 Sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-
berdebar serta nafas terasa cepat.
 Bunuh diri ( Suicide) dan membunuh bayi ( Infanticide) 10% dari
kasus.
 Faktor predisposisi : adanya riwayat gangguan bipolar,
adanya riwayat depresi atau psikosis pasca persalinan
sebelumnya, dan riwayat pada keluarga dengan ggan
psikiatrik pasca persalinan.
 Insiden : 0,1 – 0,2 % dari semua kehamilan.
 Post partum psikosa secara potensial berbahaya  perlu
perawatan maksimal, mencegah melarikan diri dan tindak
kekerasan.
Gejala yang sering terjadi adalah:
◦1. Waham
◦2. Halusinasi
◦3. Gangguan saat tidur
◦4. Obsesi mengenai bayi
◦Pertimbangkan resiko yg besar akan terjadinya
pembunuhan terhadap bayi atau bunuh diri 
rawat inap
◦ Evaluasi lengkap lab. Unt mengetahui
penyebab organik.
◦ komunikasi antar keluarga
◦ pengobatan dgn psikotropika, ASI stop.
◦ Tindakan dgn ECT dapat dilakukan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai