Pertanyaan besar yang masih mengambang adalah : Jika diketahui sebuah fungsi f
(misalnya sin x atau ln (cos2 x)), dapatkan kita merepresentasikan fungsi tersebut sebagai
deret pangkat dalam x atau, lebih umumnya, dalam x – a ? Lebih tepatnya, dapatkah kita
menentukan bilangan-bilangan c0, c1, c2, c3, … sedemikian rupa sehingga
f x c0 c1 x a c2 x a c3 x a ...
2 3
.
.
c 0 f a
c1 f ' a
f '' a
c2
2!
f a
' ''
c3
3!
dan, secara lebih umum lagi
f n a
cn
n!
(Agar perhitungan ini berlaku untuk n = 0, kita mendefinisikan f 0 a agar membuat
f(a) dan 0! Benar-benar menjadi 1.) jadi koefisien cn ditentukan oleh fungsi f. Hal ini juga
direpresentasikan oleh dua deret pangkat dalam x – a yang berbeda. Ini adalah hal penting yang
dapat kita garis bawahi hingga saat ini. Kita dapat meringkasnya dalam teorema berikut ini.
f n a
cn
n!
Jadi,sebuah fungsi tidak dapat direpresentasikan oleh lebih dari satu deret pangkat
dalam x – a. Representasi deret pangkat dari sebuah fungsi dalam x – a disebut Deret
Taylor (Taylor series), diambil dari nama ahli matematika Inggris, Brook Taylor (1685-
1731). Jika a = 0, maka deret yang bersesuaian disebut dengan deret Maclaurin
(Maclaurin series), diambil dari nama ahli matematika Skotlandia, Colin Maclaurin (1698-
1746).
Konvergensi Deret Taylor. Ternyata pertanyaan yang mengambang masih tersisa. Jika
diketahui sebuah fungsi f , Dapatkah kita merepresentasikannya di dalam sebuah deret
pangkat dalam x – a (yang harus benar-benar merupakan deret Taylor)? Dua teorema
berikut ini memberikan jawabannya.
Teorema B. Rumus Taylor dengan Suku Sisa (Taylor’s Formula with Remainder)
Misalkan f adalah fungsi dimana turunan ke-(n + 1)-nya f (n+1)(x) ada untuk setiap x pada selang
terbuka I yang mengandung a. Jadi, untuk setiap x di dalam I,
f " a
x a 2 .... f a x a n Rn x
(n)
f x f a f ' a x a
2! n!
f ( n1) c
Rn x x a n1
(n 1)!
Bukti. Kita akan membuktikan teorema tersebut untuk kasus dimana n = 4 ; bukti untuk
sebarang nilai n akan mengikuti cara yang sama dan akan diberikan dalam soal latihan.
Terlebih dulu, definisikan fungsi R4 x di I dengan
f '' a f ''' a f 4 a
R4 x f x f a f a x a x a x a x a 4
' 2 3
2! 3! 4!
Kemudian anggap x dan a sebagai konstanta, dan definisikan fungsi baru g di I dengan
Karena a dan x adalah titik-titik di I dengan sifat bahwa g(a) = g(x) = 0, maka kita dapat
menetapkan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan. Dengan demikian terdapat sebuah bilangan
real c di antara a dan x sedemikan rupa sehingga g’(c) = 0. Untuk mendapatkan turunan kita harus
menerapkan aturan perkalian dengan berulang kali.
g ' t 0 f ' t f ' t 1 x t f '' t 2!
f t
1 ''
f t 2 x t 1 x t f ''' t
1 ''
2!
2
3!
f t 3 x t 1 x t
1 ''' 2 3
f 4 t f t 4 x t 1 x t f 5 t
1 4
4!
3 4
5 x t 1
4
R4 x
x a 5
x t f 5 t 5 R4 x
1 4 x t 4
4! x a 5
Jadi berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan terdapat suatu nilai c di antara x
dan a sedemikian rupa sehingga.
x c 4 f 5 c 5R4 x x c 5
4
0 g ' c
1
4! x a
x c 4 f 5 c 5R4 x x c 5
4
1
4! x a
f 5 c
R4 x x a 5
5!
Teorema ini menjelaskan kepada kita bahwa kesalahan tersebut bisa terjadi ketika kita
menghampiri (membuat hampir untuk) sebuah fungsi dengan suku-suku yang terhingga
banyaknya dari deret Taylornya. Pada bab berikutnya, kita akan menggali lebih dalam
mengenai hubungan yang dinyatakan di dalam Teorema B.
Akhirnya sekarang kita sampai pada pertanyaan mengenai apakah suatu fungsi f
dapat direpresentasikan oleh sebuah deret pangkat dalam x – a.
f '' a f ''' a
f a f a x a x a x a 3 ....
' 2
2! 3!
merepresentasikan fungsi f pada selang (a – r , a + r) jika dan hanya jika
lim R n (x) = 0
𝑛→∞
f ( n1) c
Rn x x a n1
(n 1)!
Bukti. Kita hanya memerlukan rumus Taylor dengan Suku Sisa (Teorema B),
f ( n ) a
f x f a f ' a x a .... x a n Rn x
n!
Penyelesaian.
f x sin x f 0 0
f x cos x
'
f ' 0 1
f '' x sin x f '' 0 0
f ''' x cos x f '' '
0 1
f 4
x sin x f 4
0 0
Jadi,
x3 x5 x7 x9
sinh x = x + + + + + ....
3! 5! 7! 9!
dan hasil ini berlaku untuk semua x, asalkan kita dapat menunjukkan bahwa
n 1
x
Rn x
(n 1)!
Tetapi lim 𝑥 𝑛 /𝑛! = 0 untuk semua x karena xn/n! adalah suku ke-n dari sebuah deret
𝑛→∞
konvergen (lihat contoh 3 dan Soal 21 pada subbab 10.6). Sebagai konsekuensinya,kita
melihat bahwa lim R n (x) = 0.
𝑛→∞
CONTOH 2. Tentukan deret Maclaurin untuk cos x dan tunjukkan bahwa deret tersebut
merepresentasikan cos x untuk semua x.
x2 x4 x6
cos x 1 ....
2! 4! 6!
CONTOH 3. Tentukan deret Maclaurin untuk f(x) = cosh x dengan dua cara yang berbeda,
dan tunjukkan bahwa deret tersebut merepresentasikan cosh x untuk semua n.
Penyelesaian.
f x cosh x f 0 1
f x sinh x
'
f ' 0 0
f ''
x cosh x f '' 0 1
f ''' x sinh x f '''
0 0
Jadi,
x2 x4 x6
cosh x 1 ....
2! 4! 6!
ex + e x
ex e x eB eB
cosh x = ≤ + ≤ + = eB
2 2 2 2 2
Dengan alasan yang sama sinh x ≤ e B . Karena f (n+1)(x) bisa cosh x atau sinh x, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa
Metode 2. Kita menggunakan fakta bahwa cosh x = (ex + e-x)/2. Dari Contoh 3
x x 2 x3 x 4
e = 1 + x + + + + ...
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4
e x = 1 x + + + + ...
2! 3! 4!
Hasil yang diperoleh pada metode 1 sesuai dengan metode 2, dengan cara menambahkan
kedua deret terakhir ini dan membaginya dengan 2.
CONTOH 4. Tentukan deret Maclaurin untuk sinh x dan tunjukkan bahwa deret tersebut
merepresentasikan sinh x untuk semua x.
x 3 x5 x 7
sinh x = x + + + + ...
3! 5! 7!
Deret Binomial. Kita telah mengenal rumus binomial. Untuk bilangan bulat positif p,
p p 2 p p
(1 + x) p = 1 + x+ x + .... + x
1 2 p
di mana
p p! p( p 1)( p 2)...( p k + 1)
= =
k k!( p k )! k!
p
Perhatikan bahwa jika kita mendefinisikan ulang menjadi
k
p p ( p 1)( p 2)...( p k + 1)
=
k k!
p
maka masuk akal untuk sebarang bilangan real p, asalkan k adalah bilangan bulat
k
positif. Tentu saja, jika p adalah bilangan bulat positif, maka definisi kita yang baru
direduksi menjadi p! /[ k!( p k )!] .
p p 2 p 3
(1 + x) p = 1 + x+ x + x + ....
1 2 3
Pembuktian Sebagian. Misalkan f(x) = (1 + x)p. Maka
f ( x) = (1 + x) p f (0) = 1
p 1
f ( x) = p(1 + x)
'
f ' (0) = p
f '' ( x) = p ( p 1)(1 + x) p 2
f '' (0) = p ( p 1)
f ''' ( x) = p ( p 1)( p 2)(1 + x) p 3
f ''' (0) = p ( p 1)( p 2)
jadi deret Maclaurin untuk (1 + x)p adalah seperti yang ditunjukkan pada teorema tersebut
untuk menunjukkan bahwa deret tersebut mempresentasikan (1 + x)p, kita harus
menunjukkan bahwa lim R ( x) = 0 .
n
n →∞
p
Jika p adalah bilangan bulat positif =0 untuk k > p, dan demikian pula
k
Deret Binomial akan mengecil menjadi deret dengan suku banyak yang terhingga, yang
biasa dikenal dengan rumus Binomial.
Jadi,
(1 + x) 2 = 1 2 x + 3x 2 4 x 3 + ....
Secara alamiah, hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan cara yang bebeda.
CONTOH 6. Representasikan 1+ x dalam deret Maclautin dan gunakan deret ini
untuk menghampiri 1,1 sampai lima tempat desimal.
0, 4
CONTOH 7. Hitunglah ∫ 1 + x4 dx sampai lima tempat desimal.
0
1 4 1 8 1 12 5 16
1+ x4 = 1+ x x + x x + ....
2 8 16 128
Jadi,
0, 4
0, 4 x5 x 9 x13
4
∫ 1 + x dx = x + + + .... ≈ 0,40102
0 10 72 208 0 4
1
1. = 1 + x + x2 + x3 + x4 1< x <1
1 x
x2 x3 x4 x5 1< x <1
2. ln (1 + x ) = x + + ..
2 3 4 5
x3 x5 x7 x9 1< x <1
1
tan x=x + + + ....
3. 3 5 7 9
x2 x3 x4
ex = 1+ x + + + + ..
4. 2! 3! 4!
x3 x5 x7 x9
sin x = x + + + ....
5. 3! 5! 7! 9!
x2 x4 x 6 x8
6. cos x = 1 + + + ....
2! 4! 6! 8!
x3 x5 x7 x9
7. sinh x = x + + + + + ....
3! 5! 7! 9!
x 2 x 4 x 6 x8
8. cosh x = 1 + + + + + ....
2! 4! 6! 8!
p p 2 p 3 p 4
9. (1 + x ) p = 1 + x+ x + x + x . + ...
1 2 3 4
KALKULUS LANJUT
OLEH:
KELOMPOK VI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010