Anda di halaman 1dari 63

REFRESHING

“BEDAH ANAK”
Pembimbing
dr. H. Saleh Setiawan, Sp.B
Disusun Oleh
Sally Novrani Puteri
Kepaniteraan klinik stase Ilmu Kedokteran Bedah
Rsij pondok kopi
Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah jakarta
2018
1. Penentuan Waktu Operasi Elektif
• Umur yang optimal
• Keadaan anak yang optimal

Keselamatan operasi ditentukan antara lain oleh :


• Kemampuan ahli bedah dan ahli anestesi yang ada
• Fasilitas yang ada di rumah sakit

2
.1 BIBIR SUMBING Umur >
10
minggu

RULE
OF
Leukosit
<
TEN Hb >
10%
10.000

Cleft lip (bibir sumbing) adalah kelainan bawaan yang terjadi


oleh karena tidak adanya penyatuan (fusi) secara normal dari bibir
pada proses embrional yang dapat terjadi sebagian atau
sempurna.
Waktu optimum untuk operasi
perlu dipikirkan untuk
mendapatkan bentuk alae nasi
yang baik dan bila bilateral untuk
mencegah protrusi dari prolabium
yang berlebihan.
2. PALATO SCHIZIZ
Cleft palate atau palatoschisis
merupakan kelainan kongenital
pada wajah dimana
atap/langitandari mulut yaitu
palatum tidak berkembang
secara normal selama masa
kehamilan,mengakibatkan
terbukanya (cleft) palatum yang
tidak menyatu sampai ke daerah
cavitasnasalis, sehingga terdapat
hubungan antara rongga hidung
dan mulut.
Palatoplasty dikerjakan sebelum anak
mulai belajar berbicara, sekitar 11-12
bulan. Maksudnya agar proses
berbicara tidak terganggu dan belum
ada atrofi dari m. levator dan tensor
palatini. Hasil baik bila anak bicara
baik.
3. SINUS PREAURICULARIS
Bila tidak baik dalam merawat kebersihan tubuh
maka resiko infeksi pada Sinus Preauricular akan
semakin besar. Penyakit yang mengintai dari sinus
preauricular adalah infeksi, yang dapat menyebabkan
komplikasi seperti kista. Bukan tidak mungkin juga
penyakit ini dapat menyebabkan sinusitis yang
meluas.

Preaurikular sinus
merupakan rongga (bukan
saluran) pada sekitar telinga,
biasanya disebabkan oleh
kelainan kongenital atau
faktor keturunan.
8
Penyakit dapat didiamkan saja, tetapi bila terjadi infeksi diobati setelah 2-3 bulan
kemudian dilakukan operasi fistulektomi.
4.Sinus atau Kista Bronchogenik
Kelainan disepanjang celah insang,
terutama celah kedua yang berjalan dari
tepi muka telinga menyusur tepi anterior
m.sternocleidomastoideus. Pada bayi
biasanya dijumpai bentuk fistel. Eksisi
dilakukan pada umur 3 bulan.

Kista bronkogenik terbentuk akibat perkembangan


abnormal embriologi sistem trakeobronkial. Kista
bronkogenik lebih sering ditemukan di hemitoraks
kanan, lokasi terbanyak di mediastinum, di sepanjang
trakea dan bronkus utama.
5. Micro dan Macro Auricle

Pembentukan daun telinga yang simetris dapat dikerjakan sesudah umur 5 tahun. Sebab sesudah itu
daun telinga tidak akan tumbuh lagi.
Panjang rata-rata (panah merah) dari telinga
dewasa adalah sekitar 60-65 milimeter dan Scapha mengacu pada bagian telinga
lebar rata-rata (panah kuning) adalah 30-45 antara antihelix (garis putus-putus biru)
milimeter. dan lingkaran heliks telinga, atau helix
Rasio kedua pengukuran ini lebar rata-rata: (garis putus-putus kuning). Dalam
panjangnya sekitar 50-55%. Ketika dimensi- kasus macrotia, scapha sering kali
dimensi ini berada di luar kisaran normal, terlalu luas, menyebabkan bagian atas
telinga dapat muncul terlalu besar secara telinga yang terlihat terlalu menonjol.
keseluruhan.
6. Kista Thyroglossus
Biasanya kelainan ini ditemukan
pada anak besar. Dilakukan
ekstirpasi sebelum adanya
infeksi.
Ekstirpasi adalah tindakan
pengangkatan seluruh massa
tumor beserta kapsulnya.

Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terbentuk


dari duktus tiroglosus yang menetap sepanjang alur
penurunan kelenjar tiroid, yaitu dari foramen sekum
sampai kelenjar tiroid bagian superior di depan trakea.
Kista ini merupakan 70% dari kasus kista yang ada di
leher.
7. Torticolis

Adalah tumor m.sternocleidomastoideus. Terjadi saat proses melahirkan, tetapi baru kelihatan usia 1-2
bln, yaitu sesudah ada fibrosis, sehingga menyebabkan perpendekan otot tersebut. Akan
menyebabkan kedudukan mata berubah, bentuk kepala hemihypoplasia, scapula tidak sama tinggi.
Tindakan pada bayi dilakukan
fisioterapi untuk memperpanjang
musculus tsb, dikerjakan pagi dan
sore, biasanya berhasil 90%. Tanpa
fisioterapi mungkin akan menghilang
dalam waktu 10 bulan. Operasinya
adalah dilakukan insisi di atas tumor
atau memutuskan muskulus pada
insersionya.
8. Hernia Umbilikalis

Dapat ditemukan pada 1 dari 10 bayi.


Umumnya dapat menutup sendiri.
Pemasangan plester dengan cara yang tepat
dapat mempercepat penutupan tsb, tetapi bila
lubangnya terlalu besar dan setelah usia 2 thn
tetap menonjol, baru diperlukan tindakan
herniorrhaphy.
9. Hemangioma

Suatu kelainan bawaan jaringan pembuluh darah yang


mempunyai sifat meluas sampai umur anak 12 bulan dan
umumnya dapat regresi dengan spontan yang dimulai umur
18-48 bulan.
Percepat Waktu Regresi
Kontak radiasi dalam 5 mm dengan sinar 3x300 rad. Untuk hemangiom luas namun tidak dalam.

Hemangioma luas namun dalam, disuntik NaCl 3% pada dasar benjolan sebulan sekali.

Pada hemangioma luas dan dalam, dapat diberikan kortikosterid dosis tinggi selama 5-7 minggu kemudian
istirahat selama 5 minggu.

Pada hemangioma kecil dan dalam dapat diberikan CO2 beku sekali sebulan. Adakalanya operasi perlu
dikerjakan dini bila letak hemangioma di palpebra, telinga, hidung dan bibir yang dpaat menyebabkan destruksi
jaringan.
10. Lymphangioma

Lymphangioma adalah malformasi dari sistem


limfatik yang ditandai dengan lesi yang berupa
kista dengan dinding tebal, kista ini dapat
makroskopik seperti pada cystic hygroma atau
mikroskopik.

Tidak ada regresi spontan juga mempunyai sifat


radio resisten. Operasi disiapkan setelah
diagnosis ditegakkan.
11. Granuloma Umbilikus

Sering mengeluarkan sekret dan berbau. Dicoba dahulu


dengan AgNo3 3%, mercorochom aau salep antibiotika bila
gagal baru dilakukan eksisi.
12. Teratoma Sacrococcygeus

Suatu teratoma yang sudah tampak sejak lahir, antara sakrum dan rektum. Eksisi tumor ini dilakukan
sedini mungkin yaitu dalam umur anak 2 minggu, karena ditakutkan terjadi keganasan.
• Tipe I kebanyakan eksternal, menempel pada koksik dan hanya sedikit komponen presarkal
• Tipe II terdapat massa eksternal dan pemanjangan signifikan pelvis presarkal.
• Tipe III dapat dilihat dari luar tapi sebagian besar massa terdapat dalam pelvis dan intra abdomen.
• Tipe IV massa terdapat dalam intra abdomen
13. Hypospadia

Biasanya operasi dilakukan dalam 2 fase.


1. Kordektomi, pada umur 1 tahun untuk meluruskan bentuk penis.
2. Uretroplasti, dikerjakan pada umur 2 tahun dan paling lambat 5 tahun. Pada umur ini penis
sudah cuku panjang dan anak belum bersekolah.
14. Hernia Inguinalis

Herniotomi dipersiapkan sedini mungkin karena ditakutkan


terjadi inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi).
15. Hydrocele Testis
Hidrokel adalah kantung
yang berisi cairan yang
mengelilingi testis (buah
zakar) yang menyebabkan
pembengkakan skrotum.
Skrotum merupakan kulit
yang melapisi testis.
Hidrokel umum dijumpai
pada anak-anak yang baru
lahir, yaitu sekitar 10%.
Namun sebagian besar
hidrokel akan menghilang
pada tahun pertama
kehidupan.

Diobservasi sampai umur 2 tahun, bila pada umur itu belum menghilang, dilakukan pembedahan.
16. Gangguan Penurunan Testis

Dapat berupa arrest atau ektopia testis. Operasi dilakukan waktu anak berumur 2,6 tahun sesuai
dengan pematangan jaringan testis, kalau sudah terlambat fungsi spermatogenesis testis tak akan
kembali. Sebab sesudah 2,6 tahun tidak ada perkembangan lagi. Anak yang dioperasi setelah 2,6
tahun sel-sel spermatogenesis akan terganggu, sedang fungsi hormonal testis tidak terganggu.
17. Naevus

Lesi kulit pigmentasi, sebenarnya tidak mengganggu.


Diangkat bila ada tanda-tanda ganas.
18. Syndactilia

Sindaktilia adalah suatu kondisi dimana 2 atau lebih jari bersatu, merupakan kondisi yang tidak biasa
pada manusia.
Operasi pemisahan jari tangan dilakukan pada umur 5 tahun. Jari kaki setelah umur 1 tahun.
19. Polydactilia

Ekstirpasi jari tangan dilakukan pada umur 3 bulan. Jari kaki bila mengganggu waktu memakai
sepatu,ekstirpasi dilakukan pada umur 1 tahu. Bila tidak mengganggu, operasi dilakukan atas
permintaan penderita.
20. Spleenectomy

Pada kelainan hematologik (Thalasemia, ITP)


sebaiknya spleenectomy dilakukan sesudah
anak berumur 2 tahun, karena lien adalah
organ imunologik. Statistik menunjukan anak
yang dioperasi sesudah 2 tahun septikaemia
menurun dibandingkan dengan anak sebelum
umur 2 tahun.
21. Eventrasio Diaphragma

Eventrasio diafragma (ED) merupakan elevasi


abnormal dari diafragma yang utuh, membentuk
lengkung dari tempat penempelannya yang normal
di costa.

Dapat terjadi primer karena kelainan otot-otot diafragma (secara bawaan), atau terjadi sekunder akibat lesi
di nervus cervikalis (ERBS paralysis dan lain-lain). Tindakan operasi dikerjakan bila terdapat kesulitan
bernafas yang tidak dapat diatasi secara konservatif atau adanya infeksi respiratorik yang berulang.
22. Khitanan atau Circumsisi

Suatu tindakan operasi yang dilakukan berdasarkan kepercayaan agama. Dapat dikerjakan mulai
masa neonatus sampai anak besar. Indikasi mutlak timbul bila pernah timbul balanitis
(peradangan pada ujung penis) atau phymosis (kulup penis melekat kencang sulit ditarik
kebelakang).
2. Cairan Intravena dan Nutrisi Parenteral
100 cc /kg/24 jam untuk berat badan 10 kg pertama
.

50 cc /kg/24 jam untuk berat badan 10 kg kedua

20 cc /kg/24 jam untuk berat badan ke tiga dan berikutnya

Kebutuhan elektrolit yang penting sehari-hari untuk maintenance :


• Na 3 meq/kg bb/24 jam
• Kalium 2 meq/kg bb/24 jam
• Cl 3 meq/ kg bb/24 jam
Perkiraan Defisit Cairan untuk Rehidrasi
5 % berat badan : bibir kering, mata sedikit cekung

10% berat badan : turgor kulit berkurang, mata cekung

20 % berat badan : terdapat tanda-tanda presyok dan syok

Rehidrasi tercapai bila produksi urine mencapai 1-2 cc/kgBB/jam.


Komposisi Elektrolit Cairan Tubuh
Na+ K+ Cl-

Cairan Lambung 20-80 5-20 100-150

Empedu 120-40 5-15 80-120

Ileostomi 45-135 3-15 20-115

Diare 10-90 10-80 10-110


Macam Larutan dan Kandungan Elektrolit
Na+ Cl- K+ Lactate Ca++

NaCl 0,9% 154 154 - - -

NaCl 0,45% 77 77 - - -
dengan
Dextrose 2,5%
NaCl 0,225% 38 38 - - -
dengan
Dextrose 5%
RL 130 108,7 4 28 2,7

Aminofusin 30 10 25 - 10
Paed
Tutofusin Paed 40 35 5 -
Nutrisi Parenteral
Indikasi Nutrisi Parenteral Penuh
• Reseksi usus ekstensif
• Ileus berkepanjangan
• Fistula usus
• Malabsorpsi dengan diare berkepanjangan
Indikasi Nutrisi Parenteral Parsial
• neonatus, bayi dan anak-anak pasca bedah yang masih di
puasakan sampai hari ke 5 atau lebih.
KEBUTUHAN KALORI
Prematur dan BBLR • 120 kalori/kgBB

BB 10 kg • 100 kalori/kgBB

BB 10-20 kg • 1000 kalori + 50 kalori/kgBB

BB >20 kg • 1500 kalori + 20 kalori/kgBB

Kebutuhan kalori naik 12% dari


perhitungan untuk kenaikan suhu tubuh 1ºC
Jumlah Dextrose 5%
Kalori 200 kal/l
dalam Dextrose 10%
Larutan 400 kal/l
Aminofusin 600
(50 gr protein/L) 600 kal/l
Intralipid 20% (200
gr lemak/L) 2000 kal/l
Protein
BB Kebutuhan Protein

sampai 10 kg 2,5-3 gr/kg

10-15 kg 2,0-2,5 gr/kg

15-30 kg 1,5-2,0 gr/kg

30 kg 1,0-1,5 gr/kg

• Larutan albumin 2% dengan dosis: 4 cc/kg/24 jam


• Larutan plasma dengan dosis 20 cc/kg/24 jam, 2x/minggu
• Darah penuh dengan indikasi 20 cc/kg dapat diselang 2-4 hari sekali
• Packed red blood cells dengan indikasi: 10 cc/kg/24 jam

40
Pencegahan Infeksi
• Pemasangan infus dilakukan dengan benar
• Ganti botol cairan setiap 24 jam untuk menghindari kontaminasi
• Pada penggunaan kateter vena sentral kemungkinan terjadi septikimia besar.
Setiap kenaikan suhu tubuh yang tidak dapat diterangkan merupakan indikasi
untuk kultur darah, pencabutan kateter dan pemberian antibiotika.
3. INFEKSI BEDAH: ETIOLOGI, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA
Jalur Masuk Kuman
Eksogen Endogen

Dari tubuh pasien.


Udara • Misal, kuman yang berasal dari traktus digestivus pada app
perforasi, tifoid perforasi, pembedahan kolon elektif atau akut.

Kontak langsung
Jenis Pembedahan dengan Korelasi Infeksi Pasca Bedah
Bedah Bersih
• Tidak mengandung kuman sebelumnya.
• Bedah kardiovaskular, ortopedi, herniotomi
Bedah Berpotensi Kontaminasi
• Tidak mengandung kuman sebelumnya namun mungkin terjadi kontaminasi.
• Apendektomi, kolesistektomi, reseksi usus dsb.
Bedah Berkontaminasi Nyata
• Daerah mengandung kuman.
• Tifoid perforasi, app peforasi, laparotomi.
Cara untuk menekan insiden infeksi ialah menghindari kontaminasi kuman terhadap luka
insisi dengan teknik pembedahan yang baik.

Bedah Bersih :
Usahakan tetap bersih.

Bedah Potensi Kontaminasi :


Dicegah tidak terjadi kontaminasi.

Bedah Kontaminasi Nyata :


Evakuasi cairan mengandung kuman sebaik-baiknya hingga kontaminasi ke luka
pembedahan menjadi seminimal mungkin.
4. Muntah: Aspek Bedah Saluran Cerna
Muntah pada neonatus, bayi dan anak-anak yang berhubungan dengan kelainan bedah
saluran cerna sangat luas. Proses radang seperti pada apendisitis akut terdapat sekitar 70 %
dimulai dengan muntah. Gangguan passase total atau pun parsial seperti atresi, stenosis
duodenum, malrotasi dengan volvulus, invaginasi diakhiri dengan muntah hijau atau fekal.

Muntah bermakna yang perlu pemeriksaan lebih lanjut antara lain adalah:
• Muntah hijau ( bercampur empedu)
• Proyektil
• Persisten
• Bercampur darah
• Disertai penurunan berat badan yang berlebihan

Gejala dan tanda lain yang menimbulkan kecurigaan adanya kelainan bedah
• Gangguan evakuasi atau kelainan mekonium.
• Distensi abdominal
• Serangan rasa sakit
5. Stenosis Pilorik Hipertrofik
Etiologi Patologi ;
 Etiologi secara pasti belum diketahui menurut teori disebabkan kegagalan
perkembangan atau proses degenerasi ganglion dan serabut saraf. Terjadi
pada 300-900 kelahiran dan wanita : pria = 1: 4
Gejala dan Tanda;
 Muntah proyektil, mulai umur 2-3 minggu
 Kegagalan pertumbuhan dan kehilangan berat badan
 Obstipasi
 Pada pemeriksaan fisik kontour dan peristaltik lambung terlihat di abdomen
bagian atas dan teraba tumor di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan
 Bayi rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum setelah muntah
 Pada stadium lanjut bayi dalam keadaan dehidrasi malnutrisi-hipokalemi serta
hipoalbuminemia
Pemeriksaan Radiologik
‐Pemeriksaan barium-meal jika pada
palpasi tidak teraba tumor. Dan akan
terlihat saluran pilorus kecil dan
memanjang disebut sebagian string-sign.
‐Pada fluoroskopi tampak pengosongan
lambung terlambat. Lambung tampak
membesar dan jelas terlihat gambaran
peristaltis
Terapi
• lambung di bilas dengan NaCl untuk
mengeluarkan sisa barium bila bayi dilakukan
pemeriksaan barium-meal
•Koreksi keadaan dehidrasi, hipokalemi dan
hipoalbuminemia

Pembedahan
• dilakukan pembedahan setelah persiapan
prabedah tercapai yang umumnya memakan
waktu 24-48 jam
•Pembedahan yang dilakukan piloromiotomi
Setelah pembedahan bayi masih
sekali-kali muntah dan sembuh sempurna
setelah 2-3 hari
6. Atresia Duodenum
Terjadi pada bayi antara 5000 sampai 10.000 kelahiran, penderita down sindrom
lebih Sering, keterlambatan diagnosis dan tindakan mengakibatkan bayi aspirasi,
dehidrasi dan hipokalemi karena muntah-muntah.
Patofisiologi
‐ Diperkirakan karena oklusi vaskuler di daerah duodenum dalam perkembangan
fetal
‐ Atresia dan juga stenosis doudenal sering disebabkan oleh kelainan
perkembangan pankreas yang mengelilingi duodenum sehingga tidak tumbuh
normal dan terjadilah stenosis atau atresia
‐ Manifestasi klinik berupa obstruksi usus letak tinggi beberapa jam setelah lahir
bayi muntah hijau
‐ Keterlambatan diagnosis dan tindakan menyebabkan bayi mengalami aspirasi
dehidrasi hiponatremi hipokalemi karena muntah
JENIS ATRESIA DUODENUM
TIPE II :
TIPE I : hilangnya segmen TIPE III :
Tipe ini memiliki lumen proksimal duodenum Pemisahan komplit dari
difragma yang terdiri dan melekat dengan duodenum proksimal
dari lapisan mukosa dan segmen distalnya dengan duodenum distal
submukosa. (92%) melalui fibrous cord. yang collapsed. (7%)
(1%)
Diagnosis
• Kehamilan dengan penyulit polihidramnion dan bayi dengan down sindrom harus
di curigai menderita atresia duodenal
• Beberapa jam setelah lahir bayi akan untah. Muntah berupa proyektil, berwarna
hijau bila letak atresi di distal ampula vateri
• Abdomen kembung sedikit terbatas di bagian atas dan kempes kembali setelah
bayi muntah

Pemeriksaan Pra bedah dan Terapi


• Pemeriksaan foto polos abdomen bayi dalam posisi tegak akan terlihat gambaran
double bubble
• Tindakan dekompresi dengan pemasangan sonde lambung dan dilakukan
pengisapan cairan dan udara tindakan ini untuk mencegah aspirasi dan muntah

Pembedahan
• Anastomosis duodeno-dudenostomi ujung ke ujung merupakan tindakan terpilih
atau anas tomosis duodeno-yeyunostomi.
Gambaran Atresia Duodenum
7. Stenosis Duodenum
‐ Manifestasi klinis stenosis duodenal bergantung pada kaliber lumen yang stenosis.
‐ Dapat timbul langsung seperti atresi duodenal bila lumen stenosis sangat kecil. Pada stenosis
dengan kaliber lumen yang agak lonjong akan timbul setelah bayi berusia beberapa bulan atau
tahun dengan nafsu makan berkurang yang di sertai muntah dan infeksi saluran nafas yang
berulang.

‐ Diagnosis
‐ Pada pemeriksaan fisik terlihat kontur atau peristaltik lambung atau usus di daerah
epigastrium.

‐ Radiologi
‐ Foto polos abdomen dalam posisi tegak terlihat doubel bubble dengan terlihat gelembung-
gelembung udara kevil pada bagian distal.
‐ Peemeriksaan foto dengan barium-meal akan terlihat penyempitan di daerah duodenum.
‐ Foto barium-meal sebaiknya tidak dilakukan pada penderita yang dalam keadaan muntah
Terapi
Reseksi bagian usus yang menyempit dan anastomosis ujung
ke ujung atau tindakan plastik dengan membuat sayatan
memanjang di bagian usus yang menyempit dan menutup
kembali dengan jahitan melintang.
8. Malrotasi dan Volvulus
‐ 75 % penderita dengan gejala dan tanda obstruksi total saluran cerna dalam
masa neonatal karena volvulus, setiap nenonatus dengan muntah hijau dan
tanda-tanda obstruksi saluran cerna letak tinggi harus dicari kemungkinan
malrotasi dan volvulus, kare kelainan ini dapat menyebabkan iskemi dan nekrosis
seluruh usus halus.

‐ Etiologi
‐ Dalam minggu ke 10 sekum dan usus halus kembali ke abdomen dan rotasi ke
kuadran kanan bawah, usus halus rotasi dengan aksis arteri mesentrika superior
dan terfiksasi pada dinding posterior abdomen. Setiap berhenti akan timbul pita
(ladd’s band) yang menyilang duodenum dari sekum yang tidak berotasi
sempurna dan menyebabkan mesentrium usus halus tidak terfiksasi pada dinding
post abdmen sehingga usus bebas bergerak menyebabkan terjadinya volvulus
‐ Diagnosis
‐ Muntah hijau dan lebih sering tidak disertai kembung abdomen
‐ Udara yang telah berada di usus distal duodenum akan keluar atau diabsorpsi
‐ Gejala gangguan pasase saluran cerna setinggi duodenum terjadi segera setelah terjadi malrotasi

‐ Radiologi
• Pemeriksaan foto polos abdomen dengan posisi tegak terlihat gambaran doubel bubble seperti
pada atresia duodenal tetapi dengan disertai gambaran gelembung udara kecil yang minim pada
bagian distal
• Pemeriksaan barium enema terlihat sekum terletak antara kuadran kanan atas di bawah hepar

‐ Terapi
• Pembedahan berupa pemotongan pita yang menyilang duodenum, pembebasan duodenum dan
selanjutnya duodenum diletakan vertikal di sebelah kanan. Sekum dan kolon di letakan di sebelah
kiri. Apendiktomi selalu di kerjakan pada prosedur ini
• Untuk neonatus atau bayi yang datang dengan malrotasi tanpa volvulus sempurna dapat
dilakukan pembedahan seperti di atas.
Gambar Malrotasi dengan volvulus
9. Atresia Usus Halus
‐ Merupakan satu penyebab obstruksi pada neonatus dan terjadi antara 1500-2000 kelahiran.

‐ Patofisiologi
‐ Disebabkan oleh oklusi pembuluh darah mesentrium misalnya akibat volvulus atau invaginasi
sewaktu kehidupan intrauterin. Bagian usus yang tidak mendapatkan aliran darah akan
nekrosis. Karena keadaanya steril maka bagian yang nekrosis ini tidak berkembang ke proses
peritonitis tetapi diabsorpsi dan selanjutnya terjadi atresia atau stenosis.

‐ Diagnosis
• Riwayat hidramnion dalam kehamilan
• Pada atresia usus letak tinggi, akan terjadi muntah yang lebih cepat, distensi abdomen lebih
terbatas di bagian atas dan menghilang setelah bayi muntah
• Adanya pasase mekonium bukan indikasi tidak adanya atresia usus.
‐ Radiologi
• Foto polos abdomen dengan posisi tegak membantu
penegakan diagnosis
 Atresia duodenum : terlihat dua gelembung udara
dengan garis-garis permukaan udara cairan di
dalamnya
 Atresia yeyunum : terlihat tiga atau beberapa
gelembung udara di dalamnya
 Atresia ileum : seluruh abdomen penuh dengan
gelembung udara yang tersebar rata kecuali sedikit di
bagian bawah

‐ Foto barium-enema : untuk memebedakan perlu


pemeriksaan barium enema pada atresia ileum akan
terlihat mikro kolon

‐ Foto barium-meal : tidak membantu diagnosis dan


tidak perlu dilakukan karena akan menyebabkan
aspirasi
‐ Terapi
‐ Prabedah :
• Hentikan pemberian cairan peroral
• Membantu pernafasan mencegah aspirasi
• Cairan dan elektrolit untuk maintenance dan rehidrasi jika ada dehidrasi
• Antibiotik

‐ Pembedahan
‐ Pada dasarnya tindakan bertujuan menciptakan kontinuitas lumen usus. Bagian
ujung usus yang membesar direseksi dan dianastomosiskan dengan ujung usus
bagian distal dari ujung ke ujung.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai