Gangguan Gangguan
Hipokondriasis Somatisasi Gangguan Nyeri
Konversi Dismorfik Tubuh
Ditandai dengan suatu perubahan besar dalam fungsi
fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski tidak ada
temuan medis yang dapat ditemukan sebagai
penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut.
Simtom-simtom tersebut tidak dibuat dengan sengaja
Simtom fisik biasanya timbul dengan tiba-tiba pada
situasi penuh tekanan. Misalnya tangan tentara yang
tiba-tiba lumpuh saat pertempuran hebat.
Beberapa simtom yang muncul al: kelumpuhan,
epilepsi, masalah dengan koordinasi, kebutaan,
tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada
tepat di depan mata), tuli, tidak bisa membaui atau
kehilangan rasa pada anggota badan (anestesi).
Simtom yang ditemukan biasanya tidak sesuai
dengan kondisi medis yang mengacu.
Misalnya orang yang menjadi “tidak mampu”
berdiri atau berjalan di lain pihak dapat
melakukan gerakan kaki lainnya secara
normal.
Biasanya menunjukkan fenomena LA BELLE
INDEFERENCE (ketidakpedulian yang indah)
yaitu suatu kata dalam bhs Prancis yang
menggambarkan kurangnya perhatian
terhadap simtom-simtom yang ada pada
dirinya.
Seorang wanita tua berusia 46 tahun dirujuk oleh
psikiater untuk berkonsultasi.Suaminya mengeluhkan
bahwa istrinya sering mendapatkan serangan pusing yang
membuatnya kewalahan.
Istrinya menggambarkan ia dilanda perasaan pusing yang
berat, disertai oleh mual ringan selama 4 atau 5 malam
dalam seminggu. Selama serangan, ia menceritakan
bahwa ruangan di sekitarnya tampak “gemerlapan” dan ia
memiliki perasaan bahwa ia melayang-layang dan tidak
mampu menjaag keseimbangannya. Serangan ini biasanya
terjadi pada jam 4 sore. Ia biasanya berbaring di tempat
tidur dan tidak merasa baik hingga jam 7 atau 8 malam.
Setelah pulih, ia biasanya biasanya istirahat sepanjang
malam sambil menonton TV, sampai seringkali tertidur
dan tidak ke kamarnya hingga jam 2 atau 3 malam.
Subjek sebelumnya sudah dinyatakan sehat secara fisik oleh
dokter penyakit dalam, dokter ahli neurologi dan spesialis
THT. Tes toleransi glukosa (gula) membuktikan bahwa ia
tidak menderita hipoglikemia (keadaan kadar gula darah
rendah).
Jika ditanya tentang perkawinannya, ia menggambarkan
bahwa suaminya adalah seorang yang kejam, sering
memerintah dan menyiksa secara verbal terhadap dirinya
dan keempat anaknya. Ia bercerita, bahwa tiap suaminya
pulang kerja, dirinya selalu ketakutan karena ia tahu bahwa
suaminya akan berkomentar rumahnya kotor, dan makan
malamnya tidak enak, sehingga tidak pernah dimakan. Sejak
onset serangan itu, ia tidak mampu membuat makan malam
dan selalu membeli makan malamnya. Setelah marah-marah,
biasanya suaminya asyik menonton TV. Dan mereka jarang
berkomunikasi. Walaupun ada masalah di antara mereka,
subjek menyatakan bahwa ia sangat mencintai dan
membutuhkan suaminya.
Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan fungsi motoriknya volunter
(dikerjakan sesuai dengan kehendak) atau fungsi sensoris yang menunjukkan adanya gangguan fisik.
Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau kambuhnya
simtom fisik terkait dengan munculnya stresor psikososial atau situasi konflik.
Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik tersebut atau berpura-pura
memilikinya dengan tujuan tertentu.
Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respons, juga tidak dapat
dijelaskan dengan gangguan fisik apapun melalui landasan pengujian yang tepat.
Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area fungsi
seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis.
Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat
disebabkan oleh gangguan mental lain.
Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa
simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat
dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti
kanker atau masalah jantung.
Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan
secara medis bahwa ketakutannya itu tidak berdasar. ->
memunculkan perilaku doctor shopping.
Tujuan doctor shopping adalah berharap ada dokter
yang kompeten dan simpatik akan memperhatikan
mereka, sebelum terlambat.
Penderita tidak secara sadar berpura-pura akan simtom
fisiknya.
Umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik,
seringkali melibatkan sistem pencernaan
atau campuran antara rasa sakit dan nyeri,
tapi tidak melibatkan kehilangan atau
distorsi fungsi fisik.
Penderita sangat peduli dengan simtom yang
muncul -> memunculkan ketakutan yang luar
biasa akan efek dari simtom tersebut.
Menjadi sangat peka terhadap perubahan
ringan dalam sensasi fisik seperti sedikit
perubahan dalam detak jantung dan sedikit
rasa nyeri.
Penderita memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan
kesehatan, lebih banyak simtom psikiatrik dan
memersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada
orang lain.
Di masa kanak-kanak: sering sakit, sering membolos
karena alasan kesehatan, mengalami trauma masa kecil
seperti kekerasan seksual atau fisik.
Robert (38) adalah seorang ahli radiologi (ilmu kedokteran untuk
melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau
radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik). Ia baru saja pulang dari kunjungan selama 10
hari di sebuah pusat diagnostik terkenal di mana ia menjalani
pengujian ekstensif untuk seluruh sistem pencernaannya. Evaluasi
membuktikan tanda negatif untuk penyakit fisik apapun, namun
bukannya merasa lega, ia tampak marah dan kecewa dengan
penemuan tersebut.
Ia telah merasa terganggu selama beberapa bulan dengan berbagai
simtom fisik yang digambarkannya sebagai simtom-simtom yang
berupa nyeri perut ringan, terasa “penuh”, “isi perut yang
bergemuruh” dan perasaan akan “isi perut yang keras”.
Ia menjadi yakin bahwa simtom-simtom ini disebabkan oleh
kanker usus besar dan ia menjadi terbiasa untuk menguji
sampel darahnya setiap minggu dan secara hati-hati
memeriksakan perutnya akan “massa” yang terdapat di
dalamnya saat terlentang di tempat tidur setiap beberapa
hari sekali. Ia juga secara diam-diam melakukan penelitian
X-ray pada dirinya sendiri di luar jam kantor.
Ada sejarah getaran jantung yang tidak normal yang
dideteksi saat ia berusia 13 tahun dan adik laki-lakinya
meninggal karena penyakit jantung bawaan di awal masa
kanak-kanak. Saat evaluasi, getaran jantungnya terbukti
tidak berbahaya, ia malah mulai khawatir bahwa ada
sesuatu yang lupa diperiksa.
Ia mengembangkan ketakutan bahwa ada sesuatu yang benar-benar
salah dengan jantungnya. Dan saat ketakutan tersebut benar-benar
dapat dikesampingkan, hal itu tidak pernah benar-benar hilang.
Sewaktu di sekolah kedokteran ia khawatir akan penyakit-penyakit
yang dipelajari di kelas patologi.
Sejak lulus, ia seringkali memperhatikan kesehatannya dan memiliki
pola khas: menyadari keberadaan simtom tertentu, menjadi terfokus
pada kemungkinan arti dari simtom tersebut dan menjalani evaluasi
fisik yang terbukti negatif.
Keputusannya untuk mencari konsultasi psikiatrik diawali oleh
kejadian dengan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Anaknya
secara tidak sengaja berjalan di dekatnya saat ia memeriksa
perutnya dan bertanya,”Sekarang apalagi menurutmu, Ayah?”. Ia
menangis saat bercerita tentang kejadian itu, menggambarkan
persaan malu dan marahnya yang sebagian besar terhadap dirinya
sendiri.
Orang tersebut terpaku pada
ketakutan memiliki penyakit
Ketakutan terhadap suatu
serius atau pada keyakinan
penyakit fisik, atau keyakinan
bahwa dirinya memiliki
memiliki suatu penyakit fisik
penyakit serius. Orang
yang tetap ada mesti telah
tersebut menginterpretasikan
diyakinkan secara medis (ket :
sensasi tubuh atau tanda-
bahwa itu tidak ada).
tanda fisik sebagai bukti dari
penyakit fisiknya.