Anda di halaman 1dari 36

 Ada Keluhan masyarakat

 Bercak hitam pd pakaian


 Mata perih
 Nafas Sesak

 Kewajiban setiap usaha/kegiatan utk


mengelola dan memantau komponen
lingkungan, (Fisika, Kimia, Biologi, Sosbud,
Kesmas)
 Infeksi Saluran Pernafasan Bag. Bawah
 Pneumonia 39 Kasus
 Bronchitis 119 Kasus
 Asma 73 Kasus

 Infeksi Saluran Pernafasan Bag. Atas


 ISPA Akut 1493 Kasus
 Tonsilitis 301 Kasus
Jumlah Kasus Gangguan Sistem Pernafasan responden
(40 Resp), Desa Bitalahe, Kab. Bonbol 2015
25

20

15
KASUS GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
Kasus
10

0
Asma Pneumonia ISPA
Kasus 7 6 20
UMUM :Diperolehnya gambaran tentang kualitas
udara dan tingkat risiko penyakit akibat pajanan
partikulat pd masyarakat Desa Bintalahe
Kabupaten Bonebolango, propinsi Gorontalo. (
Sekitar PLTU Molutabu ) dalam rangka
manajemen risiko
 Mengetahui jenis dan distribusi faktor risiko kesehatan
lingkungan di Desa Bintalahe terutama di PEMUKIMAN
SEKITAR PLTU MOLUTABU.
 Mengetahui Distribusi frekwensi penyakit saluran
pernapasan di Desa Bintalahe.
 Mengukur konsentrasi Partikulat sebagai risk agent di udara
ruangan rumah penduduk(in-door) dan udara ambien.
 Mengetahui karakteristik antropometri populasi berisiko
yang mencakup berat badan dan laju inhalasi.
 Mengetahui pola aktivitas berisiko yang mencakup waktu,
frekuensi dan durasi pajanan risk agent.
 Menghitung tingkat risiko kesehatan dari risk agent yang
dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) untuk efek non
karsinogenik.
 Udara di alam tidak pernah ditemukan tanpa polutan sama
sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen
sulfida (H2S) dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan
ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses
alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah
tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya (Rahman, 2006).
 Partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar
di udara karena angin, letusan vulkanik atau gangguan
alam lainnya. Selain disebabkan oleh polutan alami,
pencemaran udara dapat juga disebabkan oleh aktivitas
manusia (Sastrawijaya, 1991).
 Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan
daerah industri menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi
pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu.
Selain itu juga mengakibatkan gangguan jarak pandang
(Soedomo, 2001).
 Sumber bergerak adalah sumber pencemaran
udara dari sesuatu yang dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan
tenaga yang dihasilkan. Contohnya adalah mobil,
motor, pesawat, dan kapal. Sumber tidak bergerak
umumnya berasal dari berbagai kegiatan industri
dan domestik (Soedomo, 2001).
 Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas
manusia sebagian besar berasal dari pembakaran
batubara, proses industri, kebakaran hutan dan
gas buangan alat transportasi (Wardhana, 2001).
 Menurut Mukono, H.J. (1997) debu adalah zat padat
yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25
mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat.
Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat
padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara,
misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.
 Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang
terdiri atas partikel– partikel padat cair. Ukuran
partikel dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01
mikron. Terdapat hubungan antara ukuran partikel
polutan dengan sumbernya (Fardiaz, 1992; Soedomo,
1999).
 Partikel yang masuk ke dalam paru-paru dapat
membahayakan manusia karena sifat-sifat kimia dan
fisik dari partikel tersebut mungkin beracun, partikel
yang masuk tersebut bersifat inert, partikel tersebut
membawa molekul-molekul gas berbahaya dengan
cara mengabsorbsi maupun mengadsorpsi yang
menyebabkan molekul-molekul gas tersebut dapat
mencapai dan tertinggal dalam paru-paru yang sensitif
(Fardiaz, 1992).
 Menurut WHO (1986) besarnya ukuran partikel debu
yang dapat masuk ke dalam saluran pernafasan
manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10µm
dan berada di udara sebagai suspended particulate
matter
 Metode kuantitatif dengan Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Health Risk Assesment)
,model kajian yang lebih bersifat prediktif dengan
estimasi risiko pencemar-pencemar lingkungan.
United State Environmental Protection Agency (US-
EPA) 1983 mengeluarkan paradigma risk analysis
yang menggambarkan bahwa analisis risiko perlu
diawali dengan analisis risiko pendahuluan yang
bersifat subyektif dan informal. Dalam
perkembangan selanjutnya Agency for Toxic
Substances and Drug Registry (ATSDR) 1986
memperkenalkan Public Health Assessment (PHA)
yang menitik beratkan pada estimasi risiko secara
kuantitatif untuk keperluan regulasi dan legislasi.
 Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) adalah
studi kilas depan yang memperkirakan tingkat risiko
kesehatan secara kuantitatif bagi mereka yang terpajan oleh
zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber baik fisik,
kimia dan biologis. Risiko kesehatan dinyatakan sebagai
Risk Quotient (RQ), dihitung untuk pemajanan realtime dan
lifetime’

Prosedur ARKL terdiri dari 4 langkah yaitu :


Identifikasi bahaya atau identifikasi sumber.
Karakterisasi bahaya atau analisa dosis-respon.
Analisa pemajanan, dan
Karakteristik risiko.
Pengukuran Risk Pola Aktivitas Antropometri
Agent
(tE, fE, Dt) (R, Wb)

Asupan (I)

Berisiko bila
RQ = I Manajemen Risiko
RfD RQ > 1
RfC I = RfC

UF, MF

NOAEL/

LOAEL
C reduksi Menimisasi (tE, fE, Dt)

Intervensi teknologi Intervensi legal


PERHITUNGAN
RISK QUOTION
Untuk tahapan analisa dosis respon, digunakan nilai
acuan RfC PARTIKULAT PM 10 udara ambien yang
aman untuk manusia, yang telah ditetapkan oleh
EPA/NAAQS 1990, adalah sebesar 0,03. mg/kg/hr
(Rahman, 2007). Nilai RfC inilah yang akan digunakan
sebagai acuan konsentrasi aman bagi manusia dalam
perhitungan analisa risiko.

Perhitungan RQ merupakan bagian dari


tahapan karakteristik risiko. Inti dari tahapan
karakteristik risiko adalah menggabungkan hasil-hasil
dari analisa dosis respon (RfC) dan analisis pemajanan
(intake) untuk menghitung tingkat risiko. Rumus yang
digunakan adalah :
(I) Perhitungan Intake dengan menggunakan persamaan (1) berikut :

C  R  t E  f E  Dt
I =
Wb  t Avg
(2) Untuk menentukan karakteristik risiko (RQ) maka digunakan persamaan (2).

I
RQ =
RfC
Dengan pengertian :
I = Intake (mg/kg/hr)
C = Konsentrasi Partikulat PM 10
R = Laju asupan udara (0,83 M3/jam)
tE = waktu pajanan harian (jam/hari)
fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)
Wb = Berat badan responden (kg)
Dt = Durasi pajanan (real time, 30 tahun untuk lifetime)
tAvg = Periode waktu rata-rata (30 tahun х 365 hari/tahun untuk zat non
karsinogenik)
RfC = Konsentrasi referensi (0,03 mg/kg/hari)
NO HASIL PM 10 HASIL PM 2,5
sampel Ug/m3 Ug/m3
1 36 19
2 34 15
3 26 19
4 35 4
5 59 24
6 7 40
7 63 22
8 24 19
9 33 20
10 37 24
11 60 23
12 56 25
13 42 27
14 50 29
15 37 30
16 58 28
17 41 21
18 37 22
19 49 29
20 50 17
21 154 106
22 21 9
23 24 43
24 39 16
25 26 29
26 19 15
27 30 16
28 16 18
29 11 38
30 18 16
31 12 4
32 56 27
33 36 29
34 23 9
35 21 26
36 39 23
37 40 16
38 37 26
39 80 18
40 25 19
 Bagian dari tahapan atau langkah untuk mengidentifikasi bahaya
pajanan PM 10 dan PM 2,5 di sekitar PLTU Molutabu dan sekitarnya,
dilakukan pengambilan sampel pada 40 titik lokasi sampel yang
dianggap mewakili pada lokasi rumah penduduk.
 Hasil pengukuran konsentrasi PARTIKULAT PM 10 dan 2,5 di rumah
penduduk sekitar PLTU Molutabu jika dilihat pada tabel diatas
dapat disimpilkan sebagai berikut :

 Jika mengacu pada nilai baku mutu yang ada maka, dari 40 sampel
yang dianalisa di dalam rumah penduduk diperoleh hasil :
 Untuk PM 10 dari 40 terdapat 2 sampel telah melampaui nilai baku
mutu. Standar baku mutu udara sesuai PERMENKES 1077 TAHUN
2011 sebesar < 70 ug/m3
 Untuk PM 2,5 terdapat 4 sampel yang nilainya telah melampaui nilai
baku mutu. Standar baku mutu udara ambien sesuai PERMENKES
1077 TAHUN 2011 sebesar 35 ug/m3

 Untuk tahapan analisa dosis respon, digunakan nilai acuan RfC


PARTIKULAT PM 10 udara ambien yang aman untuk manusia, yang
telah ditetapkan oleh EPA/NAAQS 1990, adalah sebesar 0,03.
mg/kg/hr (Rahman, 2007). Nilai RfC inilah yang akan digunakan
sebagai acuan konsentrasi aman bagi manusia dalam perhitungan
analisa risiko.
Hasil Pengukuran
Param Baku
No Satuan Methode/Alat
eter Mutu Dsn
Dsn
Dsn I Dsn II IV
III

1 CO g/ Nm3 30000 CO Analizer/Ecoline 6000 1143 1143 1143 1143

Griess Saltzman/
2 NO2 g/ Nm3 400 33 5 27 31
Spectrophotomoeter

Pararosanilin/
3 SO2 g/ Nm3 900 18 1 14 19
Spectrophotomoeter

4 PM 10 g/ Nm3 150 Gravimetri 16 11 65 26

4 PM 2,5 g/ Nm3 65 Gravimetri 10 35 30 56

KEBAUAN

1 H2S ppm 0,02 Gas Monitor <0,01 <0,01 <0,01 <0,01


Berat badan, lama tinggal, laju asupan, durasi
pemajanan, yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan risk agent yang diterima individu sebagai
asupan ( intake ).
Hasil analisa data antropometri terhadap 40
responden penduduk, diperoleh hasil :
 Rata – rata berat badan penduduk 58 kg

 Laju asupan udara 0,83 m3/JAM

 Durasi Pemajanan selama 13 jam sehari

 Rata-rata lama bermukim real time 28 tahun.


Tetapi kehadiran PLTU 2 Tahun
 RQ Pengukuran Indoor

 Hasil perhitungan nilai RQ pada 40 responden


dengan mengacu pada data primer hasil
pengukuran debu tiap rumah dan data antropometri
perorangan, nilai RQ masih <1. Belum terdapat
risiko akibat pajanan debu di dalam rumah. Rata-
rata nilai RQ adalah 0, 2241 untuk perhitungan Real
Time dan 0,2434 untuk perhitungan life time.
No.
NoT Respon
abel den Wb R C tE fE Dt (th) tAvg Rfc Intake (I) RQ C Aman tE Aman fE aman
(kg) (m3/jam) (mg/m3) jam/hr (hr/th) Real time Life time Life time mg/kg/hr Real time Life time real time Life time (mg/m3) jam/hr (hr/th)
1 R1 68 0.83 0.036 12 355 14 30 10950 0.03 0.0024 0.0051 0.0798 0.1709 0.2106 70.1963 2076.6399
2 R2 80 0.83 0.034 12 350 60 30 10950 0.03 0.0081 0.0041 0.2706 0.1353 0.2513 88.6909 2586.8179
3 R3 50 0.83 0.026 12 360 30 30 10950 0.03 0.0051 0.0051 0.1703 0.1703 0.1527 70.4742 2114.2261
4 R4 80 0.83 0.035 12 360 20 30 10950 0.03 0.0029 0.0043 0.0955 0.1433 0.2443 83.7636 2512.9088
5 R5 54 0.83 0.059 12 360 20 30 10950 0.03 0.0072 0.0107 0.2385 0.3578 0.1649 33.5409 1006.2283
6 R6 70 0.83 0.077 12 360 34 30 10950 0.03 0.0122 0.0108 0.4082 0.3602 0.2138 33.3151 999.4524
7 R7 50 0.83 0.063 12 360 8 30 10950 0.03 0.0033 0.0124 0.1100 0.4126 0.1527 29.0846 872.5378
8 R8 60 0.83 0.024 12 350 20 30 10950 0.03 0.0025 0.0038 0.0849 0.1273 0.1885 94.2341 2748.4940
9 R9 50 0.83 0.033 16 345 7 30 10950 0.03 0.0019 0.0083 0.0644 0.2762 0.1195 57.9393 1249.3154
10 R10 52 0.83 0.037 12 365 60 30 10950 0.03 0.0142 0.0071 0.4725 0.2362 0.1566 50.7978 1545.0993
11 R11 60 0.83 0.06 20 360 7 30 10950 0.03 0.0038 0.0164 0.1273 0.5458 0.1099 36.6466 659.6386
12 R12 70 0.83 0.056 12 365 20 30 10950 0.03 0.0053 0.0080 0.1771 0.2656 0.2108 45.1807 1374.2470
13 R13 59 0.83 0.042 12 350 27 30 10950 0.03 0.0061 0.0068 0.2040 0.2266 0.1853 52.9506 1544.3919
14 R14 65 0.83 0.05 12 350 29 30 10950 0.03 0.0071 0.0073 0.2367 0.2449 0.2042 49.0017 1429.2169
15 R15 58 0.83 0.037 16 365 22 30 10950 0.03 0.0062 0.0085 0.2071 0.2824 0.1310 56.6591 1292.5350
16 R16 55 0.83 0.058 12 350 25 30 10950 0.03 0.0084 0.0101 0.2798 0.3357 0.1728 35.7440 1042.5322
17 R17 64 0.83 0.041 12 360 28 30 10950 0.03 0.0059 0.0063 0.1958 0.2098 0.1954 57.2044 1716.1328
18 R18 50 0.83 0.037 12 350 30 30 10950 0.03 0.0071 0.0071 0.2356 0.2356 0.1571 50.9373 1485.6724
19 R19 59 0.83 0.049 12 360 30 30 10950 0.03 0.0082 0.0082 0.2720 0.2720 0.1802 44.1255 1323.7644
20 R20 59 0.83 0.05 12 360 21 30 10950 0.03 0.0058 0.0083 0.1943 0.2775 0.1802 43.2430 1297.2892
21 R21 55 0.83 0.154 10 360 25 30 10950 0.03 0.0191 0.0229 0.6367 0.7641 0.2016 13.0881 471.1704
22 R22 55 0.83 0.021 10 365 55 30 10950 0.03 0.0058 0.0032 0.1937 0.1056 0.1988 94.6644 3455.2496
23 R23 50 0.83 0.024 24 350 25 30 10950 0.03 0.0076 0.0092 0.2547 0.3056 0.0785 78.5284 1145.2058
24 R24 55 0.83 0.039 24 365 30 30 10950 0.03 0.0141 0.0141 0.4708 0.4708 0.0828 50.9731 775.2162
25 R25 50 0.83 0.036 12 360 20 30 10950 0.03 0.0047 0.0071 0.1572 0.2358 0.1527 50.8980 1526.9411
26 R26 54 0.83 0.019 16 360 30 30 10950 0.03 0.0046 0.0046 0.1536 0.1536 0.1237 104.1535 2343.4528
27 R27 60 0.83 0.03 10 360 35 30 10950 0.03 0.0048 0.0041 0.1592 0.1364 0.2199 73.2932 2638.5542
28 R28 60 0.83 0.016 20 350 34 30 10950 0.03 0.0048 0.0042 0.1604 0.1415 0.1131 141.3511 2473.6446
29 R29 55 0.83 0.011 12 350 15 30 10950 0.03 0.0010 0.0019 0.0318 0.0637 0.1728 188.4682 5496.9880
30 R30 52 0.83 0.018 12 365 52 30 10950 0.03 0.0060 0.0034 0.1992 0.1149 0.1566 104.4177 3176.0375
31 R31 68 0.83 0.012 8 355 49 30 10950 0.03 0.0019 0.0011 0.0620 0.0380 0.3159 210.5888 9344.8795
32 R32 60 0.83 0.056 10 355 36 30 10950 0.03 0.0090 0.0075 0.3014 0.2511 0.2230 39.8172 1413.5112
33 R33 60 0.83 0.036 10 355 35 30 10950 0.03 0.0057 0.0048 0.1884 0.1615 0.2230 61.9379 2198.7952
34 R34 60 0.83 0.023 12 350 25 30 10950 0.03 0.0031 0.0037 0.1017 0.1220 0.1885 98.3312 2867.9937
35 R35 50 0.83 0.021 10 360 40 30 10950 0.03 0.0046 0.0034 0.1528 0.1146 0.1832 87.2538 3141.1360
36 R36 50 0.83 0.039 10 360 25 30 10950 0.03 0.0053 0.0064 0.1774 0.2128 0.1832 46.9828 1691.3809
37 R37 55 0.83 0.04 12 355 7 30 10950 0.03 0.0016 0.0070 0.0548 0.2348 0.1703 51.0988 1511.6717
38 R38 60 0.83 0.037 12 360 15 30 10950 0.03 0.0030 0.0061 0.1010 0.2019 0.1832 59.4269 1782.8069
39 R39 55 0.83 0.08 12 360 10 30 10950 0.03 0.0048 0.0143 0.1588 0.4763 0.1680 25.1945 755.8358
40 R40 60 0.83 0.025 10 360 30 30 10950 0.03 0.0034 0.0034 0.1137 0.1137 0.2199 87.9518 3166.2651
AVERAGE 58.4 0.83 0.041 12.8 357 27.625 30 10950 0.03 0.0067 0.0073 0.2241 0.2434 0.1686 52.5913 1467.8314
 Pada konsentrasi rata-rata (0,03 mg/m3) aman bg responden, Tapi
orang dengan berat badan < 10 Kg dengan lama pajanan 13 jam/hari
 Utk Real time : Tidak Beresiko dengan nilai RQ = 0.07
 Utk Life Time Beresiko dengan nilai RQ = 1,07

 Pada Konsentrasi 0,154 mg/m3 (sampel No 21 , BB 55 Kg), dengan


lama pemajanan 13 Jam/hari.
 Real time dan Life Time : Tidak Beresiko dengan nilai RQ = 0.636-0,764
 Life Time Berisiko bagi orang dengan BB < 42dengan nilai RQ = 1,0005

 Pada Konsentrasi 0,08 mg/m3 (sampel No 39, BB 55 Kg) dengan


lama pemajanan 13 Jam/hari.
 Real time dan Life Time: Tidak Beresiko dengan nilai RQ = 0.158 - 0,476
 Life time Beresiko bagi org dengan BB 26 Kg dgn nilai RQ = 1,0075

 Konsentrasi aman bg penduduk yg telah bermukim selama 7 tahun


lama pemajanan 13 jam/hari dengdengan asumsi BB 8 Kg = 0,0231
mg/m3.
 RQ Pengukuran Outdoor
 Untuk tujuan prediksi dampak ke masa depan
dilakukan simulasi terhadap kemungkinan risiko
yang dapat terjadi akibat pemajanan debu yang
berasal dari udara ambien (outdoor), mengingat
konsentrasi debu terbesar ada di udara ambien dan
dipicu oleh sumber – sumber polutan yang ada di
sekitar pemukiman misalnya dari jalan raya dan
cerobong pabrik/industri. Hasil perhitungan RQ
adalah sebagai berikut :
 Hasil perhitungan nilai RQ pada 40 responden
dengan mengacu pada data primer hasil
pengukuran debu partikulate PM 10 dengan
konsentrasi maksimum 0,065 mg/M3 pada 4 titik
pengukuran (4 Dusun) dan data antropometri
perorangan, Maka nilai RQ masih <1 yaitu : Rata-
rata nilai RQ adalah 0,3551 untuk perhitungan Real
Time dan 0,385 untuk perhitungan life time”.

Interpretasi :

“Belum terdapat risiko akibat pajanan debu


PM10 pada udara ambient bg responden yang
dijadikan sampel.
 Pada konsentrasi maksimum (0,065 mg/m3) aman bg responden,
Tapi beresiko orang dengan berat badan < 22 Kg (anak-anak)
 Utk Real time : Tidak Beresiko dengan nilai RQ = 0.943
 Utk Life Time Beresiko dengan nilai RQ = 1,0241, Kecuali dibatasi max 12
Jam berada di luar rumah.

 Pada Konsentrasi Minimum 0,011 mg/m3 balita dgn BB<3 kg


 Secara Life Time Berisiko dengan nilai RQ = 1,2709

 Pada Konsentrasi Minimum 0,011 mg/m3 balita dgn BB<3 kg


 Secara Life Time Berisiko dengan nilai RQ = 1,2709, Kecuali dibatasi hanya
max 10 Jam di luar rumah.

 Konsentrasi aman bg penduduk yg telah bermukim selama 2


tahun dengan asumsi BB >3 Kg = 0,0092 mg/m3.
 Hasil pengukuran konsentrasi debu ruangan
rumah penduduk Untuk PM 10 dari 40
terdapat 2 sampel telah melampaui nilai baku
mutu. Standar baku mutu udara sesuai
PERMENKES 1077 TAHUN 2011 sebesar < 70
ug/m3
 Untuk PM 2,5 terdapat 4 sampel yang nilainya
telah melampaui nilai baku mutu. Standar
baku mutu udara ambien sesuai PERMENKES
1077 TAHUN 2011 sebesar 35 ug/m3
 Hasil analisa kualitas udara pada pada 4
lokasi sampling di desa Bintalahe menunjukan
seluruh parameter uji masih memenuhi
memenuhi baku mutu udara ambien sesuai
PP. 41 Tahun 1999 dan Baku Mutu Kebauan
sesuai KepMen LH No. 50 Tahun 1996. Namun
pada lokasi sampling dusun IV parameter PM
2,5 nilainya sudah mendekati baku mutu dan
dianggap mendekati level kritis nilai baku
mutu
 Hasil perhitungan nilai RQ pada 40 responden dengan mengacu pada
data primer hasil pengukuran debu tiap rumah dan data antropometri
perorangan, nilai RQ masih <1. Belum terdapat risiko akibat pajanan
debu di dalam rumah, baik Real Time maupun life time.

 Pada konsentrasi rata-rata (0,03 mg/m3) secara life time beresiko bagi
individu dengan berat badan < 10 Kg dengan lama pajanan 13
jam/hari

 Pada Konsentrasi maksimum (0,154 mg/m3) secara real time/life time


tidak berisiko bagi individu dengan BB < 55 dengan lama pemajanan
13 Jam/hari. Tapi berisiko terhadap individu dengan BB < 42 Kg
secara life time.

 Pada Konsentrasi minimum (0,08 mg/m3) , aman bagi individu


dengan BB 55 dengan lama pemajanan 13 Jam/hari secara real time
maupun life time. Namun Beresiko bagi individu dengan BB < 26 Kg
secara life time.
 Konsentrasi aman bg penduduk yg telah
bermukim selama 7 tahun lama pemajanan 13
jam/hari dengdengan asumsi BB 8 Kg = 0,0231
mg/m3.
 Untuk udara ambient pada konsentrasi
maksimum PM10 (0,065 mg/m3) aman bg
responden, Tapi beresiko bg individu dengan
berat badan < 22 Kg secara life time

 Pada udara ambient pada Konsentrasi Minimum


PM10 (0,011 mg/m3) balita dgn BB<3 kg berisiko
secara life time
 Konsentrasi aman bg penduduk yg telah
bermukim selama 2 tahun dengan asumsi BB >3
Kg = 0,0092 mg/m3.
Management Risiko, bertujuan untuk menurunkan
nilai risiko (RQ) menjadi <1.
Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah :
1. Menurunkan konsentrasi sampai batas yang aman
bagi seluruh karakteristik antropometri
masyarakat setempat  Memperketat Baku Mutu.
2. Mengurangi Waktu pajanan harian dan tahunan
(pengaturan akses terhadap sumber pajanan
Regulasi)
3. Peningkatan upaya utk mempertahankan daya
tahan tubuh masyarakat melalui pelayanan
kesehatan yg baik  CSR
 Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango :
Perlu melakukan kegiatan surveilens
terkait/pamantauan penyakit berbasis pajanan
Partikulat secara rutin, diantaranya penyakit-
penyakit saluran pernapasan, serta upaya-
upaya preventif dalam mencegah terjadinya
gangguan kesehatan akibat pajanan partikulat
 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bone
Bolango : Perlu melakukan kajian lebih lanjut
terhadap sumber pencemar debu yang ada
dalam rangka penaatan dan penegakan hukum
yang ada.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai