Anda di halaman 1dari 14

PERTUSIS

NAMA : 1. ELA JUWITA


2. ELLENA FEBRIAFENA
3. NIRWANA
4. RIZKY
5. SALSABILLA
SUB POKOK PEMBAHASAN...

DEFINISI PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PENATALAKSANA
ETIOLOGI PERTUSIS AN

ASUHAN
KERAWATAN
DEFINISI

Pertusis adalah infeksi saluran


pernafasan akut yang
disebabkan oleh bordetella
pertusis, nama lain penyakit ini
adalah tussis Quinta, whooping
cough, batuk rejan.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
 Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas.
Dan organisme hanya akan berkembang biak jika terdapat
kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan dengan
epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin,
perttusinogen, toxin heat labile, dan kapsul antifagositik,
oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta
penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus.
 Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas
yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah
bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrsis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus;
obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari
penimbunan mukus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang
bersifat menetap.
WASAPADA TANDA DAN GEJALA
 Masa tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan
terbagi dalam 3 stadium:
 Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama
pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. Stadium ini menyerupai
influenza.
 Stadium spasmodik
Berlangsung selama 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan
muka merah dan sianotik. Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan
batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum
kental. Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan
saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis. Tampak keringat,
pembuluh darah leher dan muka lebar.
 Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan beratnya serangan batuk
berkurang muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
2. Pembiakan apus tenggorokan.
3. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan
jumlah sel darah putih yang ditandai sejumlah besar
limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-
50.000 sel / m³darah.
4. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
5. Tes ELISA (Enzyme – Linked Serum Assay) untuk
mengukur kadar secret Ig A.
6. Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya
infiltrate perihilus, atelaktasis atau emphysema
PENATALAKSANAAN
 Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan.
Biasanya dokter memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan
vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT), dan Hib.
Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:
 Pada usia 2 bulan.

 Pada usia 4 bulan.

 Pada usia 6 bulan.

 Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.

 Pada usia 5 tahun.

Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping


yang mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di
antaranya adalah rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan
pada bagian yang disuntik. Selain itu, kemungkinan anak juga akan
menjadi rewel atau demam.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan akumulasi secret.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
3. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi secret.
 Intervensi :

 Auskultasi bunyi nafas (misal : mengi)

 untuk mengidentifikasi adanya obstruksi jalan nafas yang membahayakan


oksigenasi.
 Kaji /pantau frekuensi pernafasan.

 untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan frekuensi


pernafasan.
 Berikan pasien posisi semi fowler.

 untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru.

 Ajarkan pasien melakukan batuk efektif.

 Anjurkan untuk minum air hangat.

 Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat antibiotik.


Diagnosa Keperawatan ; Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah.
Intervensi :
 Timbang berat badan pasien secara rutin

 Catat status nutrisi.

 Awasi pemasukan/pengeluaran makanan secara

periodik.
 Anjurkan untuk banyak istirahat.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan


komposisi diit.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-
ventilasi.
Intervensi
 Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.

 Awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

 Auskultasi bunyi nafas, caat area penurunan aliran


udara
 Dorong mengeluarkan sputum, pengisapan bila
diindikasikan.
 Kolaborasi dengan dokter dalam hal pengawasan
GDA
Ada pertanyaan
???
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai