Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Lalu Lintas

Nama Kelompok
1. Ida Bagus Made Pradipta Usadi (1504105032)
2. Komang Sri Artani (1504105033)
Kebijakan Jaringan
Jaringan Jalan
Jaringan merupakan serangkaian simpul-simpul, yang dalam hal ini berupa
persimpangan/terminal, yang dihubungkan dengan ruas-ruas jalan/trayek.
Untuk mempermudah mengenal jaringan maka ruas-ruas ataupun simpul-
simpul diberi nomor atau nama tertentu. Penomoran/ penamaaan dilakukan
sedemikian sehingga dapat dengan mudah dikenal dalam bentuk model jaringan
jalan. Model jaringan jalan merupakan penyederhanaan dari model ikonis
jaringan jalan yang ada. Model ini dapat disederhanakan berbentuk ruas-ruas
yang lurus, ataupun mengikuti keadaan sebenarnya.
Kebijakan 3 In 1
Kebijakan 3 in 1 merupakan salah satu peraturan lalu lintas untuk mengurangi
kemacetan di DKI Jakarta. Kebijakan 3 in 1 merupakan pembatasan jumlah
penumpang kendaraan pribadi minimal berjumlah 3 orang dari pukul 07.00-
09.00 dan pukul 16.30-19.00. Kebijakan 3 in 1 mulai diberlakukan di Jakarta
setelah terbentuknya SK Gubernur No. 4104/2003 tentang penetapan
kawasan pengendalian lalu lintas dan kewajiban mengangkut paling sedikit 3
orang penumpang perkendaraan pada ruas-ruas jalan tertentu di provinsi DKI
Jakarta.
Tujuan
Jadi, tujuan utamanya adalah untuk mengalihkan para pengguna kendaraan pribadi,
khususnya mobil, menjadi mengendarai transportasi umum ataupun pooling (mereka
bergabung dalam satu mobil). Kedua, konsekuensi lain adalah untuk mengalihkan para
pengguna kendaraan yang masih menggunakan kendaraan pribadi mereka melewati
jalan-jalan alternatif, seperti Casablanca dan sebagainya. Walaupun pada akhirnya juga
mengalihkan kemacetan pada jalan alternatif tersebut, tetapi setidaknya jalan utama
yang disebut ”white area” ini lebih bersih. Itupula yang melatarbelakangi adanya
Transjakarta atau Busway. Jika para pengguna kendaraan pribadi tersebut menaiki bus
Transjakarta, maka itu dapat mengurangi jatah ruang di jalanan sebesar 95%.
Kebijakan genap – ganjil
Wakil Direktur lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Wahyono menjelaskan, teknik
sistem genap ganjil adalah satu konsep pembatasan kendaraan yang mengacu pada dua
nomor terakhir pelat nomor kendaraan. Dengan begitu, nantinya setiap kendaraan
yang melintas akan bergantian sesuai hari pemberlakuan dua digit angka terakhir pelat
nomornya.
"Misalnya hari Senin digit genap kemudian Selasa digit ganjil begitu seterusnya.
Penentuan genap dan ganjilnya ditentukan dari dua angka paling belakang plat. Misal
pelat mobil saya B 3412 VII, berarti genap. Atau misal B 2533 SFA, nah itu berarti
ganjil karena dua angka di belakangnya 33," jelas Wahyono kepada merdeka.com,
Selasa (11/12).
Tujuan
• Tahap awal, kebijakan ini hanya berlaku untuk kendaraan roda empat. Sebab,
kendaraan roda empat dinilai sebagai biang kemacetan ibu kota.
• "Kebijakan ini juga untuk mencegah para pemilik kendaraan roda empat yang
lebih dari satu agar tidak mengoperasikan seluruh kendaraan yang mereka
miliki," katanya.
• Sistem ini juga diberlakukan untuk kendaraan di luar pelat B. Intinya, aturan
ini berlaku semua kendaraan roda empat yang beroperasi di Jakarta.
Kebijakan pajak progresif
Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara
menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan
objek pajak. Dalam sistem perpajakan di Indonesia, paling tidak, terdapat 2
(dua) jenis pajak yang menerapkan sistem pajak progresif, yaitu (i) Pajak
Penghasilan; dan (ii) Pajak Kendaraan Bermotor
Tujuan
Pemerintah memberlakukan kebijakan Pajak Kendaraan Bermotor secara
progresif dengan alasan utama adalah untuk untuk menekan jumlah Kendaraan
Bermotor di Indonesia sehingga mengurangi kemacetan, serta menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar setiap daerah menjadi lebih mandiri dan
tidak terlalu bergantung kepada pemerintah pusat. Namun jangan sampai tujuan
mulia dari pemerintah ini ditanggapi negatif karena kurangnya sosialisasi yang
menimbulkan berbagai kritik dan kecaman, terlebih lagi dari pengusaha yang
bergerak di bidang otomotif dan industri-industri terkait.
Kebijakan Angkutan Umum
Angkutan Umum
• Angkutan umum massal atau masstransit adalah layanan jasa angkutan yang
memiliki trayek dan jadwal tetap. Contohnya adalah bus. Jenis angkutan ini
bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik dari
jadwal, tariff maupun lintasannya.
• Angkutan umum masal di Indonesia pada umumnya dilayani dengan bus
sedang dan kecil, sedangkan bus besar hanya melayani angkutan kota di
beberapa kota besar; selebihnya bus besar melayani angkutan antar kota antar
propinsi.
Layanan Angkutan Umum
• Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimum sebagai
berikut:
1. Keamanan
2. Keselamatan
3. Kenyamanan
4. Keterjangkauan
5. Kesetaraan
6. Keteraturan
Layanan Angkutan Umum

• Dalam pengoperasiannya, sejumlah isu terkait dengan standar pelayanan minimum sebagai berikut:

Keamanan Keselamatan Kenyamanan Keterjangkauan Kesetaraan Keteraturan


• Keamanan • Keselamatan • Kapasitas • Aksesibilitas • Pelayanan • Jadwal
pengguna di berkendara angkutan, dan (jarak halte, prioritas bagi kedatangan dan
atas angkutan yang terkait fasilitas lokasi halte), penumpang keberangkatan,
umum belum dengan fasilitas penunjang, tariff angkutan penyandang informasi, dan
difasilitasi keselamatan, seperti halte umum. cacat, usia kinerja
dengan layak, pengemudi, dan dan jalur lanjut, anak- operasional.
sehingga masih sarana pejalan kaki. anak serta ibu
sering terjadi pendukung hamil dan
tindak criminal keselamatan. • menyusui.
seperti
pencurian dan
pelecehan
seksual.
Prinsip Penentuan
Sarana dan
Prasarana
Strategi/Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum

• Penerapan Konsep TDM


Upaya menyelenggarakan sistem angkutan umum yang baik adalah pembatasan
permintaan perjalanan atau Travel Demand Management (TDM) untuk moda
transportasi kendaraan bermotor pribadi.
Beberapa strategi
TDM yang dapat
digunakan:
Strategi/Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum

• Strategi Bus Feeder


Bus Feeder dapat memberikan kemudahan aksesibilitas dari daerah pengumpan ke
koridor utama (trunk line) dan sebaliknya, mengoptimalkan waktu perjalanan dan
mengurangi biaya.
Tiga pendekatan untuk mengembangkan jalur bus feeder, antara lain :
1. Meningkatkan rute eksisting untuk melayani sebagai feeder line
2. Mengganti rute eksisting dengan rute feeder yang baru
3. Memodifikasi rute eksisting untuk beradaptasi sebagai pengumpan (feeders)
Strategi/Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum

• Strategi Park and Ride


Park and ride adalah kegiatan parkir kendaraan pribadi di tempat parkir dan kemudian
melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus atau kereta api.
 Manfaat pengembangan fasilitas parkir dan menumpang antara lain adalah:
• Membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di pusat-pusat kegiatan,
• Mendorong masyarakat untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum,
• Mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi Gas rumah kaca karena angkutan umum
menghasilkan emisi gas rumah kaca per penumpang km yang lebih rendah ketimbang
menggunakan kendaraan pribadi,
• Mengurangi kebutuhan ruang parkir dipusat kota.
Strategi/Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum

 Upaya untuk menarik penggunaan fasilitas parkir


Untuk meningkatkan penggunaan fasilitas parkir dan menumpang perlu beberapa pertimbangan berikut ini:
• Ketersediaan ruang parkir yang memadai, yang didisain sedemikian sehingga mudah untuk masuk dan
keluar tempat parkir,
• Tersedia fasilitas ruang tunggu angkutan umum yang nyaman,
• Jarak tempat parkir tidak terlalu jauh dari terminal atau stasiun ataupun tempat perhentian angkutan
umum, sehingga dapat menghemat waktu berjalan kaki dari ruang parkir ke terminal atau sebaliknya.
• Tarif rendah, dan bila memungkinkan gratis ataupun sudah terhitung dalam tarif angkutan,
• Keamanan terhadap pencurian kendaraan bermotor ataupun terhadap barang yang ada di dalam
kendaraan harus terjamin, untuk menghilangkan kekawatiran pengguna sistem akan keamanan
kendaraannnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai