20
15
KASUS GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
Kasus
10
0
Asma Pneumonia ISPA
Kasus 7 6 20
UMUM :Diperolehnya gambaran tentang kualitas
udara dan tingkat risiko penyakit akibat pajanan
partikulat pd masyarakat Desa Bintalahe
Kabupaten Bonebolango, propinsi Gorontalo. (
Sekitar PLTU Molutabu ) dalam rangka
manajemen risiko
Mengetahui jenis dan distribusi faktor risiko kesehatan
lingkungan di Desa Bintalahe terutama di PEMUKIMAN
SEKITAR PLTU MOLUTABU.
Mengetahui Distribusi frekwensi penyakit saluran
pernapasan di Desa Bintalahe.
Mengukur konsentrasi Partikulat sebagai risk agent di udara
ruangan rumah penduduk(in-door) dan udara ambien.
Mengetahui karakteristik antropometri populasi berisiko
yang mencakup berat badan dan laju inhalasi.
Mengetahui pola aktivitas berisiko yang mencakup waktu,
frekuensi dan durasi pajanan risk agent.
Menghitung tingkat risiko kesehatan dari risk agent yang
dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) untuk efek non
karsinogenik.
Udara di alam tidak pernah ditemukan tanpa polutan sama
sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen
sulfida (H2S) dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan
ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses
alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah
tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya (Rahman, 2006).
Partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar
di udara karena angin, letusan vulkanik atau gangguan
alam lainnya. Selain disebabkan oleh polutan alami,
pencemaran udara dapat juga disebabkan oleh aktivitas
manusia (Sastrawijaya, 1991).
Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan
daerah industri menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi
pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu.
Selain itu juga mengakibatkan gangguan jarak pandang
(Soedomo, 2001).
Sumber bergerak adalah sumber pencemaran
udara dari sesuatu yang dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan
tenaga yang dihasilkan. Contohnya adalah mobil,
motor, pesawat, dan kapal. Sumber tidak bergerak
umumnya berasal dari berbagai kegiatan industri
dan domestik (Soedomo, 2001).
Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas
manusia sebagian besar berasal dari pembakaran
batubara, proses industri, kebakaran hutan dan
gas buangan alat transportasi (Wardhana, 2001).
Menurut Mukono, H.J. (1997) debu adalah zat padat
yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25
mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat.
Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat
padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara,
misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.
Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang
terdiri atas partikel– partikel padat cair. Ukuran
partikel dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01
mikron. Terdapat hubungan antara ukuran partikel
polutan dengan sumbernya (Fardiaz, 1992; Soedomo,
1999).
Partikel yang masuk ke dalam paru-paru dapat
membahayakan manusia karena sifat-sifat kimia dan
fisik dari partikel tersebut mungkin beracun, partikel
yang masuk tersebut bersifat inert, partikel tersebut
membawa molekul-molekul gas berbahaya dengan
cara mengabsorbsi maupun mengadsorpsi yang
menyebabkan molekul-molekul gas tersebut dapat
mencapai dan tertinggal dalam paru-paru yang sensitif
(Fardiaz, 1992).
Menurut WHO (1986) besarnya ukuran partikel debu
yang dapat masuk ke dalam saluran pernafasan
manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10µm
dan berada di udara sebagai suspended particulate
matter
Metode kuantitatif dengan Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Health Risk Assesment)
,model kajian yang lebih bersifat prediktif dengan
estimasi risiko pencemar-pencemar lingkungan.
United State Environmental Protection Agency (US-
EPA) 1983 mengeluarkan paradigma risk analysis
yang menggambarkan bahwa analisis risiko perlu
diawali dengan analisis risiko pendahuluan yang
bersifat subyektif dan informal. Dalam
perkembangan selanjutnya Agency for Toxic
Substances and Drug Registry (ATSDR) 1986
memperkenalkan Public Health Assessment (PHA)
yang menitik beratkan pada estimasi risiko secara
kuantitatif untuk keperluan regulasi dan legislasi.
Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) adalah
studi kilas depan yang memperkirakan tingkat risiko
kesehatan secara kuantitatif bagi mereka yang terpajan oleh
zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber baik fisik,
kimia dan biologis. Risiko kesehatan dinyatakan sebagai
Risk Quotient (RQ), dihitung untuk pemajanan realtime dan
lifetime’
Asupan (I)
Berisiko bila
RQ = I Manajemen Risiko
RfD RQ > 1
RfC I = RfC
UF, MF
NOAEL/
LOAEL
C reduksi Menimisasi (tE, fE, Dt)
C R t E f E Dt
I =
Wb t Avg
(2) Untuk menentukan karakteristik risiko (RQ) maka digunakan persamaan (2).
I
RQ =
RfC
Dengan pengertian :
I = Intake (mg/kg/hr)
C = Konsentrasi Partikulat PM 10
R = Laju asupan udara (0,83 M3/jam)
tE = waktu pajanan harian (jam/hari)
fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)
Wb = Berat badan responden (kg)
Dt = Durasi pajanan (real time, 30 tahun untuk lifetime)
tAvg = Periode waktu rata-rata (30 tahun х 365 hari/tahun untuk zat non
karsinogenik)
RfC = Konsentrasi referensi (0,03 mg/kg/hari)
NO HASIL PM 10 HASIL PM 2,5
sampel Ug/m3 Ug/m3
1 36 19
2 34 15
3 26 19
4 35 4
5 59 24
6 7 40
7 63 22
8 24 19
9 33 20
10 37 24
11 60 23
12 56 25
13 42 27
14 50 29
15 37 30
16 58 28
17 41 21
18 37 22
19 49 29
20 50 17
21 154 106
22 21 9
23 24 43
24 39 16
25 26 29
26 19 15
27 30 16
28 16 18
29 11 38
30 18 16
31 12 4
32 56 27
33 36 29
34 23 9
35 21 26
36 39 23
37 40 16
38 37 26
39 80 18
40 25 19
Bagian dari tahapan atau langkah untuk mengidentifikasi bahaya
pajanan PM 10 dan PM 2,5 di sekitar PLTU Molutabu dan sekitarnya,
dilakukan pengambilan sampel pada 40 titik lokasi sampel yang
dianggap mewakili pada lokasi rumah penduduk.
Hasil pengukuran konsentrasi PARTIKULAT PM 10 dan 2,5 di rumah
penduduk sekitar PLTU Molutabu jika dilihat pada tabel diatas
dapat disimpilkan sebagai berikut :
Jika mengacu pada nilai baku mutu yang ada maka, dari 40 sampel
yang dianalisa di dalam rumah penduduk diperoleh hasil :
Untuk PM 10 dari 40 terdapat 2 sampel telah melampaui nilai baku
mutu. Standar baku mutu udara sesuai PERMENKES 1077 TAHUN
2011 sebesar < 70 ug/m3
Untuk PM 2,5 terdapat 4 sampel yang nilainya telah melampaui nilai
baku mutu. Standar baku mutu udara ambien sesuai PERMENKES
1077 TAHUN 2011 sebesar 35 ug/m3
Griess Saltzman/
2 NO2 g/ Nm3 400 33 5 27 31
Spectrophotomoeter
Pararosanilin/
3 SO2 g/ Nm3 900 18 1 14 19
Spectrophotomoeter
KEBAUAN
Interpretasi :
Pada konsentrasi rata-rata (0,03 mg/m3) secara life time beresiko bagi
individu dengan berat badan < 10 Kg dengan lama pajanan 13
jam/hari