Anda di halaman 1dari 28

Refrat

Trauma Listrik

Di susun oleh :
Iqbal Razif 17710199
Made Chandra Ardy Perbawa 17710226
Taufiquur Rahman 17710176
TRAUMA LISTRIK
BAB I
• Pendahuluan
Listrik merupakan sarana yang kerap digunakan
untuk membantu kehidupan manusia secara luas,
misalnya sebagai penerangan, pengoperasian alat-
alat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan rumah
tangga ataupun hiburan, dan alat-alat dalam bidang
lain, misalnya bidang medis (misalnya untuk
radioterapi, dan fasilitas medis lain yang
membutuhkan listrik dalam pengoperasiannya).1
Namun demikian, bahaya dari penggunaan
listrik dapat menyebabkan luka hingga
kematian (seringkali karena kecelakaan, dan
jarang dalam hal bunuh diri, namun dapat juga
terjadi pada kasus pembunuhan), yang bisa
disebabkan juga oleh listrik alam (misalnya
petir).1
BAB II
PEMBAHASAN
• Faktor Yang Mempengaruhi Efek Aliran Listrik Pada Tubuh, yaitu :
1. Pengertian Listrik
2. Arus Listrik
3. Frekuensi Listrik
4. Tegangan Listrik
5. Tahanan Listrik (Resistensi)
6. Intensitas Listrik
7. Adanya hubungan dengan bumi (Earthing)
8. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
9. Aliran arus listrik ( path of current )
10. Factor-Faktor lain
1. Pengertian Listrik
Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak listrik
terhadap tubuh manusia antara lain jenis/macam
aliran listrik, tegangan/voltase, tahanan/resistansi,
kuat arus/intensitas (amperage), ada tidaknya
hubungan dengan bumi (Earthing), lamanya kontak
dengan konduktor, jalur aliran listrik (path of current),
dan faktor-faktor lain (misalnya komorbiditas).1
• 2. Arus Listrik
Arus listrik adalah muatan listrik yang mengalir dari suatu
tempat yang berpotensial listrik tinggi ke yang rendah, yang
mana searah dengan gerakan dari muatan-muatan yang positif,
dan berlawanan arah dengan gerakan elektron-elektron pada
konduktor logam.1
Arus listrik itu sendiri dibagai menjadi Direct Current
(DC) dan Alternating Current (AC). Arus AC atau arus listrik
bolak-balik, digunakan pada perumahan atau pada pabrik-
pabrik, biasanya dengan voltase 110 – 220 Volt.1
Gambar. Trauma listrik
tegangan tinggi akibat
kecelakaan. Terdapat
protrusi lidah dan rambut
terbakar.

Gambar. Pakaian korban yang


terkoyak dan sebagian terdapat
noda darah, paska trauma listrik
tegangan tinggi akibat busur listrik
akibat kecelakaan.
• Sensitivitas tubuh manusia 4 – 6 kali lebih besar terhadap arus
AC daripada arus DC, dan hal ini tergambarkan oleh fakta
bahwa dari 212 kasus kematian akibat trauma listrik, hanya 8
dari kasus-kasus tersebut yang disebabkan arus DC, dan
banyak kematian oleh trauma listrik yang dilaporkan
disebabkan oleh arus listrik AC dengan tegangan 220 V,
sedangkan arus listrik DC dengan tegangan yang sama jarang
menimbulkan kematian. Arus listrik AC dengan intensitas 70 –
80 mA sudah bersifat letal, sedangkan arus listrik DC dengan
intensitas 250 mA masih bisa ditolerir tanpa adanya
kerusakan.1
3. Frekuensi Listrik
Frekuensi listrik dinyatakan dalam satuan cycle per second
atau Hertz (Hz). Frekuensi listrik yang kerap digunakan adalah
50 Hz dan 60 Hz. Frekuensi yang sangat tinggi adalah
frekuensi 1.000.000 Hz dengan voltase dalam kisaran 20.000 –
40.000 Volt, dan frekuensi ini tidak begitu berbahaya, serta
dapat digunakan dalam proses diatermi. Sensitivitas tubuh
manusia sangat rendah terhadap frekuensi yang sangat tinggi
atau sangat rendah, misalnya frekuensi > 1000 Hz atau < 40
Hz.1
• Tubuh manusia lebih resisten terhadap frekuensi < 10 Hz atau
> 1000 Hz. Frekuensi dari arus listrik AC dinyatakan
berbahaya apabila berkisar antara 39 – 150 Hz, dan dikatakan
kritis bila berkisar antara 50 – 60 Hz. Dan potensi bahaya arus
listrik AC semakin menurun dengan peningkatan frekuensi
listriknya, bahkan arus listrik AC dengan frekuensi 1720 Hz
lebih dapat ditolerir jantung daripada jenis arus listrik yang
sama yang berfrekuensi 150 Hz. Frekuensi arus listrik AC
yang sebesar 60 Hz yang biasa digunakan dalam rumah tangga
dan industri juga dapat menyebabkan kerusakan pada pusat-
pusat di medulla oblongata dan pada jantung.1
• Sensitivitas tubuh manusia sangat rendah
terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau
sangat rendah, misalnya frekuensi > 1000 Hz
atau < 40 Hz.1

Gambar. Electrical mark


multipel pada tangan, terkait
bula dan luka bakar.
4. Tegangan Listrik
Tegangan listrik dinyatakan dalam satuan
Volt. Satu Volt diperlukan untuk menghasilkan
intensitas listrik sebesar 1 Ampere melalui
suatu konduktor (penghantar) yang memiliki
resistensi sebesar 1 Ohm.1
• Ada dua macam tegangan berdasarkan tingkatnya,
antara lain tegangan rendah (low voltage) dan
tegangan tinggi (high voltage). Voltase dinyatakan
rendah apabila < 1000 Volt, yang biasanya digunakan
untuk penerangan pada perumahan (110 – 220 V).
Voltase dinyatakan tinggi apabila > 1000 V, misalnya
pada terapi rontgen (X-ray) yang menggunakan
voltase sebesar 20.000 – 1.000.000 V. Perbedaan
tegangan tinggi dan rendah memiliki arti signifikan
secara fisik, namun tidak signifikan bagi implikasi
biologisnya.1
• Voltase terendah yang dapat bersifat letal bagi
manusia adalah 50 Volt, dan dampak yang timbul
pada tubuh manusia baik secara lokal ataupun general
akan meningkat seiring peningkatan voltase.
Kematian akibat listrik bertegangan rendah terutama
diakibatkan terjadinya fibrilasi ventrikel, dan sekitar
60% kematian akibat trauma listrik disebabkan oleh
listrik bertegangan 115 Volt, sedangkan listrik
bertegangan tinggi dapat bersifat letal terkait dengan
trauma elektrotermis.
Gambar. 1.1
Trauma listrik
tegangan
tinggi.

Gambar. 1.2
Tanda luka bakar
akibat listrik
tegangan rendah
pada kaki.
5. Tahanan Listrik (Resistensi)
• Tahanan listrik didefinisikan sebagai tahanan dari kolom air
raksa dengan tinggi dan lebar tertentu dalam suhu tertentu, dan
dinyatakan dalam satuan Ohm. Hukum Ohm menyatakan
bahwa besar intensitas listrik (I) sama dengan besarnya
tegangan (V) dibagi resistensi (R) dari medium. Panas yang
timbul (W) tergantung dari: kuat arus (I), durasi kontak (t),
dan besarnya resistensi (R).1
• Dalam menganalisa suatu trauma akibat listrik
sebaiknya mempertimbangkan pula resistensi
transisional, yaitu resistensi penyerta yang
disebabkan oleh medium yang berada antara
konduktor dengan tubuh, atau antara tubuh dengan
bumi, misalnya pakaian, dan alas kaki.1
Gambar. Trauma
listrik akibat busur
listrik tegangan
tinggi,
menyebabkan luka
bakar.
6. Intensitas Listrik (Amperage)
• Amperage ialah intensitas arus listrik yang
mampu mengendapkan perak dengan berat
tertentu dari larutan perak nitrat per detik,
dan dinyatakan dalam satuan Ampere, serta
dapat dihitung dengan membagi tegangan
listrik dengan resistensi listrik.1
• Kuat arus sebesar 30 mA dikatakan sebagai
ambang batas ketahanan seseorang, dan
sebesar 40 mA dapat menyebabkan hilangnya
kesadaran, sedangkan kuat arus sebesar
setidaknya 100 mA dapat menyebabkan
kematian.1
 Kelompok I: Arus listrik AC < 25 mA
 Kelompok II: Arus listrik AC 25 – 80 mA
 Kelompok III : Arus listrik AC 80 – 100 mA
 Kelompok IV : Arus dengan intensitas > 3 A
7. Adanya hubungan dengan bumi ( Earthing )
Hal ini merupakan suatu keadaan yang penting,
karena dengan adanya hubungan antara konduktor
ke bumi maka sangat berbahaya bagi keselamatan
manusia. Hal ini bisa dibuktikan missal dengan orang
yang berdiri pada tanah tanpa alas kaki maka lebih
berbahaya ketimbang orang berdiri dengan alas kaki
yang kering.2
8. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Semakin lama seseorang terpapar dengan
konduktor maka semakin banyak jumlah arus
yang melalui tubuh, adalah sangat berbahaya
bagi keselamatan manusia akibatnya, kerusakan
tubuh akan bertambah besar dan luas.
Tegangan yang rendah juga dapat menyebabkan
kematian seseorang bilamana kontak dengan
konduktor berlangsung beberapa menit.
9. Aliran arus listrik ( path of current )
Aliran arus listrik di definisikan sebagai tempat-tempat pada
tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai
meninggalkan tubuh, efek dari arus listrik tersebut juga
bervariasi dari yang ringan sampai berat2.
10. Factor-Faktor lain
• Adanya penyakit tertentu yang sudah ada pada korban
sebelumnya, seperti penyakit jantung, kondisi mental yang
menurun dan sebagainya.
• Antisipasi terhadap suatu shock
• Kurang ke hati-hatian
B. Sebab Kematian

Kematian karena terkena aliran listrik paling


sering terjadi karena kecelakaan, jarang terjadi
karena pembunuhan atau bunuh diri. Oleh
karena itu, pemeriksaan Tempat Kejadian
Perkara ( TKP ) sangat penting untuk dapat
memperkirakan cara kematian korban tersebut.
• Sebab kematian karena arus listrik :
1. Ventrikel Fibrilasi
2. Respiratory paralysis
3. Paralyse pusat pernafasan
C. Pemeriksaan korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara
(TKP )
2. Pemeriksaan jenazah
• Gambar. Electrical mark pada kulit: (a) bula
yang kempis terbentuk setelah kontak erat
dengan konduktor; (b) spark burn akibat
percikan listrik ke kulit.
DAFTAR PUSTAKA
• Mertodidjojo MS. Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal, Edisi Ketujuh. Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airnlangga,
Surabaya; 2010. Halaman 59 – 68.
• Gonzales, TA Helpem M. Umberger, CJ, “Legal
Medicine Pathology and toxicology’, 2nd ed.
New York appleton Centuri Crots Inc. 1954.

Anda mungkin juga menyukai