delik materiil? Gunakan teori jenis pidana lingkungan dan kaitkan dengan pasal-pasal pidana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. JENIS PIDANA LINGKUNGAN HIDUP
Delik materiil adalah : delik yang rumusannya memberikan ancaman
pidana terhadap perbuatan yang menimbulkan akibat dari perbuatan (adanya kausalitas antara perbuatan dan akibat dari perbuatan). Delik formil adalah : delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap perbuatan yang dilarang, tanpa memandang akibat dari perbuatan. Delik materiil terdapat pada Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 112, sedangkan delik formil terdapat pada Pasal 100 s/d Pasal 111 dan Pasal 113 s/d Pasal 115 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. MENURUT SUKANDA HUSIN
Dellik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum yang
menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang tidak perlu memerlukan pembuktian pelanggaran aturan-aturan hukum administrasi seperti izin. Delik formil (specific crime) adalah perbuatan yang melanggar hukum terhadap aturan-aturan hukum administrasi, jadi untuk pembuktian terjadinya delik formil tidak diperlukan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup seperti delik materil, tetapi cukup dengan membuktikan pelanggaran hukum administrasi. (Damang, “Tindak Pidana Lingkungan Hidup KATEGORI DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM
1. Dakwaan Pertama Primair
PT.Adei Plantation & Industry melanggar ketentuan yang ada pada pasal 48 ayat (1) Jo pasal 26 Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
2. Dakwaan Pertama Subsudair
PT.Adei Plantation melanggar ketentuan pasal 49 ayat (1) Jo pasal 26 Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. 3. Dakwaan Kedua PT.Adei Plantation & Industry melanggar pasal 108 Jo pasal 69 ayat (1) huruf (h) Jo Pasal 116 ayat (1) huruf (a) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Dakwaan Ketiga Primair
PT.Adei Plantation & Industry melanggar pasal 98 ayat (1) Jo pasal 116 ayat (1) huruf (a) UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Dakwaan Ketiga Subsidair
Pasal 99 ayat (1) jo. Pasal 116 ayat (1) huruf (a) UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KESIMPULAN
Dakwaan tersebut merupakan dakwaan alternafif subsideritas. Dalam hal
ini, majelis hakim mengabulkan Dakwaan alternative ketiga subsidair Pasal 99 ayat (1) Jo Pasal 116 ayat (1) huruf (a) UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah terpenuhin maka PT. ADEI PLANTATION & Industry harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinmya kriteria baku kerusakan lingkungn hidup.
Dakwaan yang dikabulkan oleh majelis hakim tersebut merupakan delik
materiil yang mana pasal 99 ayat (1) UUPPLH memperhatikan terlampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. KESIMPULAN
Kelompok kami setuju untuk didakwakannya terdakwa dengan delik
materil karena mengingat juga keseluruhan dakwa yang diajukan JPU merupakan delik materill pula. Jika saja pasal-pasal yang diajukan oleh JPU merupakan pasal 100-115 UUPPLH yang merupakan delik formil, maka terdakwa bisa terlepas dari tuntutannya, karena jika dilihat persyaratan administratif yang dimiliki Terdakwa telah terpenuhi seperti dokumen AMDAL (Terdiri dai dokumen RKL dan RPL) dengan persetujuan Pemda Pelalawan melalui Bapedal. Maka, delik materill diangap sudah tepat dan sejalan dengan gambaran Serious Environmental Pollution yang mana PT. ADEI PLANTATION tetap dihukum karena perbuatannya yang merusak lingkungan hidup meski telah memilki lisensi atau syarat administratifnya.