Anda di halaman 1dari 32

Gambaran Umum

Akuntansi
Keuangan Daerah
KELOMPOK 1 :
MARIA KHOIRUN NISA
NAVALYA GAMHASYA
AFIFAH MASRUROH
YAYANG WAHYU LAILATUL F
FIQIH WARDANING SAFITRI
FAIZZATUZ ZAHROTUL I.J
Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan


transaksi ekonomi (keuangan dari suatu organisasi atau entitas yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak – pihak yang
memerlukan.
Maka definisi akuntansi dapat dilihat dari 2 sudut pandang yaitu :
1. Fungsi Kegunaan
Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi, kuantitatif
mengenai kesatuan – kesatuan ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan
2. Proses Kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifasikan transaksi – transaksi kejadian yang
sekurang – kurangnya keuangan dengan cara menginterpretasikan hasil – hasil transaksi.
Secara umum dibedakan menjadi akuntansi sektor swasta dan akuntansi sektor publik.
Menurut Sugijanto, dkk (1995) seperti yang dikutip Abdul Halim dan Muhammad
Syam Kusufi dalam Akuntansi Sektor Publik, akuntansi terdiri dari 2 bidang utama,
yaitu :
 Akuntansi Komersil/Perusahaan (Commercial Accounting)
Dalam akuntansi komersil, data akuntansi digunakan untuk memberikan
informasi keuangan kepada manajemen, pemilik modal, penanam modal, kreditur dan
pihak – pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut, seperti
pemerintah untuk kepentingan pajak. Akuntansi komersil adalah akuntansi yang
digunakan untuk mencatat peristiwa ekonomi pada entitas bisnis (perusahaan) yang
mencari keuntungan atau laba.
 Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat
peristiwa ekonomi pada organisasi nonprofit atau nirlaba. Seacara sederhana,
akuntansi sektor publik ini banyak dipakai oleh organisasi sektor publik, seperti partai
politik, masjid, puskesmas, rumah sakit, sekolah atau universitas dan pemerintah
pusat. Dalam praktik keseharian, pengelola entitas ekonomi perlu memiliki keahlian
atau lebih dikenal dengan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi Sektor
Publik dibedajan menjadi 2 yaitu :
a) Akuntansi Pemerintahan (Governmental Accounting)
Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi digunakan untuk
memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah
kepada pihak legislatif, yudikatif dan masyarakat. Akuntansi pemerintahan
dibedakan atas akuntansi pemerintah pusat dan akuntansi pemerintah daerah
yang sering disebut dengan akuntansi keuangan daerah. Akuntansi pemerintah
terdiri dari akuntansi pemerintah provinsi dan akuntansi pemerintah
kabupaten/kota.
b) Akuntansi Sosial (Social Accounting)
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan
pada lembaga dalam artian makro yang melayani perekonomian nasional.
Akuntansi sosial adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa
ekonomi pada organisasi nonprofit atau nirlaba.
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi

Akuntansi
Akuntansi
Sektor
Komersil
Publik

Pemerintah Sosial

Pusat Daerah
Sistem Pencatatan
Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam akuntansi keuangan
daerah (2014), merupakan salah satu jenis akuntansi, maka didalam akuntansi
keuangan daeah juga terdapat proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi-transaksi keuangan ekonomi yang terjadi di pemerintahan daerah

Beberapa sistem pencatatan yang dapat digunakan :


• Single Entry (tata buku tunggal)
dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan
dicatat disisi penerimaan, sedangkan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat di
sisi pengeluaran di dalam Buku Kas Umum.
 Kelebihan : sederhana dan mudah dipahami
 Kelemahan : kurang bagus untuk pelaporan, sulit menemukan kesalahan embukuan yang
terjadi
Sistem Pencatatan

• Double Entry (sistem tata buku berpasangan)


menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekoomi akan dicatat dua kali.
 Kelebihan : perhitungannya akurat dan menunjukkan semua akun saldo, tidak akan
terjadi kesalahan pencatatan kecuali human error
 Kelemahan : proses pembukuan rumit karena debit dan kredit yang harus balance,
biaya yang tidak sedikit karena membutuhkan beberapa pekerja tambahan
Pencatatan dengan sistem double entry sering disebut dengan istilah menjurnal
Sistem Pencatatan
• Triple Entry
Pada dasarnya adalah sistem pencatatn yang menggunakan double entry ditambah dengan
pencatatan pada buku anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan
pencatatan tentang anggaran yang teah digunakan sesuai dengan pencatatan pada double
entry. Dengan adanya pencatatan ini, maka dapat dilihat sisa anggaran untuk masing-
masing komponen yang ada di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Siklus Akuntansi
Menurut Abdul Halimdan Muhammad Syam Kusufi Dalam Akuntansi Keuangan
daerah, akuntansi adalah suatu sistem, suatu sistem mengolah input dan menjadi output.
Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau
formulir,. Output nya adalah laporan keuangan.
Sistem akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama (Kepmendagri No 29
Tahun 2002) adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,
penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta serta pelaporan
keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD, dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum. Contoh, inputnya adalah bukti memorial, surat tanda
setoran, atau surat perintah pencairan dana langsung (SP2D-LS). Outputnya adalah
laporan realisasi anggaran, laporan perubahan SAL, neraca, laporan operasional,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (PP No.
71 tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Paragram 28)
Ilustrasi sistem akuntansi keuangan daerah dapat dilihat pada tampilan 1.2

Sumber : permendagri no 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah


Sistem akuntansi keuangan daerah yang digambarkan sebelumnya dapat dijelaskan secara
rinci melalui siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan yang ada dalam
sistem akuntansi. Berikut tahapan tersebut menurut Sugiri (2001)

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis transaksi


keuangan tersebut.
2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal. Tahapan ini disebut menjurnal
3. Meringkas dalam buku besarm transaksi-transaksi keuangan yang usdah dijurnal.
Tahapan ini disebut memposting atau mengakunkan.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindahkannya ke dalam
neraca saldo
5. Meakukan penyesuaian buku besar berdasarkan informasi yang paling terbaru (up to
date)
6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan memindahkannya ke
dalam neraca saldo setelah disesuaikan.
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan neraca saldo setelah disesuaikan.
8. Menutup buku besar
9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan memindahkannya ke dalam neraca saldo stelah
tutup buku.
Tahapan sistem akuntansi tersebut dapat digambarkan seperti tampilan 1.3 berikut
ASUMSI DASAR

 Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan dilingkungan pemerintah


adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu
dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan,yang terdiri dari :
1. Asumsi Kemandirian entitas
2. Asumsi Kesinambungan entitas
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang
Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, berate bahwa setiap unit organisasi dianggap
Sebagai unit mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan
keuangan, sehingga tidak terjadi kekacauan antar-unit instansi pemerintah dalam
pelaporan keuangan.

Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaanny. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukan likuidasi atas entitas pelaporan jangka pendek
Keterukuran dalam Satuan uang
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
analisis dan pengukuran dalam akuntansi
KARAKTERISTIK KUALITATIF
LAPORAN KEUANGAN

Relevan
• Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat didalamnya dapat membantu pengguna
mengevaluasi peristiwa masa lalu ataupun masa kini.
Andal
• Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan fakta secara jujur, dan dapat diverifikasi.
Dapat Dibagikan
• Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengn
laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas lain pada umumnya.
Dapat Dipahami
• Laporan keuangan agar dapat dipahami oleh para
pengguna dengan cara menyesuaikan istilah serta
bahasa yang digunakan atas dasar batas pemahaman
para pengguna.
Feedback
value

INFORMASI
Predictive
value YANG Complete

RELEVAN

On time
BASIS AKUNTANSI
Basis Akuntansi dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia dimualai
dengan akuntansi berbasis kas, dilanjutkan dengan akuntansi
berbasis kas menuju akrual dan akuntansi berbasis akrual.
1. Akuntansi Berbasis Kas ( Cash Based Accounting )
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada ssat kas atau setara kas diterima ataudi
bayarkan ( PSAP No.1 Paragraf ). Fokus pengukurannya pada
saldo kas dan perubahan saldo kas, dengan cara membedakan
antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Ruang lingkup
akuntansi berbasis kas ini meliputi saldo kas, penerimaan kas, dan
pengeluaran kas. Keterbatasan sistem akuntansi berbasis kas
adalah keterbatasan informasi yang dihasilakan karena terbatas
pada pertanggungjawaban manajemen atas aset dan kewajiban
2. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual ( cash toward Acrual Based
Accounting )
Adalah akuntansi berbasis kas menuju akrual merupakan proses
transisi. Dengan basis ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan
di catat berdasarkan basis kassedangkan aset, utang, dan ekuitas
dana di catat berdasarkan basis akrual ( PP No. 24 Tahun 2005 )

3. Akuntansi Berbasis Akrual ( Accrual Based Accounting )


Adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transasksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (PSAP No.1 Paragraf
8). Fokus sistem akuntansi ini ada pada pengukuran sumber daya
ekonomis dan perubahan daya pada suatu entitas.
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami
dan ditaati oleh pembuat standar dalam
menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan dalam melakukan
kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan
7 Prinsip Pelaporan
Keuangan Pemerintah

1. Prinsip nilai historis


2. Prinsip realisasi
3. Prinsip substansi mengungguli bentuk
formal;
4. Prinsip periodisitas
5. Prinsip konsistensi
6. Prinsip pengungkapan lengkap dan
7. Prinsip penyajian wajar
1. NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas


yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan
setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian


yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan
nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
2. REALISASI (REALIZATION)

Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia


yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar
utang dan belanja dalam periode tersebut.

Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib


disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui
setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah
atau mengurangi kas.. Prinsip layak temu biaya-
pendapatan (matching-cost against revenue principle)
dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan
sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial
3. SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL (SUBSTANCE
OVER FORM)

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar


transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan,
maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat
dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal
tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
4. PERIODISITAS (PERIODICITY)

Pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu


dibagi menjadi periode-periode pelaporan
sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi
sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
Periode utama yang digunakan adalah tahunan.
Namun, periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.
5. KONSISTENSI (CONSISTENCY)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada


kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu
entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak
berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode
akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat
bahwa metode yang baru diterapkan mampu
memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode
lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
6. PENGUNGKAPAN LENGKAP (FULL DISCLOSURE)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap


informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada
lembar muka (on the face) laporan keuangan
atau Catatan atas Laporan Keuangan.
7. PENYAJIAN WAJAR (FAIR PRESENTATION)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat


diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti
itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan.

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat


melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau
pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai