Anda di halaman 1dari 41

RELIGION PROJECT

SAKRAMEN
SAKRAMEN
Sakramen adalah upacara atau ritus dalam agama
Kristen (Katolik dan Protestan) yang menjadi
mediasi, dalam arti menjadi simbol yang terlihat
atau manifestasi dari Rahmat Tuhan yang tak
tampak. Gereja dan denominasi-denominasi
Kristen mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai jumlah dan pelaksanaan sakramen
tersebut, namun mereka umumnya yakin bahwa
kegiatan ini dimulai oleh Yesus.
Sebuah sakramen biasanya dilakukan oleh
seorang pastor atau pendeta kepada sang
penerima, dan umumnya dipercayai melibatkan
hal-hal yang tampak maupun yang tak tampak.
Komponen yang tak tampak diyakini adalah
rahmat Tuhan yang sedang bekerja di dalam para
peserta sakramen, sementara komponen yang
tampak melibatkan penggunaan air, anggur atau
minyak yang sudah diberkati.

Istilah sakramen berasal dari bahasa Latin


sacramentum, yang berarti "suatu kegiatan suci".
Arti Sakramen

• Sakramen berasal dari bahasa Latin 1


Sakramentum, artinya "membuat suci,
penggunaan suci, mempersembahkan kepada
dewa-dewa"; 2 Musterion, "ketetapan-ketetapan
yang diberikan tekanan atau perhatian khusus"
(dalam Vulgata, berarti, ketetapan yang Yesus
berikan tekanan khusus); Kedua kata tersebut
dalam budaya Helenis, dipakai sebagai :
• Uang muka yang dibayar dua belah pihak yang
mengadakan perkara di pengadilan;
sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa
pihak yang kalah sudah membayar kepada
pengadilan semua ongkos perkara. Uang
tersebut tidak akan dikembalikan;
• Sumpah tentara kepada panglima. Seorang
prajurit tetap setia kepada panglimanya, bahkan
sampai mati demi bangsa dan negaranya.
Arti Sakramen Dalam Gereja
Gereja mula-mula, memberikan
makna dan isi baru tentang sakramen
(di dalamnya menyangkut sakramen
dan mysterion), sehingga maknanya
adalah:
• Suatu kesepakatan antara manusia dengan
Tuhan Allah. Sehingga dengan menerima
Sakramen, seseorang berjanji untuk hidup setia
kepada Yesus Kristus.
• Sebagai sumpah kesetiaan orang-orang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus.
• Menurut Agustinus, salah seorang dari "bapa-
bapa gereja", sakramen berarti :
• Tanda-tanda yang kelihatan dari yang tidak kelihatan
dari suatu hal suci; atau wujud yang kelihatan dari
rahmat yang tidak kelihatan; Firman yang kelihatan.
• Tanda dan materei yang kelihatan dan suci yang
ditentukan oleh Tuhan Allah, menjelaskan bahwa
segala sesuatu yang dijanjikan-Nya supaya iman kita
dikuatkan,
• Ditetapkan Tuhan Allah untuk menguatkan
persekutuan sesama anak-anak Allah. Sakramen
memberikan anugerah dan mengu-dusan seseorang.
Cara untuk mempersatukan seseorang [manusia]
dengan Kristus, dan mempertahankan persatuan itu.
Gereja Katolik
• Pembaptisan (Permandian)
• Peneguhan (Krisma)
• Rekonsiliasi (Sakramen Tobat, Pengakuan Dosa)
• Ekaristi (Komuni Suci)
• Pernikahan (Perkawinan)
• Pengurapan Orang Sakit (Sakramen Minyak
Suci)
• Imamat (Pentahbisan)
Pembaptisan
• Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar
dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini dilayankan
dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau
dengan mencurahkan (tidak sekadar memercikkan) air
ke atas kepala si penerima "dalam nama Allah Bapa dan
Allah Putra dan Roh Kudus " (Matius 28:19). Pelayan
sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau
(dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya
dalam Gereja Timur) seorang diakon.
• Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk
melakukan apa yang dilakukan Gereja, bahkan jika
orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapat membaptis.
• Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal
serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-
dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu
mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah
melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat
pembenaran yang mempersatukan pribadi yang
bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
• Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil
bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan
komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.
• Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan
"teologis" (iman, harapan dan kasih) dan karunia-
karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai
penerimanya dengan suatu meterai rohani yang berarti
orang tersebut secara permanen telah menjadi milik
Kristus.
Peneguhan
• Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga
dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan
dengan cara mengurapi penerimanya dengan
Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis
balsam, yang memberinya aroma khas, disertai
doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik
dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia
Roh Kudus menandai si penerima seperti
sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat
yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat
dan diperdalam"
Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali,
dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya bebas
dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum
diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut.
Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang
ditahbiskan secara sah; jika seorang imam (presbiter)
melayankan sakramen ini — sebagaimana yang biasa
dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam keadaan-
keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau
seorang anak kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin
(KGK 1312–1313) — hubungan dengan jenjang imamat di
atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama
krisma atau myron) yang telah diberkati oleh uskup
dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat
dengan hari itu. Di Timur sakramen ini dilayankan segera
sesudah pembaptisan.
Di Barat, di mana administrasi biasanya
dikhususkan bagi orang-orang yang sudah dapat
memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda
sampai si penerima mencapai usia awal
kedewasaan; biasanya setelah yang bersangkutan
diperbolehkan menerima sakramen Ekaristi,
sakramen ketiga dari inisiasi Kristiani. Kian lama
kian dipulihkan urut-urutan tradisional
sakramen-sakramen inisiasi ini, yakni diawali
dengan pembaptisan, kemudian penguatan,
barulah Ekaristi.
Ekaristi
Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi
Kristiani) yang dengannya umat Katolik mengambil
bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut
serta dalam pengorbanan diri-Nya. Aspek pertama dari
sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan
Darah Yesus Kristus) disebut pula Komuni Suci. Roti (yang
harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi
dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi
ragi dalam kebanyakan Ritus Timur) dan anggur (yang
harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam
ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam
segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh
dan Darah Kristus, perubahan ini disebut
transubstansiasi.
Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan
Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi
Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah
pelayan Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang
dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni
Suci. Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak"
kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang paling
istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan
penyembahan yang paling istimewa oleh umat beriman
terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat
beriman terhubung dengan liturgi di surga. Betapa
pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi dalam
perayaan Ekaristi (Misa) dipandang sebagai kewajiban
pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta
dianjurkan untuk hari-hari lainnya. Dianjurkan pula bagi
umat yang berpartisipasi dalam Misa untuk, dalam kondisi
rohani yang layak, menerima Komuni Suci. Menerima
Komuni Suci dipandang sebagai kewajiban sekurang-
kurangnya setahun sekali selama masa Paskah.
Rekonsiliasi
Sakramen Rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua
sakramen penyembuhan, dan juga disebut Sakramen
Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen
Pengampunan[2]. Sakramen ini adalah sakramen
penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis
yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa.
Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten
(si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus
rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang
imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi
seseorang untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan
tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk
melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh
imam, dan penyilihan.
"Banyak dosa yang merugikan sesama. Seseorang harus
melakukan melakukan apa yang mungkin dilakukannya guna
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya,
mengembalikan barang yang telah dicuri, memulihkan nama
baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi kepada
pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun
menuntut yang sama. Akan tetapi dosa juga merusak dan
melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan
Allah dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus
memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan
melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia
harus 'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan
akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'"
(KGK 1459). Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur
penyilihan ini sangat berat dan umumnya mendahului absolusi,
namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana
yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan
beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk
menghadapi pencobaan selanjutnya.
Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai
pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak. "Oleh
karena itu, benar-benar salah bila seorang konfesor
(pendengar pengakuan) dengan cara apapun
mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik
dengan perkataan maupun dengan jalan lain" (kanon
983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang
secara langsung merusak meterai sakramental
tersebut otomatis dikenai ekskomunikasi (hukuman
pengucilan) yang hanya dapat dicabut oleh Tahta Suci
(kanon 1388).
Pengurapan Orang Sakit
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen
penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini
seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang
khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan
orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat
beriman yang, karena telah mencapai penggunaan
akal budi, mulai berada dalam bahaya yang
disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK
1514). Baru menderita sakit ataupun makin
memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen
ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan
hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul
maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan
Terakhir", yang dilayankan sebagai salah satu dari
"Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang
lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang sekarat
tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk
mengakui dosanya, maka minimal diberikan absolusi,
yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si
sakit atas dosa-dosanya), dan Ekaristi, yang bilamana
dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan
sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti aslinya
dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".
Imamat
• Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya
seseorang dijadikan uskup, imam, atau diakon, sehingga
penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus.
Hanya uskup yang boleh melayankan sakramen ini.
• Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan
kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya
anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi
dia misi untuk mengajar, menguduskan, dan menuntun,
disertai kepedulian dari semua Gereja.
• Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya
menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta
menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang
bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan
kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi.
• Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya
menjadi Kristus selaku Hamba semua orang, menempatkan
dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan,
khususnya pada kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-
kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan
firman Allah.
• Orang-orang yang berkeinginan menjadi imam dituntut oleh
Hukum Kanonik (Kanon 1032 dalam Kitab Hukum Kanonik)
untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi
studi filsafat dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu
program formasi yang meliputi pengarahan rohani, berbagai
retreat, pengalaman apostolat (semacam Kuliah Kerja Nyata),
dst. Proses pendidikan sebagai persiapan untuk pentahbisan
sebagai diakon permanen diatur oleh Konferensi Wali Gereja
terkait.
Pernikahan
• Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat,
adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi
penerimanya guna suatu misi khusus dalam
pembangunan Gereja, serta menganugerahkan
rahmat demi perampungan misi tersebut.
Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu
tanda cinta-kasih yang menyatukan Kristus
dengan Gereja, menetapkan di antara kedua
pasangan suatu ikatan yang bersifat permanen
dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah.
Dengan demikian, suatu pernikahan antara seorang pria yang
sudah dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis, yang
dimasuki secara sah dan telah disempurnakan dengan
persetubuhan, tidak dapat diceraikan sebab di dalam kitab
suci tertulis Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal
dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia. Ketika mereka sudah di rumah,
murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Barangsiapa menceraikan
istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam
perzinaan terhadap istrinya itu. Dan jika si istri menceraikan
suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zina."
(Mrk. 10:1–12)
Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan
yang bersangkutan rahmat yang mereka perlukan
untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan
perkawinan mereka serta untuk menghasilkan dan
mengasuh anak-anak mereka dengan penuh tanggung
jawab. Sakramen ini dirayakan secara terbuka di
hadapan imam (atau saksi lain yang ditunjuk oleh
Gereja) serta saksi-saksi lainnya, meskipun dalam
tradisi teologis Gereja Latin yang melayankan
sakramen ini adalah kedua pasangan yang
bersangkutan.
Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan
seorang wanita harus mengutarakan niat dan
persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan)
masing-masing untuk saling memberi diri seutuhnya,
tanpa memperkecualikan apapun dari hak-milik
esensial dan maksud-maksud perkawinan. Jika salah
satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-
Katolik, maka pernikahan mereka hanya dinyatakan
sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang
terkait dalam Gereja Katolik. Jika salah satu dari
keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti
belum dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak
berwenang terkait demi sahnya pernikahan.
Gereja Protestan
• Baptisan Kudus,
Mat. 28:18-20
• Perjamuan Kudus,
Mat. 26:26-29, I Kor 11:23-32 [1 Yoh 5:7,8;
Yoh3:5; 6:54,55].
1. Baptisan
Arti Baptisan,; (Yunani), Baptizo, dimandikan,
dibersihkan, atau diselamkan; Roma 6 : 1- 14,
mati dan bangkit di dalam Kristus;
Melambangkan bahwa manusia mati terhadap
dosa bersama dengan Kristus, dan dibangkitkan
untuk suatu hidup baru. Karena manusia
dilahirkan kembali oleh air dan Roh Kudus, Yoh
3:5. Dan hidup baru tersebut menunjukkan kita
dibersihkan dari dosa.
Mengapa orang percaya harus dibaptiskan :perintah
Tuhan Yesus, Mat. 28 : 19 “pergi dan jadikan semua
bangsa murid Tuhan, baptis dalam nama Bapa, Anak,
dan Roh Kudus, mengajar Firman Allah untuk
menjadi murid Tuhan ; untuk masuk dalam keluarga
umat kudus kepunyaan Allah, I Pet. 2 : 9 -10;
menerima warisan janji Tuhan Allah kepada Bapa
Orang Beriman, Kisah 2:39. Melalui baptisan ini
orang yang telah percaya bersaksi kepada orang lain
bahwa dirinya sudah percaya pada Tuhan Yesus
Kristus.
Cara Baptisan
• Pertama : Menyiramkan, baptisan ini dilakukan
dengan menyiramkan air ke kepala yang
menerima baptisan dengan satu keyakinan,
bahwa air itu bukanlah air biasa, melainkan air
yang berisikan Firman dan Titah Allah yang
telah dikuduskan. Bukan karena air itu si
penerima baptisan mendapat Keselamatan dari
keampunan dosa, melainkan Firman Tuhan itu,
maka baptisan itu menyelamatkan.
• Kedua : Memercikkan, baptisan ini dilakukan
dengan memercikkan berulang kali ke atas
kepala yang menerima baptisan. Baptisan
seperti ini biasanya dilakukan dalam gereja
Katolik dan gereja Ortodok
• Ketiga : Menyelamkan, biasanya orang yang
dibaptis diselamkan di dalam kolam air, di sugai
dan sejenisnya secara langsung, ini mengikuti
baptisan tradisi Yahudi yang dilakukan Yohanes
dan Petrus di sugai dan umumnya dilakukan
oleh Pentakosta dan Kharismatik.
Seorang dewasa -yang tadinya bukan Kristen-
yang dibaptisan [baptisan dewasa] berdasarkan
pengakuan imanya serta penyerahan diri secara
pribadi kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, dan juga ia harus meninggalkan
imannya yang lama agar memperoleh iman yang
baru, dalam arti menjadi serta masuk ke dalam
persekutuan dengan Tuhan Allah yang
menyatakan DiriNya dalam Yesus Kristus
2. Perjamuan Kudus
Sakramen ditetapkan Tuhan Yesus untuk
menguatkan dengan sesama orang percaya,
seluruh umatNya, atau segenap keluarga Allah, di
semua tempat dan segala zaman. Karena
seseorang masuk ke dalam perse-kutuan keluarga
Allah atau Jemaat sebagai anak-anak Allah
melalui Baptisan. Dalam perse-kutuan tersebut,
kita merayakan Perjamuan Kudus berarti makan
bersama dari satu roti yaitu Tubuh Kristus,
sebagai tanda kesatuan dalam Tubuh Kristus.
Gereja Mula-mula atau orang-orang yang menjadi
percaya setelah peristiwa Pentakosta setiap hari
berkumpul untuk memecahkan roti, yaitu
Perjamuan Kudus, Kisah 2:42. Apa yang mereka
lakukan ini diimani sebagai perintah dari Tuhan
Yesus. Gereja melakukan atau melaksanakan
Perjamuan Kudus sebagai peringatan terhadap
penderitaan -dan juga kematian serta kebang-
kitan- yang Tuhan Yesus alami, sampai Ia datang
kedua kali, 1 Kor 11:28.
Makna Roti dan Anggur di Perjamuan
Kudus
1. ROTI
• Roti melambangkan Tubuh Kristus, meng-ingatan
dan memperingati tubuh Yesus yang disalibkan.
Makan tubuh Kristus dalam arti -kita-
dipersatukan dengan Dia, dengan menerima apa
yang dilakukan-Nya bagi manusia, Yoh 6:48-58.
• Makan roti mengingatkan bahwa Yesus menjadi
manusia supaya tubuh manusiawi itu disalibkan.
Ia menderita dan mati serta bangkit, untuk
menciptakan Tubuh baru, yaitu jemaatNya
2. Anggur
• Anggur melambangkan darah Kristus yang
ditumpahkan untuk menyucikan dosa-dosa
manusia. Darah ditumpahkan pada/dari tubuh
Yesus yang terpaku di kayu salib untuk pengam-
punan atau penghapusan dosa seluruh manusia.
Darah yang adalah hidup, ditumpahkan agar
memberi hidup kekal bagi manusia. Minum
anggur -pada/dari cawan- pada Perjamuan
Kudus, mengingatkan -kita- bahwa Yesus sendiri
telah minum cawan murka Tuhan Allah yang
seharusnya diterima manusia
Sikap pada Perjamuan Kudus :
• Berusaha untuk hadir, karena Tuhan Yesus sendirilah yang
mengundang untuk datang pada meja perjamuan
• Mempersiapkan diri untuk hadir. Menyelidiki dan mengaku
dosa, berdamai dengan sesama manusia, serta mohon
pengampunan dari Tuhan Allah. Kita datang ke hadapan
Tuhan Allah sebagai orang yang berdosa yang sudah
ditebus oleh Kristus
• Dengan makan dan minum pada meja Perjamuan Kudus,
ini berarti ada suatu penyerahan diri kepada Tuhan Allah.
Karena Yesus telah menyerahkan Diri-Nya sebagai ganti
manusia, maka setiap menghadiri Perjamuan Kudus
menunjukkan bahwa seseorang mau menjadi persembahan
yang hidup dan berkenan kepada Tuhan, Roma 12:1-2
Sakramen Lain
• Basuh Kaki, Yoh 13:8 (dilakukan oleh gereja non
denominasi Gereja Yesus Sejati)
• Menurut Calvin, Sakramen “sebagai materei atau
segel. Dengan Sakremen, Tuhan Allah menguatkan
dan mensahkan perjanjian yang telah Ia buat
dengan manusia melalui pengorbanan Kristus di
Golgota”. Sakramen sebagai alat karunia yang
menyatakan kasih Allah, untuk memperteguh iman
seseorang pada Firman, sehingga tidak terombang-
ambing dalam kelemahan dan pencobaan.

Anda mungkin juga menyukai