Anda di halaman 1dari 22

BBLR DAN MORTALITAS

PADA BAYI

Disusun oleh :

F. Bonie
Maria Fransiska Kusumawardani
Marion Floresti
Marlin Wala
Supeni

PROGRAM KEPERAWATAN S1 B
JAKARTA 2011
Latar belakang
Target MDG sampai dengan tahun 2015
adalah mengurangi angka kematian bayi dan
balita sebesar 2/3 dari tahun 1990 yaitu
sebesar 20/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi di Indonesia menurut SDKI
2002-2003, 57% angka kematian bayi terjadi
pada umur 1 bulan.
Kematian bayi dilihat dari sudut
sosial dan budaya
 Kepercayaan, sikap dan respon perilaku terhadap
kematian bayi pada masyarakat To Bunggu
 Kematian bayi karena sakit dirasakan sebagai hal
yang sangat sulit dihindari dan sering sekali dialami
oleh warga komunitas To Bunggu. Fenomena
seperti itu menciptakan suatu bentuk respons
perilaku yang didasari oleh kepercayaan mereka
terhadap kematian.
sambungan
Menanggapi kasus bayi yang lahir tak
bernyawa, karena sudah meninggal saat
masih berada dalam kandungan ibunya,
kepercayaan bahwa bayi itu belum
waktunya untuk lahir di dunia. Keadaan
itu biasa disebut "dopa tempo nuana
mokita nulino"
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)
BBLR merupakan bayi yang
dilahirkan dengan berat > 2500 gr
atau 5,5 pon.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran bayi waktu
lahir yaitu :
1.Jangka waktu kehamilan
2. Gizi ibu
3. Keadaan ekonomi keluarga
4. Urutan kelahiran
5. Ukuran keluarga
6. Kegiatan janin
Beberapa faktor yang
mempengaruhi BBLR adalah
Sosial ekonomi dan demografi.
Resiko medis Ibu hamil dan gangguan
penyakit selama kehamilan.
Lingkungan dan perilaku hidup
Faktor lain seperti stress berpengaruh
terhadap keadaaan mental ibu selama
masa kehamilan
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan janin antara lain :

Kelainan kongenital pada bayi


sehingga mengalami retardasi
pertumbuhan yang menyebabkan
BBLR
Faktor ras dan suku
MORTALITAS PADA BAYI
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator untuk mengatahui derajat
kesehatan di suatu negara. Angka kematian
bayi di Indonesia masih sangat tinggi,
terutama disebabkan penyakit infeksi dan
BBLR. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan
kondisi kehamailan, pertolongan persalinan
yang aman, dan perawatan bayi baru lahir.
Kondisi Angka Kematian Neonatal,
Bayi dan Balita di Indonesia
Menurut data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007)
Angka kamatian neonatal sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup
Angka kamatian bayi sebesar 34
kematian/1000 kelahiran hidup
Angka kematian balita sebesar 44
kematian/1000 kelahiran hidup
Penyebab kematian bayi di
Indonesia
Asfiksia
 Bayi berat lahir rendah
Penyakit infeksi,
Diare
 Pneumonia
proposi penyebab kematian bayi baru lahir usia
0-6 hari
3% 1%
6%
7%

post matur
12% kel.kongenital
37% gangguan pernapasan
prematuritas
sepsis
hipotermi
ikterus/kelainan darah
34%
Upaya pencegahan dan
penanganan
 Deteksi dini.
 Penanganan yang cepat dan tepat dapat
menekan kematian yang diakibatkan oleh
penyakit ini.
 Perilaku hidup bersih dan sehat
 Ketersediaan air bersih serta sanitasi dasar.
 Perbaikan status gizi.
 Imunisasi.
 Pemberian ASI.
penyakit infeksi
3%
tetanus
4%
6% 5%
lain-lain (malnutrisi, TB,
7% campak)
diare

9% pneumonia

meningitis/ensefalitis
42%
kel.saluran pencernaan
24%
kel. Jantung kongenital

sepsis
Peran petugas palayanan kesehatan
Bidan di Desa atau petugas kesehatan harus mampu
malakukan : Perawatan terhadap bayi neonatal, promosi
perawatan bayi neonatal pada Ibunya, pertolongan pertama
pada bayi neonatal yang mengalami gangguan atau sakit.
Kepala dinas dan jajarannya mempunyai komitmen yang
tinggi dalam melaksanakan : deteksi dan penanganan bayi
neonatal sakit, persalinan yang ditolong oleh tenanga
kesehatan, pembinaan bidan di Desa dan organisasi
transportasi untuk kasus rujukan.
PERAN PEMERINTAH
Untuk mencapai MDGs yaitu Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup
(KH) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi 23 /1.000 KH pada tahun
2015, perlu upaya percepatan yang lebih
besar dan kerja keras karena kondisi saat ini,
AKI 307/100.000 KH dan AKB 34/1.000 KH
yaitu antara lain dengan
Sambungan peran pemerintah
1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dan Penggunaan Buku KIA, bekerja
sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu
(SIKIB), di Jakarta.
2. Perhatian terhadap keselamatan ibu saat melahirkan
masih perlu ditingkatkan, demikian pula bayi yang
dilahirkan harus sehat dan tumbuh kembang dengan baik.
“Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga”
3. Menggalang program Imunisasi
4. Percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain
mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/
Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan
promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
5. Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di
wilayahJawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi,
Maluku dan Papua memperoleh dana operasional
sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun 2011,
seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan
mendapatkan BOK.
6.Program dengan menggunakan “stiker” ini,
dapat meningkatkan peran aktif suami
(Suami Siaga), keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang
aman.
7.Membangun jejaring dalam lintas sektor
seperti dinas sosial karena erat hubungan
kematian bayi dan BBLR karena
kemiskinan
8. Pendidikan kesehatan bagi calon orang
tua bayi dan keluarga, hal ini
mempengaruhi pengambilan keputusan.
KESIMPULAN
 BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami
pada sebagian masyarakat.
 Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
didunia. Sering terjadi di negara berkembang.
 BBLR dapat dicegah dengan : mengintegrasikan program
pemerintah dan tenaga kesehatan.
 Melibatkan masyarakat dalam upaya menurunkan angkat
kematian bayi dan BBLR.
Bayi Sehat Indonesia Kuat!!!

Anda mungkin juga menyukai