SKIZOAFEKTIF
Riwayat Pekerjaan :
Pasien dipulangkan oleh komandan TNI dan sekarang memiliki
usaha cucian motor.
Riwayat Perkawinan :
Pasien belum pernah menikah.
Agama :
Pasien beragama islam, pasien rajin melaksanakan sholat 5
waktu.
Aktivitas Sosial :
Jika sedang tidak sakit, pasien masih bekerja sehari-harinya
membuka usaha cucian motor dan masih bisa berinteraksi dengan
temannya.
Riwayat Hukum :
Pasien tidak pernah berusan dengan hukum dan pihak berwajib.
Riwayat Psikoseksual :
Tidak didapatkan riwayat psikoseksual pasien.
Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya :
Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak pantas dirawat di RSJ karena
sholatnya terjaga dan pasien ingin segera pulang untuk
melanjutkan usaha dan menikmati jerih payahnya sendiri.
Kemampuan visuospasial :
Baik, pasien dapat menyebutkan alamat rumahnya secara rinci.
Pikiran Abstrak :
Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan diantara dua buah
benda, seperti persamaan apel merah dan tomat merah.
Intelegensia dan Kemampuan Informasi :
Baik, sesuai dengan tingkat penyesuaiannya.
Aksis III :
Pada pasien tidak ditemukan suatu kondisi medis
umum yang cukup bermakna sehingga aksis III pada
pasien ini tidak ada diagnosis.
Aksis IV :
Pada pasien ditemukan gejala yang terakhir kali muncul
karena masalah dengan keluarganya, yaitu pasien memiliki
ternak sapi, lalu kakak pasien menjualnya tanpa membagi
hasil kepada pasien. Hal itu yang membuat pasien marah-
marah dan menimbulkan gejala pasien tersebut.
.
Aksis V :
Pada aksis V, hubungan sosial dapat dilakukan
sebelum masuk RSJ sehingga penilaian Global
Assasment of Functioning (GAF) Scala pada pasien
didapatkan pada nilai 60-51 gejala sedang dan disabillity
sedang
Aksis I : F25.0 Skizoafektif tipe manik
VII. FORMULASI MULTIAKSIAL
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group”
Aksis V : GAF 60-51
Organobiologik :
VIII. DAFTAR MASALAH
Tidak ditemukan gangguan kondisi medik umum.
Psikologik :
Psikomotor hiperaktif dan perilaku halusinatorik
Gangguan proses pikir berupa flight of idea
Mood hipertimia dengan afek luas, serasi
Waham curiga
Halusinasi visual
RTA terganggu
Tilikan derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakit
Sosiokultural :
Tidak ada konflik dengan lingkungan sosial.
Quo ad vitam : Dubia ad malam
IX. PROGNOSIS
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
X. PENATALAKSANAAN
A. Psikoterapi
Kepada pasien
Psikoterapi suportif
Memberikan empati dan optimistik kepada pasien,
membantu mengidentifikasi faktor penyebab dan dapat
membantu memecahkan problem secara terarah.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak
tentang gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien
mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk
mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera
medapatkan pertolongan.
Kepada keluarga
- Penyakit yang diderita pasien
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif,
informatif dan edukatif tentang penyakit pasien
(penyebab, gejala dan hubungan antar gejala dan
perilaku, perjalanan penyakit serta prognosisnya). Pada
akhirnya diharapkan keluarga bisa mendukung proses
penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
- Terapi
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang
diberikan kepada pasien (kegunaan obat terhadap gejala
pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan) dan mencegah kekambuhan. Selain itu juga
diingatkan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.
Risperidone di berikan 2 kali sehari 2 mg per oral. Dosis
Farmakoterapi
risperidone dapat ditingkatkan, diturunkan ataupun di
kombinasi dengan obat-obat antipsikotik lainnya sesuai
pantauan gejala klinis pasien.
Asam valproat diberikan 2 kali sehari 250 mg per oral.
Dosis dapat ditingkatkan sesuai pantauan gejala klinis
pasien.
Seorang pasien bernama Tn. Ridwan Amir, berumur
ANALISA
33 tahun. KASUS
Pada pasien ditemukan adanya gangguan
presepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan
suatu penderitaan dan hendaya dalam pekerjaan dan
kehidupan social pasien, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan
keluhan yang dialami pasien terdapat gangguan psikotik
dan gangguan afektif. Gangguan psikotik ditandai dengan
pasien sering curiga terhadap keluarganya, curiga bahwa
keluarga menipu dirinya dan mengambil apa yang dia
miliki ( waham curiga),
dan mengaku melihat bayang-bayangan putih di mesjid
(halusinasi visual). Gangguan afek ditandai dengan
perasaan gembira, pasien lebih aktif, tidak mau diam,
banyak bicara dan bernyanyi dan selalu ingin bergerak
kesana dan kemari.
Pada pasien ini telah memenuhi gejala untuk
skizofrenia yaitu adanya halusinasi visual, waham curiga
dan gangguan afek manik yang timbul bersamaan dalam
satu episode dan keduanya saling menonjol sehingga
memperkuat diagnosis skizoafektif tipe manik pada
kasus ini. Terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif
tipe manik adalah perawatan di rumah sakit, medikasi
dan intervensi psikososial.
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan skizoafektif adalah pemberian antipsikotik
untuk gejala skizofrenia baik menggunakan antipsikotik
atipikal serta pemberian obat mood stabilizer seperti
litium karbonat, asam valproat, karbamazepin dan
natrium divalproat.
Obat antipsikotik pilihan pertama adalah klozapin
namun karena efek agranulositosisnya yang besar
sehingga sering digunakan risperidon dengan dosis
berkisar antara 2-6 mg/hari. Oleh karena itu pada
pasien ini diberikan obat antipsikotik atipikal berupa
risperidon 2x2 mg/hari.
Gangguan afek manik dapat ditangani dengan
pemberian moodstabilizer seperti litium karbonat, asam
valproat, karbamazepin dan natrium devalproat. Asam
valproat merupakan obat yang paling efektif dan aman
digunakan untuk gangguan afek manik dibandingkan
mood stabilizer lainnya. Oleh karena itu pasien diberikan
terapi asam valproat dengan dosis 2x250 mg/hari.
Pasien didiagnosa dengan gangguan skizoafektif tipe
KESIMPULAN
manik, diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan psikiatri. Gangguan skizoafektik harus
ditandai dengan adanya gambaran skizoafektif dan
gangguan afektif baik depresif ataupun manik. Pada
pasien gejala skizofrenia ditandai adanya waham curiga
dan halusinasi visual.
Gejala afektif berupa manik ditandai dengan perasaan
gembira dalam 1 bulan terakhir, pasien lebih aktif, tidak
mau diam, banyak bicara dan bernyanyi dan selalu ingin
bergerak kesana kemari. Pasien diterapi dengan
intervensi psikososial dan psikofarmakologi.
Psikofarmakologi yang diberikan ialah obat antipsikotik
atipikal dan mood stabilizer.