Anda di halaman 1dari 26

Konsep dan Asuhan Keperawatan

CEDERA KEPALA

I KADEK ARTAWAN
Lecture Emergency & Disaster Departement In Akper Kesdam IX/UDY
Wound & Ostomy Care Spesialist
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM
Mampu menjelaskn askep gadar cedera kepala

KHUSUS
1. Mengetahui konsep dasar Cedera Kepala; pengertian,
tanda gejala, patofisologi & penatalaksanaan
Mengetahui konsep dasar askep gadar cedera Kepala;
pengkajian, diagnosa &rencana perawatan
POKOK BAHASAN
KONSEP CEDERA KEPALA
 Pengertian
 Tanda gejala
 Patofisologi
 Penatalaksanaan gawat darurat

KONSEP ASKEP GADAR CEDERA KEPALA


 Pengkajian
 Diagnosa
 Rencana Perawatan
Konsep Dasar
CEDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cedera Kepala “Cedera kepala menimbulkan
kelainan struktural dan atau
fungsional pada jaringan otak,
merupakan suatu kondisi dimana bahkan dapat mengganggu
bagian kepala mengalami gangguan kesadaran dan menimbulkan
baik berupa fungsi dan strukturnya, kerusakan kemampuan
setelah mengalami trauma tumpul kognitif dan fisik
atau penetrasi.
TANDA GEJALA
Tanda gejala pada Cedera
Kepala adl “Penurunan
Kesadaran”
Cedera kepala Ringan

Cedera Kepala Sedang

Cedera Kepala Berat


TANDA GEJALA
Tanda gejala lainnya: mual muntah (muntah proyektil), pupil anisokor, hemiparasis,
refleks patologis, nyeri kepala, dispnea/orthopnea, frekuensi nafas meningkat , nafas
cepat, nadi lemah dna lambat, ada suara nafasa tambahan (dapat berupa striodr,
rochi, wheezing), peningkatan produksi sputum.
Klarifikasi riwayat cedera;
 Kecelakan Lalu Lintas
 Jatuh
 Trauma Benda Tumpul
 Trauma Benda Tajam
 Kecelakaan Rumah Tangga
 Cedera Lahir
Batle sign= retroauricular haematoma
PATOFISIOLOGI
• Cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan
struktur, misalnya kerusakan pada jaringan
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,
perdarahan, edema, dan gangguan biokimia
otak seperti penurunan triphosphat dan
perubahan permeabilitas vaskuler
• Patofisiologi dapat digolongkan menjadi dua
yaitu cedera kepala primer dan sekunder
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
• Cedera kepala primer merupakan suatu
proses biomekanik yang terjadi secara
langsung saat kepala terbentur dan
memberi dampak cedera pada jaringan otak
• Cedera kepala sekunder terjadi akibat
hipotensi, hiperglikemi, hipoksemia,
iskemia, dan perdarahan. perdarahan
serebral menimbulkan hematoma, misalnya
epidural , subdural
PATOFISIOLOGI
• Cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan memberi dampak cedera
pada jaringan otak
• Ckepala sekunder terjadi akibat hipotensi,
hiperglikemi, hipoksemia, iskemia, dan
perdarahan. perdarahan serebral
menimbulkan hematoma, misalnya epidural ,
subdural
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Laboratorium Darah


• Gula Darah Sewaktu (GDS)
• Analisa Gas Darah
• Elektrolit
• Marker Koagulasi
• Computerized Tomography Scanner (CT Scan)
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Cerebral Angiography
PENATALAKSANAAN
• Tatalaksana Airways, Breathing dan
Circulation, serta resusitasi
• Hindari hipotensi dan pertahankan
tekanan darah sistolik lebih dari 90
mmHg. Kadang Mean Arterial Pressure
(MAP) juga perlu dipertahankan lebih
tinggi
• Pertahankan oksigenasi yang adekuat.
Hindari hipoksemia
• Pertahankan posisi kepala dan leher
sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya kompresi vena jugularis
PENATALAKSANAAN
• Pertahankan elevasi kepala 30o - 45o,
kecuali jika pasien dalam kondisi syok.
Elevasi kepala akan menjaga aliran balik
darah dan cairan serebrospinal
• Pertahankan PaCO2 35-40 mmHg
• Hindari cairan yang hanya mengandung
dextrose, kecuali bila pasien mengalami
hipoglikemia. Demikian juga halnya
dengan cairan hipertonik
• Atasi demam (hipertermi) dan
pertahankan suhu tubuh normal (36,5o-
37,5oC)
• Sedasi mungkin diperlukan untuk
mencegah efek buruk agitasi
PENATALAKSANAAN
• Pertahankan homeostasis elektrolit dan gula darah
• Nilai dan perbaiki gangguan koagulasi
• Berikan nutrisi yang adekuat
• Profilaksis anti kejang. Hal ini tidak dianjurkan
untuk mencegah kejang pasca trauma fase lanjut
• Manitol (0,25 – 1 g/kgBB IV) harus diberikan bila ada
tanda herniasi atau jika terjadi gangguan neurologik
yang bukan disebabkan faktor lain
• Steroid tidak dianjurkan untuk pasien cedera kepala
• Monitor tekanan intrakranial dilakukan pada:
PENATALAKSANAAN
• GCS 3-8 setelah resusitasi dan ada kelainan pada CT
Scan Kepala
• CT Scan Kepala normal tetapi terdapat minimal 2 faktor
berikut:
Usia > 40 tahun
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg
• Deselebrasi atau dekortikasi unilateral atau bilateral
• Induksi koma dengan pentobarbital hanya dilakukan bila
tekanan intra kranial tidak dapat diatasi dengan
manuver-manuver lain
• Pertahankan CPP 50 – 70 mmHg. CPP yang ideal adalah
tekanan yang menjamin perfusi dan oksigenasi cerebral
dengan mengusahakan TIK < 20 mmHg
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
CEDERA KEPALA
PENGKAJIAN

• PERNAFASAN
• PERUBAHAN MOTORIK
• PERUBAHAN FUNGSI SENSORIK
PENGKAJIAN

PRIORITAS/TRIAGE : kuning/merah (P1. P2. P3)


AIRWAY
jalan nafas tidak paten, obstruksi jalan nafas berupa cairan, suarana nafas snoring atau gurgling
BREATHING
• Pernafasan bias spontan atau tidak spontan
• Gerakan didnding dada simetris kecuali ada trauma dada.
• Pernapasan cepat, dangkal
• Irama nafas tidak teratur, frekunsi nafas meningkat
• Sesak nafas
CIRCULATION
• Nadi meningkat, tekanan darah turun, akaral dingin, suhu meningkat, bias terjadi pendarahan internal, crt nomar atau
menurun
DISABILITY
• Terjadi penurunan kesadaran, gcs< 15, pupil unisokor, medriasis
EXPOSURE
Abrasi daerah kepala dan leher, laserasi pada kepala
PENGKAJIAN

• Sekunder survey
• Keluhan : tidak sadarkan diri
• Riwayat jatuh/kecelakaan/ terlempar/dijatuhi benda keras yang
menyebabkan kelihangan kesadaran, muncul mual muntah dan
nyeri kepala
• SAMPLE
• Pemeriksaan fisik
• Laboratorium
MASALAH KEPERAWATAN

• Bersihan jalan nafas tidak efektif


• Pola nafas tidak efektif
• Gangguan pertukaran gas
• Perfusi perifer tidak efektif
• Risiko perfusi cerebral tidak efektif
• Penurunan curah jantung
• Nyeri akut
• Gangguan integritas kulit/jaringan
DIAGNOSOS KEPERAWATAN

• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
ditandai dengan rinorhea, produksi mucus berlebih, suara nafas gurgling, bunyi
nafas menurun, dyspnea, sulit bicara dan frekuensi nafas meningkat.
• Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 15 menit digharapkan jalan nafas
paten dengan kriteria hasil:
a. Suara nafas normal (vesikuler)
b. Frekunsi nafas normal (16-20 x/mnt)
c. Sesak menurun
d. Berbicara normal
e. Produksi mucus menurun
f. Pendarahan hidung menurun
Intervensi
Observasi
• Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman dan usaha nafas)
• Monitor bunyi nafasa tambahan (gurgling)
• Monitor sputum/mucus
Terapeutik
• Pertahankan kepatenan jalanan nafas dengan teknik jaw trust atau alat bantu
OPA
• Lakukan pengisapan lender kurang dari 15 detik
• Berikan oksigen
Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
Kolaborasi
• Kolaborasikan pemberian mukolitik
INTERVENSI

• MEMBERIKAN PERNAFASAN ADEKUAT


• MENINGKATKAN MOBILITAS
• MENINGKATKAN ADAPTASI SENSORI DAN PERCEPTUAL
• MENINGKATKAN KONTROL ELIMINASI
• MEMBERIKAN RASA NYAMAN
• MANAGEMEN POTENSIAL KOMPLIKASI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai