Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

EPIDURAL ANESTESI PADA PASIEN


SECTIO CAESAREA DENGAN CHF

Pembimbing
DR. GUNTUR M. TAQWIN, SPAN, MSC
DR. BUDI HARTANTO SP. AN

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT DR SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi


wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnya
kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat
dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
BAB II LAPORAN KASUS
ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
Sesak nafas
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pada hari Selasa, 9 April 2019, pasien datang ke RSUD DR SOESELO Slawi dengan
keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan memberat sejak 3 hari
yang lalu. Awalnya sesak dirasakan saat beraktifitas sehari-hari, kemudian semakin
memberat hingga sesak dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluh sering terbangun
saat tidur karena sesak, batuk kering terutama pada malam hari, dan merasa lemas.
Pasien memiliki kebiasaan tidur dengan 2 bantal untuk mengurangi sesak. Sesak tidak
disertai mengi dan tidak memberat dengan cuaca dingin.
G3P2A0 H 32 mgg dengan CHF
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Pasien sedang menjalani pengobatan jantung sejak 8 tahun yang lalu.


 Riwayat penyakit asma disangkal.
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial
 Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suami pasien adalah seorang pegawai swasta.
TANDA TANDA VITAL

 Keadaan umum : tampak sakit sedang


 Kesadran : compos mentis
 GCS : E4 V5 M6
 Tekanan Darah : 88/60 mmHg
 Nadi : 88 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup
 Pernafasan : 31 kali per menit, thoracoabdominal
 Suhu : 37 o C
 Saturasi : 98%
 Tinggi Badan : 165 cm BB : 50 kg
PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala  Mulut
Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam keputihan, Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kering (-),
rambut mudah rontok (-), deformitas (-). tepi lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), atrofi papil(-),
stomatitis(-), rhagaden(-), bau pernapasan khas (-).
 Mata
 Leher
Edema palpebra (-/-), konjungtiva palpebra anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP
pergerakan mata ke segala arah baik, mata cekung (+/+). (5+2) cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus
(-), kaku kuduk(-).
 Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-
tulang dalam perabaan baik, selaput lendir dalam batas
normal, epistaksis (-/-).
 Telinga
Pendengaran baik.
PEMERIKSAAN FISIK

 Paru
Inspeksi :statis simetris kanan dan kiri,  Jantung
dinamis ka=ki, tidak ada yang
Inspeksi :ictus cordis tidak terlihat,
tertinggal
respiration rate 28x/ menit
Palpasi :nyeri tekan (-/-),
Palpasi :ictus cordis teraba linea axilaris
stemfremitus dextra=sinistra anterior sinistra ICS VI
Perkusi :sonor di kedua lapangan paru Perkusi :batas atas ICS II LPS sinistra, batas
kanan linea parasternalis dextra, batas kiri LAA
Auskultasi :vesikuler (+/+) normal, ronkhi
sinistra ICS VI
(+/+) di basal kedua paru, wheezing
(/+). Auskultasi :S1 S2 tunggal reguler. murmur (-),
gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK

 Abdomen  Ekstremitas
Inspeksi :datar Ekstremitas atas : gerakan bebas,edema (-/-),
sianosis (-/-), hangat (+/+).
Palpasi :lemas, nyeri tekan daerah
epigastrium (-), hepar teraba 2 jari Ekstremitas bawah : gerakan bebas,edema (+/+),
dibawah arcus costae, lien tidak teraba. sianosis (-/-), hangat (+/+).
Perkusi :thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi bising usus (+) 12x/ menit normal

 Genital :idak diperiksa


DIAGNOSIS

Kerja:
 G3P2A0 Hamil 31 minggu dengan CHF NYHA III-VI
 Bronkopneumoni
Banding:
 1) Edema paru
 2) DCM
 3) PJB
 4) CPC
Diagnosis Akhir
 P3A0 dengan CHF NYHA III-VI
 Edema paru perbaikan
RENCANA ANASTESI

 Non Farmakologis :  Rencana Tindakan:


Istirahat (posisi setengah duduk) RA-Epidural Anesthesia
O2 mask 8 lpm
 Farmakologis :
RL 1000cc/24 jam
Norepinephrine 0.1mg/kgBB/menit
Omeprazol 1x40mg
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad Malam
 Quo ad sanationam : dubia ad Malam
Operasi (11 April 2019)
FOLLOW UP ICU 11 APRIL 2019
S O A P
pasien mengeluh KU : Tampak sakit sedang P3A0 PPSC + MOW a/i O2 mask 8 lpm
nyeri post operasi, Kes : Compos mentis
lemas dan sesak TD : 111/71 (90) CHF NYHA III-IV, oedem IVFD asering 12 tpm
napas mmHg pulmo Inj. Vasacon 0,1mg/kg/menit
N : 102 x/menit
RR : 28 x/ menit Inj.Furosemid extra 2 amp selanjutnya
Temp : 36,8 0C 3x1 amp

Pulmo : ronkhi (+/+) di Inj. Ceftriaxone 2x1 g


basal kedua paru, wheezing Inj. Ketorolac 3x30 mg
(-/-)
Inj, Omeprazole 1x40 mg
PROGRAM:
Aminophilin 1 amp dalam 8 jam
Norepinephrin 0,1µ/kgBB
Nebu/6 jam
Foto thorax ulang
FOLLOW UP ICU 11 APRIL 2019
S O A P
pasien mengeluh KU :Tampak sakit sedang P3A0PPSC + MOW a/i O2 mask 8 lpm
nyeri post operasi, Kes :Compos mentis CHF NYHA III-IV, oedem
sesak berkurang TD : 88/60 mmHg pulmo perbaikan dd IVFD asering 12 tpm
N : 84 x/menit pneumonia Norepinephrin 0,15 µ/kgBB
RR :22-28 x/ menit
Temp : 37,10C Inj. Vasacon 0,15mg/kg/menit
Inj. Furosemid 2x1 amp
Pulmo : ronkhi (+/+) di
basal kedua paru, wheezing Inj. Meropenem 3x1 g
(-/-) Inj. Levofloxacin 1x500 mg
Inj. Fentanyl 20µ/jam

Program:
lanjut
FOLLOW UP 18-04-2019 DI RUANG CEMPAKA

S O A P
sesak (-) KU : Tampak sakit sedang P3A0PPSC + MOW a/i O2 nasal 4 lpm
Kes :Compos mentis CHF NYHA III-IV
TD : 90/60 mmHg IVFD RL 12 tpm
N : 88 x/menit Cefixime 2x200 mg
RR : 22 x/ menit
Temp : 36,70C N acetil sistein 3x1
Pulmo : ronkhi (+/+) Berotec MDI 3x1
minimal di basal kedua
paru, wheezing (-/-)
Program:
BPL
BAB III
ANALISIS KASUS

 Definisi :
 sindrom klinik yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung memompa darah
secara cukup untuk kebutuhan metabolik
 Berkurangnya kemampuan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik)
 Berkurangnya kemampuan kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik)
ETIOLOGI
KRITERIA FRAMINGHAM

Dari kasus kali ini diagnosis fungsional yaitu CHF. Hal  Kriteria minor:
didasarkan pada kriteria Framingham minimal satu  Edema ekstremitas
kriteria mayor dan dua kriteria minor yaitu:
 Batuk malam hari
 Kriteria mayor:
 Dispnea d’effort
 Paroksismal nocturnal dispneu
 Hepatomegali
 Distensi vena leher
 Efusi pleura
 Ronki paru
 Penurunan kapasitas vital
 Kardiomegali
 Takikardi (> 120 x/menit)
 Edema paru akut
 Gallop S3
 Peninggian tekanan vena jugularis
 Refluks hepatojugular
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANALISIS KASUS

 Pada pasien ini ditemukan kriteria framingham:


 -Ronchi
 -Paroxysmal nocturnal dyspnoe
 -Orthopnoe
 -Dyspnoe on ordinary exertion
 -Edema tungkai
 -Batuk Malam
Dimana hal ini sudah memenuhi kriteria diagnosis CHF. Pasien juga mengeluh sesak
dirasakan bahkan saat istirahat sehingga pasien masuk kedalam klasifikasi
PRE ANESTESI:

Pada pasien bermama ibu Yuliyati dengan rencana Sectio Caesaria, tidak
didapatkan kelainan pada gigi, jalan nafas, sistem pencernaan, dan
neuromuscular.
Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi. Tetapi, karena pasien memiliki
gangguan kardiovaskular berupa CHF NYHA III-IV dan sedang dalam masa
kehamilan, pasien digolongkan kedalam ASA Kelas III dimana pasien memiliki
penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas.
PENATALAKSANAAN
ANESTESI EPIDURAL

 Anestesi epidural  salah satu bentuk teknik blok neuroaksial, dimana


penggunaannya lebih luas dari pada anestesia spinal. Epidural blok dapat dilakukan
melalui pendekatan lumbal, torak, servikal atau sacral

 Penggunaannya LUAS : operatif, analgesia, dan penanggulangan nyeri kronis


KEUNTUNGAN ???
 Ruang epidural berada diuar selaput dura. Radiks saraf berjalan di dalam ruang epidural ini
setelah keluar dari bagian lateral medula spinalis, dan selanjutnya menuju kearah luar

 Onset : (10-20 menit) lebih lambat dibandingkan dengan anestesi spinal


 Menggunakan :
1. Konsentrasi obat anestesi lokal yang relatif lebih encer
2. Dikombinasi dengan obat-obat golongan opioid
3. Serat simpatis dan serat motorik lebih sedikit diblok
4. Analgesia tanpa blok motorik
Banyak dimanfaatkan untuk analgesia pada persalinan dan analgesia post operasi.
LOKASI EPIDURAL

1. Lumbal epidural  paling sering menjadi tempat insersi, dapat


dikerjakan untuk tindakan-tindakan dibawah diafragma, aman
2. Torakal epidural  Secara teknik lebih sulit, risiko cedera pada
medula spinalis lebih besar, digunakan untuk intra atau post operatif
analgesia
3. Cervikal epidural  posisi pasien duduk, leher ditekuk. Secara
klinis digunakan terutama untuk penanganan nyeri.
TEKNIK ANESTESI EPIDURAL

1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.


2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.
3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
a) jarum ujung tajam (Crawford)
b) jarum ujung khusus (Touhy)
4. Digunakan banyak teknik, PALING POPULER  loss of resistance” dan
“hanging drop
 Pasien direncanakan dianestesi dengan teknik anestesi regional epidural
dengan pertimbangan efek samping dari anestesi regional spinal pada pasien ini yaitu
vasodilatasi pembuluh darah perifer yang akan memperberat kerja jantung dan efek
samping anestesi umum yang dapat mendepresi fungsi jantung.
ANESTESI:

 Anestesi dilakukan dengan prosedur anestesi epidural menggunakan


200mg lidokain dan 1 ampul pehacain(20mg lidokain + 0,0125 mg
epinefrin). Pada durante operasi, tidak terdapat masalah anestesi.
 Pasien tiba di RR dalam keadaan CM dengan tekanan darah 100/50,
frekuensi nadi 116, frekuensi nafas 20, dan saturasi oksigen 100%.
POST OP:

 Pasien dipindah ke ruangan ICCU


 kesadaran CM,
 TD 94/57
 HR129x/menit.
 RR 35x/menit,
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai