Anda di halaman 1dari 45

Mentari Fajri Romadhona 1610711095

Nabila Yuniar Putri 1610711105


Lisa Septiani 1610711103
Vera Septiana 1610711115
Yustika Damayanti 1610711119
Nyeri adalah mengklasifikasikan nyeri pasien, apakah nyeri
pasien tipe neuropatik atau yang lainnya (smith,2015).
Berdasarkan perjalanan waktunya, nyeri dapat diklasifikasikan
sebagai nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut biasanya
awitannya tiba-tiba sedangkan nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu tertentu.
Nyeri kronik merupakan situasi yang menurunkan moral, yang
mengkonfrontasi penderita tidak hanya dengan stress yang
berasal dari nyeri tetapi juga dengan banyak kesulitan-
kesulitan lain yang menyertai yang mempengaruhi semua
aspek kehidupan.
Perawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan kepada
penderita sebagai individu seutuhnya yang bersifat holistik
dan terintegrasi (Cheville, 2010).
Teori Gate-Control Mengenai Pain
Melzack dan Wall (1965 dalam Morrison & Bennett, 2009)

 Reseptor nyeri pada kulit dan organ mengirimkan informasi


mengenai cedera fisik kepada beberapa ‘gates’ (gerbang) yang
terletak di tulang belakang.
 Di waktu yang bersamaan dengan saat individu mengalami cedera
fisik, ia juga mengalami sesuatu pada kognisi dan emosinya,
seperti ketakutan, dan lain sebagainya.
(Melzack & Wall, 1965, 1982 dalam Sarafino & Smith, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
 Jumlah aktivitas di dalam urat saraf nyeri.
Jumlah aktivitas di dalam urat saraf periferal (sekeliling).
Pesan yang dikirimkan oleh otak.
Individu yang melakukan aktivitasnya dengan posisi tubuh
yang tidak tepat dapat mengalami cedera yang mungkin
memperluas nyeri yang dialami (Pain Management Research
Institute, 2005).
Namun, nyeri tersebut dapat diredakan dengan pengobatan
medis, pemijatan, fisioterapi, atau istirahat yang cukup (Turk &
Winter, 2005).
Tabel 2.1 Kondisi yang mempengaruhi membuka dan menutupnya gerbang
(Sumber: Karol dkk.; Turk, Meinchenbaum, & Genest, 1983 dalam Sarafino & Smith, 2011 halaman 347)

Kondisi Fisik
 Luasnya cedera
 Tingkat aktivitas yang tidak tepat

Kondisi Emosional
Kondisi yang membuka
 Cemas atau khawatir
gerbang
 Tertekan
 Depresi

Kondisi mental
 Fokus terhadap nyeri yang dirasakan
 Kebosanan; sedikit keterlibatan di dalam aktivitas
harian
Kondisi fisik
 Pengobatan
 Counterstimulation (seperti, pemanasan atau
pemijatan)

Kondisi emosional
Kondisi yang menutup  Emosi positif (seperti, kesenangan dan optimisme)
gerbang  Relaksasi
 Istirahat

Kondisi mental
 Konsentrasi atau distraksi yang intens
 Keterlibatan dan minat di dalam aktivitas harian
Klasifikasi Nyeri Kronik
a. Nyeri Nosiseptik
Nyeri Neuropatik dihasilkan dari kerusakan
atau perubahan strukur dan fungsi jaringan
Nyeri saraf. Nyeri neuropatik dapat timbul
Neuropatik berkaitan dengan proses somatosensorik
yang menyimpang pada saraf tepi atau
sistem saraf pusat

Nyeri psikogenik sering dirujuk sebagai


gangguan somatisasi.Penyebabnya
didasari oleh adanya gangguan emosional
Nyeri atau stressor yang sering tidak disadari
Psikogenik pasien. Nyeri psikogenik timbul walaupun
tidak ditemukan organ sumber nyeri yang
dapat diidentifikasi.
Pada keadaan normal nyeri bertindak sebagai mekanisme alarm yang
mengindikasikan adanya kerusakan atau potensi kerusakan di dalam
tubuh manusia. Namun pada nyeri kronik terjadi perubahan mekanisme
sehingga tidak selalu mencerminkan proses patologi yang sebenarnya.

Nyeri timbul sebagai respon terhadap stimulasi struktur


nosiseptif.Stimulus dijalarkan melalui sepanjang saraf tepi ke sistem
saraf pusat.Sensasi nyeri dan respon individu terhadap nyeri dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya mekanisme fisiologi reseptor nyeri,
struktur anatomi sistem saraf nyeri, keadaan psikologi, emosional,
perilaku, dan motivasi dari masing-masing individu.Variasi dalam
beberapa faktor tersebut dapat memberikan perbedaan persepsi,
derajat, tipe lokasi dan durasi nyeri.Interaksi yang komplek antara
stimulus dari kerusakan jaringan dan pengalaman subyektif dari nyeri
kronis dapat digambarkan dengan proses umum yang dikenal sebagai
transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
sensitisasi sentral/ mekanisme neurogenik sentral
sensitisasi perifer/ neuropati/ mekanisme neurogenik perifer
mekanisme nociceptive nociceptive/ perifer
rasa sakit yang dirawat secara simpatik/ mekanisme nyeri bergantung
secara simpatik
mekanisme kognitif-afektif
Tujuan perawatan paliatif adalah pencapaian kualitas
hidup terbaik yang memungkinkan bagi penderita dan
keluarga (Johnston B, 2005; Tulaar 2012; Cheville,
2010).
Pada tahun 2002, WHO memberikan batasan baru
untuk perawatan paliatif sebagai “suatu pendekatan
untuk memperbaiki kualitas hidup penderita dan
keluarga yang menghadapi masalah berkaitan
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan
cara identifikasi dini dan asesmen serta tatalaksana
yang tepat untuk nyeri dan masalah lain, baik fisik,
psikososial dan spiritual ” (WHO, 2012).
Pengukuran Nyeri
Alat ukur dimensi tunggal yang paling sering dipergunakan untuk evaluasi nyeri
diantaranya Visual Analogue Scale, Numerical Rating Scale, Wong Baker Faces
Scale.
1. Anamnesis berfokus pada jangka waktu, kronologi,
intensitas, lokasi nyeri, faktor yang memperberat atau
memperingat, serta gejala penyerta nyeri.
2. Pemeriksaan fisik harus lengkap, berfokus pada sistem
neurologi dan muskuloskeletal.Saraf kranialis harus
dinilai.Sensasi protopatik (nyeri, suhu, sentuhan raba)
sensasi propioseptik (tekanan dalam, getaran, posisi)
dan sensori kortikal (two point tactile discrimination,
extinction phenamenon) harus didata.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
( SOP )
Teknik Mengatasi Nyeri Atau Distrasi
Pengertian : 4. Menjelaskan tujuan dan f. Berbincang-bincang
Suatu metode untuk prosedur yang akan dilakukan dengan orang lain
menghilangkan nyeri dengan pada pasien dan keluarga 7. Menganjurkan pasien untuk
cara mengalihkan perhatian C. Tahap kerja melakukan salah satu teknik
pasien pada hal-hal lain 1. Berikan kesempatan pada distraksi tersebut
sehingga pasien akan lupa pasien untuk bertanya jika 8. Menganjurkan pasien untuk
terhadap nyeri yang dirasakan
kurang jelas mencoba teknik tersebut bila
Tujuan : 2. Tanyakan keluhan pasien terasa nyaman atau ketidak
Untuk mengurangi atau 3. Menjaga privacy pasien nyamanan
menghilangkan rasa nyeri pada
4. Memuli dengan cara yang D. Tahap terminasi
pasien baik 1. Evaluasi hasil kegiatan
Indikasi : 5. Mengatur posisi pasien 2. Lakukan kontrak waktu
Dilakukan pada pasien dengan
agar rileks tanpa beban fisik untuk kegiatan selanjutnya
gangguan nyeri kronis 6. Menberikan penjelasan 3. Akhiri kegiatan dengan bsik
Prosedur pelaksanaan : pada pasien beberapa cara 4. Cuci tangan
A. Tahap prainteraksi distrasi
1. Membaca status pasien a. Bernafas pelan-pelan E. Dokumentasi
2. Mencuci tangan b. Massage sambil bernafas 1. Catat waktu pelaksanaan
3. Menyiapkan peralatan pelan-pelan tindakan
c. Mendengarkan lagu sambil, 2. Catat respon pasien
B. Tahap orientasi menepuk-nepuk jari kaki terhadap teknik distraksi
1. Memberikan salam kepada d. Membanyangkan hal-hal 3. Paraf dan nama perawat
pasien yang indah sambil menutup jaga.
mata
2. Validasi kondisi pasien
e. Menonton TV
3. Kontrak waktu
Asuhan Keperawatan Nyeri
Analisa data dan diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
keperawatan
DS: Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kepuasan pasien terhadap
DO: keperawatan selama …. …nyeri kronis manajemen nyeri
2. Anjurkan tingkatkan istirahat dan tidur
Atropi otot pasien berkurang dengan kriteria hasil:
yang adepasien kuat
Gangguan kativitas  Tidak ada gangguan tidur 3. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
Anoreksia  Tidak ada gangguan konsentrasi 4. Lakukan tehnik nonfarmakologis
Perubahan pola tidur  Tidak ada gangguan hubungan (relaksasi, masase punggung)
Respon simpatis (suhu dingin, interpersonal 5. Observasi reaksi nonverbal dari
perubahan posisi tubuh , hipersensitif,  Tidak ada ekspresi menahan nyeri ketidaknyamanan
6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
perubahan berat badan) dan ungkapan secara verbal
dan menemukan dukungan
Nyeri >6 bulan  Tidak ada tegangan oto 7. Kontrol lingkungan yang dapat
TD : N: RR : S: mempengaruhi nyeri seperti suhu
 ……………………….. ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Nyeri Kronis berhubungan dengan 8. Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Ketidakmampuan fisik-psikososial 9. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
kronis (metastase kanker, injuri
10. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
neurologis, artritis) napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
11. Tingkatkan istirahat
12. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat :
6. Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi
Konsep Stress
Konsep Dasar Stress
Stress diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara
tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu, semakin
tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stress
yang dialami individu, dan akan merasa terancam. Berbagai
pendekatan mengenai stress yang telah dikemukakan oleh
para ahli tentang stress
Pengertian Stress
DeLaune dan Ladner (2011) stres merupakan reaksi
psikologis tubuh terhadap stimulus/ stressor yang
menimbulkan perubahan.

Stressor adalah segala kejadian yang menyebabkan


seorang individu mengalami stress. Dengan
begitu, stres melibatkan persepsi diri atas
stimulus yang kita terima sedangkan persepsi
adalah cara seorang individu menginterpretasikan
dampak sebuah stressor pada dirinya atau pada
apa yang terjadi dan apa yang bisa ia lakukan
(Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) sumber
stres,

Stress internal Stress sekunder

Stress developmental Stress situasional


Model Stress

a. Model stress berdasarkan stimulus

Model stimulus berdasarkan pada analogy sederhana


dengan hukum elastisitas, Hooke menjelaskan hukum
elastisitas untuk menguraikan bagaimaa beban dapat
menimbulkan kerusakan. Jika strain yang dihasilkan oleh
stress yang diberikan berada pada batas elastisitas dari
material tersebut akan kembali ke kondisi semula, tetapi
jika strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitiasnya
maka keusakan akan tejadi.
b. Model stress berdasarkan

Fase perlawanan (resistance) terjadi bila respon adaptif tidak


mengurangi persepsi terhadap ancaman, reaksi ini ditandai oleh
hormone cortical yang tetap tinggi. Usaha fisiologis untuk mengaasi
stress mencapai kapasitas penuh, dan perlawanan melalui mekanisme
pertahanan diri dan strategi mengatai stress. Sedangkan reaksi ketihan
yaitu perlawanan terhadapnstress yang berkepanjagan mulai menurun,
fungsi otak terganggu oleh perubahan metabolisme, sistem kekebalan
tubuh menjadi kuramg efisien dan penyakit yang serius mulai timbul
pada saat kondisi menurun.
c. Model stress bedasarkan transaksional

Pendekatan ini mengacu pada inte.raks yang timbul antara manusia


dan lingkunganya
Tiga tahap dalam mengukur potensial yang mengandung stress yaitu
pengukuran suatu situasi potensial mengandung stress:

1. Pengukuran primer, menggali persepsi individu terhadap madalah


saat ia menilai tantangan atau tuntutan yang menimpanya.
2. Pengukuran sekunder, mengkaji kemampuan seseorang atau
sumber-sumber tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah.
3. Pengukuran tersier, berfokus pada perkiraan keefektifan perilaku
koping dalam mengurangi dan menghadapi ancaman.
Indikator Stress
1. Indikator fisiologis
Respon tubuh seseorang ketika menghadapi sesuatu yang berat dapat bersifat
adapftif yaitu mampu mempertahankan homeostasis dengan baik dan
maladaptive yaitu respon yang tidak dapat dikendalikan. Respon stress sangat
bergantung pada presepsi individu terhadap sesuatu tanda fisiologis dan gejala
stress merupakan hasil dari aktivasi sistem simpatik dan neuroendokrin tubuh
(Kozier,2015).

Sistem kardiovasikular dan pernapasan neurologis effects


 Peningkatan denyut nadi pusing
 Peningkatan tekana darah sakit kepala
 Pernapasan pendek dan cepat dilatasi pupil

Gastrointestinal effects genitourinary effects


 Mual poliuria
 Nafsu makan berubah- ubah
 Diare atau sembelit

Musculoskeletal effects endokrin effects


 Tegang otot peningkatan kadar glukosa
 Berkedut darah dan kotisol
2. Indikator psikologis
 Menifestasi stress dalam indikator psikologis antara lain
kecemasan (anxiety), takut, marah, depresi dan mekanisme
ego yang tidak disadari (Kozier,2015).
 Manifestasi stres di dalam indikator psikologis (DeLaunne
,2011): iritabilitas, perasaan sangat sensitive, sedih,
depresi, dan merasa dipojokan.

3. Indikator kognitif
 Indikator kognitif stress adalah renspon berpikir yang
mencakup penyelesaian masalah, penstukturan, kontrol
diri/ disiplin diri, supresi, dan fantasi (Kozier,2015).
 Manifestasi stres di dalam indikator kognitif (DeLaunne
,2011) : gangguan memori, kebingungan, dan gangguan
penilaian dan membuat keputusan.
Jenis-Jenis Stress
Selye (dalam Potter & Perry, 2013) mengemukakan
teorinya mengenai jenis-jenis stres yang dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Eustres
Merupakan jenis stres berenergi positif (energi motivasi
yang dapat berupa kesenangan, pengharapan dan
gerakan yang terarah) sehingga sifatnya melindungi
kesehatan (Varcarolis, et al, 2006 dalam Potter &
Perry, 2013).
Eustres merupakan stres yang bersifat menantang akan
tetapi masih dapat dikendalikan oleh diri sendiri.
2. Distress
Merupakan jenis stres yang bersifat merusak, tidak
menguntungkan, serta merupakan interpretasi
negatif dari suatu peristiwa yang dialami.Intepretasi
tersebut berupa rasa ketakutan, rasa marah, atau
bahkan keduanya (Seaward, 2012).

Individu yang mengalami distres menggangap dirinya


sudah terperangkap didalam masalah tersebut
sehingga merasa sudah tidak dapat meninggalkan
atau keluar situasi stres yang dialami, bahkan
merasa tidak berdaya dan frustrasi.
Dampak Stressor

Jumlah stressor pada saat


Sifat stressor
yang bersamaan

Lama pemajanan terhadap


stressor

Pengalaman masa lalu Tingkat perkembangan


Tahapan stress
Menurut Selye dalam (Kozier, 2010), baik GAS maupun
LAS mempunyai tiga tahap, yaitu :

Reaksi
alarm

Tahap
resistensi

Tahap
kelelahan
Reaksi psikologis terhadap stress

Kemarahan
Kecemasan dan agresi

Apati dan Gangguan


depresi kognitif
Manajemen stress
Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan
baik, yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stres
agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Menurut
Hidayat (2012) ada beberapa cara manajemen stres yang
dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diet dan nutrisi
2. Istirahat dan tidur
3. Olahraga teratur
4. Berhenti merokok
5. Menghindari minuman keras
6. Mengatur waktu
7. Terapi psikofarmaka
8. Terapi somatik
9. Psikoterapi
10. Terapi psikoreligius
Model Teoritical Stress
1. Model berbasis stimulus
dimana stres merupakan sesuatu yang dihadapi
seseorang seperti stimulus, peristiwa yang terjadi selama
hidup atau situasi yang dapat membuat seseorang bereaksi
secara fisiologik dan atau psikologik yang membuat
kerentanan terhadap penyakit semakin meningkat. Dalam
model ini terdapat skala numerik yang digunakan untuk
mendokumentasikan pengalaman klien yang baru seperti
perceraian, kehamilan dan pension.
2. Model berbasis respons
Menurut Selye (1976) dalam Kozier (2015) mendeskripsikan
stress sebagai suatu respon non spesifik tubuh terhadap setiap
tuntutan yang ditimbulkannya. Respon dalam model ini dibagi
menjadi dua jenis yaitu General Adaptive Syndrome (GAS) dan
Local Adaptive Syndrome (LAS).
3. Model berbasis transaksi
dimana menekankan respons kognitif, afektif dan adaptif timbul
karena transaksi individu dengan lingkungan. Contoh respon dalam
model ini adalah penilaian kognitif dan koping klien serta memandang
stressor sebagai respon yang sesuai dengan persepsi klien itu sendiri
yang berakar pada proses psikologis dan kognitif.
4. Model berbasis interaksional
merupakan gabungan antara model berbasis respon dengan
model berbasis stimulus. Gabungan dua model tersebut dapat
diukur ketika dua kondisi bertemu yaitu ketika individu menerima
ancaman akan motif dan kebutuhan penting milik klien dan ketika
individu tidak mampu meng-coping stressor.
Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2013) mekanisme pertahan ego
terdiri dari 17 (tujuh belas) macam, yaitu:
○ Represi, yaitu suatu cara pertahanan untuk
menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan
yang mengancam.
○ Supresi, yaitu suatu proses yang digolongkan sebagai
mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari; pengesampingan yang
sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;
kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang
berikutnya. Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan
○ Penyangkalan (denial), dilakukan dengan cara
melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan
hal-hal lain. Penyangkalan dapat digunakan dalam
keadaan normal maupun patologis.
○ Proyeksi, yaitu ketika impuls internal yang tidak dapat
diterima dan yang dihasilkannya akan dirasakan dan
ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat
psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang
kenyataan eksternal
○ Sublimasi, merupakan dorongan kehendak atau cita-cita
yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di
masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih
dapat diterima bahkan ada yang mengagumi
○ Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan
yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara
melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya
○ Introyeksi, terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan
ke dalam penderitannya berbagai aspek keadaan yang akan
mengancamnya
○ Pengelakan atau salah pindah, terjadi apabila kebencian
terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada
orang atau obyek lain yang kurang membahayakan
○ Rasionalisasi, merupakan upaya untuk
membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal
(rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri
dan masyarakat
○ Simbolisasi, merupakan suatu mekanisme apabila
suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide
atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa
simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar
○ Konversi, merupakan proses psikologi dimana
suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan
dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi
motorik atau sensorik dalam upayanya
menetralisasikan pelepasan afek
○ Identifikasi, upaya untuk menambah rasa percaya
diri dengan menyamakan diri dengan orang lain
atau institusi yang mempunyai nama
○ Regresi, upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan
yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang
dan biasanya dengan aspirasi yang kurang
○ Kompensasi, menutupi kelemahan dengan
menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan
secara frustasi dalam bidang lain
○ Pelepasan (Undoing), upaya untuk menebus sehingga
dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan
yang tidak bermoral
○ Penyekatan Emosional (Emotional Insulation), terjadi
apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan
emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan
kekecewaan atau yang menyakitkan
○ Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi) merupakan
bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang
kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi
dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang
sudah tidak menderita lagi” dan sambil tersenyum.
Stress dalam Keperawatan
Paliatif
Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi
rentan terkena stres, karena itu masalah penanganan
stres pada pasien kanker perlu mendapat perhatian
khusus.World Cancer Declaration (2013) tujuan
kedelapan menyatakan bahwa salah satu tujuan dari
penanganan pasien kanker adalah mengurangi nyeri dan
manajemen stres.

Pasien kanker payudara akan merasa takut, khawatir


dan frustasi. Setelah didiagnosa, sebelum operasi,
selama dan setelah operasi serta ketika menjalani terapi,
pasien akan merasa kehilangan dan mengalami stres.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dausch, et al (2010)
menjelaskan bahwa pasien kanker payudara memiliki
emosional yang berlebih dan dapat memicu kondisi stres
setelah diagnosis dan treatment.
Lanjutan
Stres yang dialami dimanifestasikan secara langsung secara
langsung melalui perubahan fisiologis dan psikologis.Gejalayang
dirasakan seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri
abdomen dan sesak nafas serta perubahan perilaku seperti gelisah,
bicara cepat, reaksi terkejut (Stuart, 2013).Sumber koping dan
berbagai dukungan sangat diperlukan untuk mengatasi stres yang
dialami oleh pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Menurut penelitian Johansson (2013), didapatkan beberapa
karakteristik individu yang mempengaruhi stres antara lain umur,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, stadium kanker dan
pelaku rawat, serta didapatkan juga bahwa perempuan dengan
strategi koping yang baik memiliki stress yang rendah dan perempuan
dengan spiritual yang baik juga memiliki stress yang rendah

Penelitian Sarenmalm (2013), membahas tentang strategi koping,


status kesehatan dan kualitas hidup perempuan dengan kanker
payudara didapatkan data bahwa strategi koping yang paling sering
digunakan untuk mengatasi stres adalah mencari dukungan sosial,
redefinisi situasi dan mencari dukungan spiritual
Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Stress
Data fisiologis Data psiko sosial
 Peningkatan tekanan darah  Cemas dan ragu-ragu
 Depresi
 Ketegangan otot meningkat
 Bosan
 Peningkatan denyut nadi dan  Penggunaan obat dan zat meningkat
frekuensi nafas  Pola makan berubah
 Keringat dingin pada telapak  Perubahan pola tidur dan kegiatan
tangan  Kelelahan mental
 Tangan dan kaki dingin  Perasaan tidak mampu
 Sakit kepala  Harga diri kurang dan hilang
 Sakit perut (gangguan pencernaan)  Mudah tersinggung dan cepat marah
 Suara nada tinggi dan cepat  Motivasi hilang
 Nafsu makan berubah  Menangis
 Frekuensi miksi bertambah  Produktivitas dan kualitas kerja
menurun
 Sukar tidur atau sering terbangun  Sering melamun
 Dilatasi pupil  Tidak konsentrasi pada tugas
 Gula darah meningkat  Sering sakit
 Minat hilang
Diagnosa
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan dalam
masalah keperawatan (potensi atau aktual) dan etiologi
dari masalah. Berikut diagnosa keperawatan pada pasien
stress dan adaptasi
 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :
 Perubahan pola hidup
 Sistem pendukung tidak adekuat
 Koping yang tidak ampuh
 Stress yang berkepanjangan
 Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan:
 Masalah ekonomi
 Kercacatan yang berkepanjangan
 Stress berkepanjangan (fisiologis,psikososial,dan situasi.
 Gangguan aktivitas berhubungan dengan
 Stress fisiologis
 Krisis emosi dan situasi
Rencana Keperawatan
 Tujuan keperawatan pada klien stress yaitu :
 klien dapat menangani berbagai dalam kehidupan
 klien dapat mengembangkan kemampuan
penyelesaian masalah
 klien menerima beberapa dukungan yang adekuat
Diagnosa Intervensi
Koping individu tidak a. mendukung klien dan keluarga
efektif b/d system R: sering klien dan keluarga memerlukan seseorang untuk
mengekspresikan perasaan,kekhawatiran, dan masalahnya.
pendukung tidak
Ungkapan perasaan merupakan salah satu cara mengurangi
adekuat stress
b. mengorientasikan klien
R: mengorientasikan klien tentang rumah sakit,fasilitas dan
peraturan yang berlaku. Informasikan tentang rumah sakit
dibutuhkan klien dan keluarga untuk dapat beradaptasi
dengan situasi rumah sakit yang berbeda dengan situasi
rumah
c. mempertahankan identitas klien
R: mempertahankan identitas klien dengan memanggil nama
klien,memberi kesempatan menggunakan peralatan send
iri selama tidak bertentangan dengan kondisi klien.
d. Member informasi yang dibutuhkan klien
R: sering stress timbul karena informasi yang tidak jelas.
Misalnya: prosedur pemeriksaan dan tindakan keperawatan
e. Mengulangi informasi jika klien sukar mengingat
R: dapat diberikan berupa leaflet dan brosur agar dapat dibaca
dan dipelajari lebih lanjut
Koping individu a. Meningkatkan harga diri klien
tidak efektif b/d R: libatkan klien dalam tindakan
stress yang keperawatan. Beri penghargaan pada
berkepanjangan perilaku positif
b. Membantu latihan menejemen stress
R:
1. Latihan nafas dalam
2. Latihan relaksasi (anggota
badan,perut,dada,kepala dan leher)
3. Latihan lima jari (hipnose diri sendiri)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai