Anda di halaman 1dari 16

VARIABLE COSTING

VARIABLE COSTING FOR PRICING


PURPOSES
 Beberapa Manajer memahami adanya perbedaan dalam
penetapan harga antara metode absorption & variable
costing
 Variable costing berdasarkan perilakunya dapat
digunakan untuk penentuan harga dengan cara =( FC :
Q) + VC/unit
 Contoh :Biaya penerbangan satu pesawat terbang
dengan 150 tempat duduk dari Jkt-Pdg dengan biaya
tetap Rp.20.000.000,- ditambah biaya variabel 50.000,-
/orang. Untuk menutup biaya tetap dan variabel untuk
100 penumpang maka biaya angkutnya harus :
(Rp.20.000.000 : 100) + Rp.50.000,- =Rp.250.000,-
 Jika 100 penumpang membayar penuh sebesar
Variable Costing for Pricing
Purposes
 Rp.325.000,-/penumpang maka laba usaha adalah :
Pendapatan=100x325.000= 32.500.000
Biaya-biaya
Biaya tetap= 20.000.000
Biaya variabel =100x50.000= 5.000.000
LABA USAHA = 7.500.000
. Seat yang kosong diisi dengan menjual sambil
memberikan diskon 60% dan terjual 35 tiket maka
tambahan laba usahanya adalah :
Pendapatan=(100x325.000)+(35x130.000)=37.050.000
Variable Costing for Pricing
Porposes
 Biaya tetap 20.000.000
Biaya variabel=135x50.000 6.750.000
LABA USAHA 10.300.000
. Ternyata dengan adanya penambahan
tiket dengan pemberian diskon 60% akan
dapat meningkatkan laba usaha menjadi
Rp.10.300.000,-
Variable Costing versus Absorption
Costing
 Absorption Costing :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa yang
termasuk biaya produksi adalah bahan langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik baik tetap maupun variabel.
. Variable Costing :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa yang
termasuk biaya produksi adalah bahan langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik variabel.Sedangkan BOP Tetap termasuk
biaya periodik.
Contoh perhitungan
Nopember Desember
 Persediaan awal 0 200
Produksi 2.000 2.000
Penjualan 1.800 2.200
Persediaan akhir 200 0
. Biaya-biaya :
Biaya produksi variabel/unit :
Bahan langsung Rp.100,- Rp.100,-
Tenaga kerja langsung 50,- 50,-
Overhead pabrik variabel 30,- 30,-
Contoh perhitungan
 Biaya produksi tetap/bulan 160.000 160.000
Adm&pemasaran variabel 20 20
Adm&pemasaran tetap/bulan 120.000 120.000
Harga jual/unit 500 500
. Nilai persediaan :
Absorption costing= 200 unit xRp260= 52.000,-
Variable costing=200 unitxRp180 = 36.000,-
Dampak Terhadap Laba
 Bila Produksi = Penjualan sehingga tidak terjadi
perubahan terhadap persediaan, maka Laba
Absorption=Laba Variable.
 Bila Produksi > Penjualan sehingga terjadi
peningkatan persediaan, maka Laba Absorption
> Laba Variable Costing.
 Bila Produksi < Penjualan sehingga terjadi
penurunan persediaan, maka Laba Absorption <
Laba Variable Costing.
Laporan Rugi Laba(format
tradisional)
 Nopember Desember
 Pendapatan penjualan
1.800 X Rp.500 900.000
2.200 X 500 1.100.000
Harga pokok penjualan
1.800 x Rp. 260 468.000
2.200 x 260 572.000
LABA KOTOR 432.000 528.000
Adm&Pemasaran
(1.800xRp20)+120.000 = 156.000
(2.200xRp20)+120.000 164.000
LABA NETO 276.000 364.000
Laporan Rugi Laba(format
kontribusi)

 Pendapatan penjualan Nopember Desember


1.800 X Rp.500 900.000
2.200 x 500 1.100.000
Biaya variabel
(1.800xRp180)+1.800x20= 360.000
(2.200xRp180)+2.200x20= 440.000
Margin kontribusi 540.000 660.000
Biaya tetap 280.000 280.000
LABA NETO 260.000 380.000
Perbedaan Laba

 Pada bulan Januari ternyata laba neto


Absorption Costing lebih besar daripada
laba neto Variable Costing sebesar
Rp.16.000,-.Perbedaan ini timbul karena
adanya penangguhan BOP tetap pada
persediaan akhir sebesar (Rp.160.000 :
2.000)x200unit =Rp.16.000,-
Perbedaan Laba

 Pada bulan Februari ternyata laba neto


Absorption costing lebih rendah daripada
Variable costing sebesar Rp.16.000,-Hal ini
terjadi adanya pengeluaran BOP Tetap
dalam persediaan awal.
 Pendekatan Absorption Costing=Penjualan
 Pendekatan Variable Costing= Produksi
Reconciliation Of Absorption and
Variable Costing Net Income (NI)
November December
 Variable Costing-NI 260.000 380.000
 Add:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.80) 16.000
Deduct:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.80) 16.000
Absorption Costing 276.000 364.000
Keunggulan Variable Costing
 Data yang diperlukan untuk keperluan CVP Analysis
dapat diambil langsung dari Laporan Rugi Laba yang
disusun dengan format kontribusi. Hal ini tidak dapat
dilakukan pada Laporan Rugi Laba format tradisional.
 Laba akan terarah pada Penjualan karena Laba yang
diperoleh tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan.
 Manajer selalu berasumsi bahwa yang dinamakan biaya
produksi hanyalah yang bersifat variabel saja, sehingga
akan menjadi masalah kalau diterapkan Absorption
Costing karena disamping ada biaya produksi variabel
juga dimasukkan unsur biaya tetap.
Keunggulan Variabel Costing
 Variable Costing berkaitan dengan Standar
Costing dan Flexible Budget, tidak demikian
dengan Absorption Costing.
 Laba Netto berdasarkan Variable Costing lebih
dekat kaitannya dengan Net Cash Flow daripada
Absorption Costing terutama pada perusahaan
yang mengalami masalah serius dengan Cash
Flownya.
 Data Variable Costing memudahkan estimasi
tingkat profitabilitas produk, konsumen dan
segmen bisnis lainnya.
Keunggulan Variable Costing
 Pada Variable Costing, dampak Fixed Cost
terhadap Laba sangat jelas. Tidak demikian
dengan Absorption Costing yang samar-samar.
 Berdasarkan keunggulan2 Variable Costing
tersebut bukan berarti Absorption Costing jelek,
tetapi lebih mengarah pada tujuan
penggunaannya.
 Variable Costing digunakan untuk membantu
manajemen dalam melakukan analisis biaya,
sedangkan Absorption Costing memberikan
informasi keuangan bagi External Users.

Anda mungkin juga menyukai