Anda di halaman 1dari 12

Ba’I Salam dan Parallel Salam, Musawamah, Istisna

D
I
S
U Bayu Dwi Aji
S
U NIM: 17041101792
N Mega Aulia
O NIM: 1704110174
L
E
H
A. Pengertian Ba’I Salam dan Paralel Salam

1. Ba’I salam adalah prinsip ba’I ( jual beli ) suatu barang tertentu
antara pihak penjual dan pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai
keuntungan yang disepakati, dimana waktu penyerahan barang
dilakukan dikemudian hari sementara penyerahan uang dilakukan
dimuka ( secara tunai )

 2. Salam pararel berarti melaksanakan dua transaksi ba’I salam


antara bank dan nasabah, dan diantara bank dan pemasok ( supplier)
atau pihak ketiga lainnya secara simultan

Transaksi bai salam merupakan transaksi yang biasanya dilakukan


oleh bank tetapi oleh pedagang. Ada bentuk khusus dari ba’I salam
yang di gunakan oleh bank syariah sebagai instrument pembiayaan,
yaitu yang disebut parallel salam. Parallel salam adalah back-to back
sales contract.
B. Dalil tentang Ba’I Salam

1. Q.S-Al-Baqarah ayat : 282


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.

2. Hadis
“ Saya bersaksi bahwa salaf ( salam )yang dijamin untuk
jangka waktu tertentu telah dibatalkan oleh Allah pada
kitab-Nya dan diizinkan-Nya (HR-Thabrani)
Ba’i salam juga dapat diaplikasikan pada pembiayaan
barang industry missal produk germen ( pakaian jadi )
yang ukuran barang tersebut sudah dikenal umum.
Caranya, saat nasabah mengajukan pembiayaan untuk
pembuatan garmen, bank mereferensikan penggunaan
produk tersebut. Hal itu berarti bahwa bank memesan
dari pembuat germen tersebut dan membayarnya pada
waktu pengikatan kontrak. Bank kemudian mencari
pembeli kedua. Pembeli tersebut bias saja rekanan yang
telah direkomendasikan oleh produsen germen tersebut.
Bila garmen itu telah selesai diproduksi, produk tersebut
diantarkan kepada rekanan tersebut. Rekanan kemudian
membayar kepada bank, baik secara mengangsur
maupun tunai
Musawammah adalah jenis jual-beli sebagaimana dikenal dalam
kehidupan sehari- hari, yaitu harga diri dari komoditas yang diperjual
belikan yang dicapai melalui tawar-menawar antara penjual dan
pembeli tanpa merujuk kepada harga pokok penjual atau biaya yang
dipikul oleh penjual. Dengan kata lain, terjadinya harga ditempuh
melalui formula atau cara yang berbeda dengan penentuan harga dalam
transaksi murabahah. Tidak seperti hal nya dengan murabahah, penjual
musawammah tidak diwajibkan untuk mengungkapkan biaya
pembelian barang tersebut ( harga pembelian dan biaya-biaya untuk
memperoleh barang tersebut). Pada musawammah kedua belah pihak,
yaitu penjual dan pembeli, menegosiasikan harga.
Pertama : Ketentuan tentang
pembayaran

Fatwa DSN-MUI No.


Kedua : Ketentuan tentang barang 05/DSN-
MUI/IV/2000
Ketiga : Ketentuan tentang parallel
salam tentang jual beli salam
Keempat : Penyerahan barang sebelum atau
memberikan
sesudah waktunya ketentuan sebagai
berikut
Kelima : Pembatalan kontrak

Keenam : Perselisihan
Istishna adalah jual beli dimana barang yang diperjual belikan masih belum ada
dan akan diserahkan secara tangguh sementara pembayarannya dilakukan
secara anggsuran. Namun spesifikasi dan harga barang pesanan harus telah
disepakati di awal akad.Istishna secara etimologis adalah masdar dari sitashna’
asy-syai, artinya meminta-minta membuat sesuatu. Yakni meminta kepada
seseorang pembuat untuk mengerjakan sesuatu.
Adapaun Istishna secara terminologis adalah transaksi terhadap barang
dagangan dalam tanggungan yang disyaratkan untuk mengerjakannya. Objek
transaksinya adalah barang yang harus dikerjakan dan pekerjaan pembuatan
barang itu.
Al-Qur’an
“ Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba.”
Hadis
“ Diceritakan Al-Hasan bin Ali al-Khalal,
diceritakan Abu Amir al-Aqdi, diceritakan Kathir
bin Abdullah bin Amr bin Abi Awf al-Mazani, dari
Bapaknya, dari kakeknya, sesungguhnya
Rasulullah Saw, Bersabda : Perdamaian itu
diperbolehkan sesama Muslim dengan baik, tetapi
tidak mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram, pada prinsipnya orang
islam itu sesuai dengan syaratyang telah
ditentukan, kecuali syarat mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram” ( HR-
Tirmizi)
Fatwa DSN-MUI tentang Istishna

No. 06/DSN-MUI/IV/2000
tentang jual-beli Istishna

No. 22/DSN-
MUI/III/2002
tentang jual-beli
Istishna pararel
Penjelasan Skema :
- Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah
untuk pembuatan suatu barang konstruksi
- Bank syariah membuat barang pesanan,
kemudian menyerahkan barang kepada nasabah
- Nasabah melakukan pembayaran kepada bank
syariah.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai