Anda di halaman 1dari 11

BRUCELLOSIS PADA BABI

OLEH :
1. Asman Ramadhan Damanik (1602101010131)
2. Delasri Yulanda (1602101010135)
3. Deslina Citra H (1602101010136)
4. Azzalia Namora Diva (1602101010139)
5. Tari Umaira (1602101010147)
6. Primaadhi Abimanyu S. R (1602101010155)
7. Pandu Putra Anugrah B (1602101010158)
8. Chairani Annisa (1602101010166)
ETIOLOGI
• Brucellosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
genus Brucella yang merupakan mikroorganisme intraseluler dan
bersifat zoonosis
• Brucella termasuk ke dalam famili Brucellaceae merupakan
bakteri gram negative
• Brucella merupakan bakteri aerobik, batang kokoid, tidak
berkapsul, tidak berflagel maupun berspora dan memiliki
membran luar
• Brucellosis pada babi disebabkan oleh genus Brucella suis.
EPIDEMIOLOGI
• Brucellosis terjadi di Indonesia pertama kali pada tahun 1935 di Grati, Kabupaten
PAsuruan, Jawa Timur.
• Pada tahun 2011 dilaporkan bahwa brucellosis menyerang peternakan sapi perah di
Baturaden, dan juga menyerang sapi di beberapa kota di pulau Jawa.
• Penularan pada hewan terjadi melalui saluran pencernaan, saluran kelamin, dan
mukosa atau kulit yang luka
• Penularan melalui perkawinan sering terjadi. Di Denmark pernah terjadi kerugian
besar akibat penggunaan semen yang dicemari Brucella untuk Inseminasi Buatan
• Penularan dapat juga terjadi secara mekanis melalui insekta
• Ada lima biovar Brucella suis, namun Biovar 1, 2 dan 3 merupakan Brucella yang
sering menginfeksi babi
TRANSMISI
• Cairan kelahiran dan pasca kelahiran dari ternak yang terinfeksi merupakan
sumber penularan penyakit.
• Ternak terinfeksi karena makan rumput yang terkontaminasi oleh bakteri
Brucella suis.
• Ternak yang terinfeksi dapat menularkan bakteri dari produk olahan yang
dibuat tanpa dimasak sempurna dari hewan yang terinfeksi.
PATOGENESIS
• Perubahan yang terlihat adalah penebala
n pada placsenta dengan bercak-bercak
merah pada permukaan lapisan chorion.
• Cairan janin terlihat keruh berwarna kuning
kecokelatan dan kadang-kadang bercampur
nanah.
• Pada hewan jantan ditemukan nanah pada
testikelnya yang dapat diikuti dengan nekrosa.
Gambar .Brucella yang
ditemukan di semen
GEJALA KLINIS
• Pada babi B. suis menimbulkan artritis, osteomielitis, bursitis, dan spondilitis.
• Kadan-kadang ditemukan pula posterior paralisis yang disebabkan oleh nekrosis discus
intervertebrales.
• Pada babi jantan dapat ditemukan orchitis, tetap B. suis tidak ditemukan pada semen atau
urine.
• Anak babiyang lahir dari induk tertular umumnya kecil, lemah, dan mati tidak lama setelah
dilahirkan
• Kuman Brucella di luar tubuh induk babi dapat bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan
pada waktu tertentu. Kemampuan bakteri Brucella hidup pada tanah yang kering yaitu empat
hari di luar suhu ruangan, di tanah yang lembab dapat bertahan selama 66 hari dan di tanah
berlumpur dapat bertahan hidup selama 151-185 hari.
DIAGNOSA
• Brucellosis pada babi sulit didiagnosis secara klinis karena memiliki gejala yang
hampir sama dengan penyakit reproduksi pada babi yang disebabkan oleh
mikroorganisme lainnya.
• Isolasi bakteri yang berasal dari darah atau jaringan masih merupakan “gold
standard” atau standar baku pengujian brucellosis.
• diagnosis brucellosis dilakukan berdasarkan uji serologis untuk mendeteksi antibodi
spesifik terhadap antigen polisakarida dinding sel spesies Brucella tertentu.
• Pengujian secara serologis dapat digunakan secara rutin terhadap individu atau
kelompok hewan sebagai pengujian awal brucellosis
• Beberapa pengujian serologik yang dapat dilakukan di antaranya adalah Rapid
aglutinasi test (RAT), Rose Bengal Test (RBT), Complement fixation test (CFT), dan
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN
Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada vaksinasi dan tindakan sanitasi
dan tata laksana :
1. Sisa-sisa abortus yang bersifat infeksius dihapus hamakan.
2. Bahan bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan.
3. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami kluron.
4. Anak anak ternak yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya
diberi susu dari ternak lain yang bebas brucellosis.
5. Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan dihapus
hamakan.
Dan untuk pengobatan belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit
ini, hanya dilakukan vaksinasi pada babi yang belum terinfeksi oleh Brucella suis.
REFERENSI
• Kartini, D., S. M. Noor dan F. H. Pasaribu. 2017. Deteksi Brucellosis pada babi secara serologis dan
molekuler di rumah potong hewan Kapuk, Jakarta dan Ciroyom, Bandung. Acta Veterinaria
Indonesiana. 5(2):66-73.
• Mujiatun, R. D. Soejoedono, E. Sudarnika dan S. M. Noor. 2016. Deteksi spesies brucella pada kambing di
rumah potong hewan Jakarta. Jurnal Sain Veteriner. 34(2):172-181.
• Novita, R. 2016. Brucellosis : penyakit zoonosis yang terabaikan. Jurnal Balaba. 12(2):135-140.
• Padaga, M. C., Aulanni’am, Herawati, A. Setianingrum dan M. Fatmawati. 2018. Penyakit Zoonosa
Strategis di Indonesia (Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner). Tim UB Press, Malang.
• Praja, R. N., D. Handijatno, S. Koesdarto dan A. Yudhana. 2017. Karakterisasi protein virb4 brucella
abortus isolat lokal dengan teknik sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis. Jurnal
Veteriner. 18(3):416-421.
• Soeharsono. 2016. Penyakit Menular Dari Hewa ke Manusia. Kanisius, Yogyakarta.
Danke

Anda mungkin juga menyukai