Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

Ketuban Pecah Dini


Oleh:
Syahputra Oloan Harahap (71160891816)
Vicky Simbolon (13000049)
Frisca Sidabalok (213210001)

Pembimbing: dr. Hj. Suty Nasution, Sp.OG(K)


• Selaput ketuban yang membatasi
rongga amnion terdiri atas amnion
dan korion. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban
dan melindungi janin. Dalam
keadaan normal, selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan
 Ketuban
pecah dini (KPD) merupakan
keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan sebelum 37
minggu.
a. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern
atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset
persalinan

b. KPD pada Kehamilan Aterm


Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+),
IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
Penurunan
Riwayat infeksi jumlah kolagen
menular dari membran
seksual amnion
Perokok

Etiologi
Infeksi Riwayat ketuban
Intraamnion pecah dini pada
Sosioekonomi kehamilan
rendah sebelumnya
 KPD menyebabkan 30-35% persalinan
kurang bulan. Kejadian PROM terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan
PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar
2-3% dari semua kehamilan tunggal dan
7,4% dari kehamilan kembar.
 PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari
semua kelahiran prematur, yang telah meningkat
sebanyak 38% sejak tahun 1981. Sekitar 1/3 dari
perempuan yang mengalami PPROM akan
mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan
fetus/ neonatus akan berada pada risiko morbiditas
dan mortalitas terkait PPROM yang lebih besar
dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi mengalami
kematian.
Mengapa Fetal Distress didiagnosa
berdasarkan DJJ?

Fetal distress/ intra-


partum fetal distress Denyut
jantung
Asidosis metabolik
janin ↑
↓ Oksigen

Glikolisis ↓ Nodus
anaerobik Ion H+ terstimulasi jantung
janin
↑ asam laktat &
asam piruvat
• Anamnesis
 Merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak
berwarna putih jernih, keruh hijau,
atau kecoklatan secara tiba-tiba dari
jalan lahir.
 Disertai demam jika sudah terjadi
infeksi
 Pemeriksaan Fisik
 Palpasi
Didapatkan uterus lunak dan tidak ada nyeri
tekan.
Inspekulo
Air ketuban mengalir keluar dari kanalis
servikalis.
 Pemeriksaan Penunjang
 Nitrazin Test
 Fern Test
 Urine
 Darah Lengkap
 Ultrasonografi
 Fistula vesikovaginal dengan kehamilan
 Stress Inkonentia
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah
untuk mencegah mortalitasdan morbiditas
perinatal pada ibu dan bayi yang dapat
meningkat karena infeksi atauakibat
kelahiran preterm pada kehamilan
dibawah 37 minggu.
a. Tatalaksana Umum
 Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10
hari.
 Rujuk ke fasilitas yang memadai.
b. Tatalaksana Khusus
Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia
kehamilan :
 >34 minggu :
 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.
◦ 24-33 minggu:
 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian
janin, lakukan persalinan segera.
 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama
48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam
selama 48 jam.
 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi
ibu dan janin.
 Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di
usia kehamilan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan
pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang
◦ <24 minggu:
Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko
ibu dan janin.
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi
kehamilan mungkin menjadi pilihan.
Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan
tatalaksana korioamnionitis
Nama : Doris Hutabarat
Umur : 38 tahun
Suku : Batak
Alamat : Jln. Tangkul 1, Medan Tembung.
Agama : Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SLTA
Status : Menikah
Tanggal MRS : 02 November 2018
Jam masuk : 03:12 WIB
Ny. D, usia 38 tahun, G4P3A0, Batak,
Protestan, pendidikan SMA, pekerjaan ibu
rumah tangga, i/d Tn. H, usia 40 tahun,
suku batak, agama Protestan, pendidikan
SMA, pekerjaan Wiraswasta, datang ke
RSUD Pirngadi dengan :

Keluhan utama: Keluar air-air dari


kemaluan
Telaah:
Hal ini dialami pasien sejak 3 jam sebelum
masuk Rumah Sakit. Volume cairan membasahi
pakaian, warna putih jernih, tidak berbau,
keluar lendir darah dari kemaluan tidak
dijumpai. Mules-mules tidak dijumpai. Buang
air besar dan buang air kecil dalam batas
normal. Pasien dirujuk dari klinik bidan oleh
karena keluar air-air dari kemaluan.
Riwayat penyakit terdahulu : DM
Riwayat pemakaian obat : -
RIWAYAT HAID
HPHT : 03/ 02/ 2018
TTP : 10/ 11/ 2018
Siklus Haid : Teratur
Volume Haid : 2 kali ganti doek/ hari
Lama Siklus : 28 hari
Lama Haid : 5-7 hari
ANTENATAL CARE
4x Bidan, 1x Sp.OG

RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, 4500 gram, aterm, PSP, Bidan,Klinik, 17
tahun, sehat
2. Laki-laki, 4300 gram, aterm, PSP, Bidan, Klinik, 11
tahun, sehat
3. Laki-laki, 4200 gram, aterm, PSP, Bidan, Klinik, 10
tahun, sehat
4. Hamil ini
Status Presens
Sensorium : Compos mentis Anemis : -
Tekanan : 120/80 mmHg Ikterik :-
Darah
Frekuensi : 88 x/i Sianosis : -
Nadi
Frekuensi : 22 x/i Dyspno : -
Napas e
Status Generalisata
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), isokor, ka=ki
Leher : TVJ R + 2 cm H2O
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi
Jantun : S1 (N) S2 (N) S3 (-) S4 (-), Reguler, Murmur (-)
g
Paru : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, clubbing finger (-),
edem pretibial (-/-)
Status Lokalisata
Abdomen : Membesar asimetris, soepel, peristaltik (+) N,
Nyeri tekan (-)
TFU : 3 jari di bawah processus xyphoideus, kontraksi
adekuat (+)
Teregang : Kiri
Terbawah : Kepala
Gerak : (+)
HIS :-
DJJ : 156 x/ menit
P/V :-
Status Ginekologis
Inspekulo : Tampak cairan ketuban di introitus
vagina, dibersihkan, kesan mengalirdari
OUE, portio licin, erosi (-), Flour/Albus
(-), Nitrazin test (+), Valsava test (+)
VT : Vulva vagina normal, portio tebal lunak,
cervix sacral tertutup, cervical
effacement 30%, kepala di Hodge I,
bagian terbawah janin kepala
ST : Lendir darah (-), air ketuban (+)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 10,070 /µL 4.000 – 10.000
RBC 4,14 106 /µL 4,50 – 5,50
HGB 9,8 g/dL 12,00 – 14,00
HCT 29 % 36,00 – 42,00
PLT 322.000,00 / µL 440.000,00 – 150.000,00
Elisa Tes R3 - Non Reaktif
Ureum 13,00 mg/dl 10,00 – 50,00
Creatinin 0,56 mg/dl 0,60 – 1,20
Uric Acid 5,80 mg/dl 3,50 – 7,00
Glukosa ad Random 142,00 mg/dl 0,00 – 140,00
Natrium 141,00 mmol/L 136,00 – 155,00
Kalium 3,50 mmol/L 3,50 – 5,50
Chlorida 114,00 mmol/L 95,00 – 103,00
DIAGNOSIS
PROM + MG + KDR (36-38) minggu + PK + AH

RENCANA
•Monitoring vital sign, kontraksi uterus, DJJ, tanda-
tanda inpartu, serta tanda-tanda korioamnionitis
•USG konfirmasi cairan ketuban
•Induksi persalinan → Ripening of cervix (Oxytocin 5
IU dalam 500 cc RL 4gtt/menit diberikan sesuai
dengan SOP)
•Terminasi kehamilan: Partus Spontan Pervaginan
TERAPI
•Bed Rest, Posisi Trendelenburg
•IVFD RL 20gtt/menit
•Inj. Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam
Tanggal Jumat, 02 November 2018 (03.30 WIB)
Keluhan utama Nyeri luka operasi
Status Presens Sens : Compos mentis Anemis :-
TD : 130/70 mmHg Ikterik :-
HR : 88 x/i Sianosis :-
RR : 22 x/i Dyspnoe :-
T : 37,0º C Edema :-
Status Lokalisata Abdomen : Soepel, peristaltic (+) Normal
TFU : 3 jari di processus xyphoideus
Teregang : Kiri
Terbawah : Kepala (5/5)
HIS : (-)
Gerak : (+)
Status Lokalisata DJJ : 156x/i

P/V : (-)

VT : Cervix sacral tertutup, portio tebal


lunak, cervical effacement 30%,
kepala di Hodge I, bagian terbawah
janin kepala
ST : Lendir darah (-), air ketuban (+)
Diagnosa  PROM + MG + KDR (37-38 mingu) + Presentasi kepala
+ Anak hidup
Terapi - Bed rest, posisi Trendelenburg
- IVFD NaCl 4gtt/i + Oxytocin 5 IU (Induksi)
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam
Rencana - Awasi kontraksi uterus, DJJ, tanda-tanda inpartu,
tanda-tanda korioamnionitis
- Lanjutkan induksi persalinan → Ripening of cervix
- Terminasi kehamilan: PSP
Tanggal Jumat, 02 November 2018 (07.30 WIB)
Keluhan utama Rasa ingin mengedan
Status Presens Sens : Compos mentis Anemis :-
TD : 130/70 mmHg Ikterik :-
HR : 88 x/i Sianosis :-
RR : 21 x/i Dyspnoe :-
T : 36,9º C Edema :-
Status Lokalisata Abdomen : Soepel, peristaltic (+) Normal
TFU : 3 jari di processus xyphoideus
Teregang : Kiri
Terbawah : Kepala (0/5)
HIS : (+) 4X40’’/10’
Gerak : (-)
Status Lokalisata DJJ : 155x/i

P/V : (+)

VT : Cervix pembukaan lengkap, teraba


kepala dengan kaput sebesar 5x5
cm UUK jam 12
Diagnosa  MG + KDR (37-38) Minggu + PK + AH + Kala II

Terapi - IVFD RL Cor 1fls


- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam
Rencana  Pimpin Persalinan
 Pasien dibaringkan di atas meja ginekologi dengan
posisi litotomi.
 Penolong mencuci tangan dan memakai sarung
tangan steril.
 Saat kontraksi adekuat, kepala tampak maju mundur
di introitus vagina.
 Setelah kontraksi adekuat berikutnya, ibu dibantu
mengedan, tampak UUK, UUB, dahi, hidung dan
mulut. Kepala di pegang pada biparental dikeluarkan
semua bahu kemudian seluruh tubuh. Lahir bayi
perempuan, BB : 3100 gram, PB : 40cm , A/S : 9/10,
Anus (+)
 Tali pusar di klem di dua tempat, lalu
digunting diantara manajemen aktif kala III,
PTT, lahir plasenta lengkap kontraksi adekuat.
 Evaluasi vagina untuk ruptur peritoneum.
 Evaluasi perdarahan, keadaan umum ibu post
psp stabil.
Pada tanggal 02 Oktober 2018, Ny.D, usia 38 tahun,
G4P3A0, suku Batak, agama Protestan, pendididkan SLTA,
pekerjaan Ibu rumah tangga, i/d Tn. H, usia 40 tahun,
suku Batak, agama Protestan, pendidikan SMA, pekerjaan
Wiraswasta, datang ke RSUD Pirngadi dengan keluhan
keluar cairan dari kemaluan.
Hal ini telah dialami pasien sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit (Pukul 00.30, Tanggal 02 Oktober 2018).
Cairan yang keluar berwarna putih jernih, tidak berbau.
Keluar lendir darah dari kemaluan dan mules-mules tidak
dijumpai. Riwayat HPHT yaitu 03-02-2018
 Pada pemeriksaan ginekologi dijumpai pada inspekulo
tampak cairan ketuban di introitus vagina, dibersihkan, kesan
mengalir dari OUE, portio licin, erosi (-), Flour/Albus (-),
Nitrazin test (+), Valsava test (+)
 Pada kasus ini, pasien diberikan tatalaksana awal dengan
memposisikan pasien dengan posisi trendelenburg untuk
mengurangi keluarnya air ketuban, pemberian terapi Oxytocin
5 IU dalam 500 cc RL 4 tetes/menit (maksimal 40 tetes/menit)
untuk induksi persalinan, serta injeksi Ceftriaxone 1gr/12jam
sebagai profilaksis.
 Tidak ada ditemukan riwayat trauma. Tidak ada ditemukan
riwayat merokok. Faktor risiko ketuban pecah dini pada
pasien ini dari yang paling memungkinkan yaitu sosio
ekonomi rendah. sosio ekonomi yang rendah merupakan
faktor resiko untuk terjadi ketuban pecah dini. Ketuban pecah
dini dapat mengakibatkan asfiksia, baik akibat kelahiran
kurang bulan, sindrom gawat napas, gangguan plasenta
maupun infeksi.
• Kenapa pada kasus ini rentang waktu dari
awal fase laten menuju fase aktif pada proses
persalinan pasien terjadi sangat cepat?
• Apabila kasus ini dijumpai pada fasilitas
kesehatan layanan primer, bagaimana peran
dokter umum dalam menangani kasus seperti
diatas?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai