Dyah Anggraeni
SALURAN NAPAS
◦ Strategi terapi :
1. Menggunakan obat-obat antitusif atau ekspektoran
2. Menggunakan obat-obat sesuai dengan penyebabnya
3. Menghentikan penggunaan obat-obat penyebab batuk
Antitusif
◦ Untuk menekan batuk kering
◦ Kurang memberi manfaat klinis, kecuali untuk batuk yang sangat mengganggu
◦ Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
◦ Dapat menyebabkan retensi sputum bahaya pada bronkitis kronis dan bronkiektasis
◦ contoh obat :
1. kodein
2. noskapin
3. dekstrometorfan
4. Efek samping: pusing, gangguan saluran cerna.
Ekspektoran
◦ Dimaksudkan untuk memudahkan ekspektorasi (batuk)
◦ Digunakan sebagai ekspektoran pada batuk berdahak,
◦ Mekanisme kerjanya dg cara meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak
di trakea dan bronki, kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.
◦ Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.
◦ Contoh :
1. Gliseril guaiakolat / guafenesin
2. Succus Liquiriteae
3. Ammonium chloride
Mukolitik
◦ Mempercepat ekspektorasi dan mengurangi viskositas sputum
◦ Contoh obatnya:
1. Asetilsistein
2. Karbosistein
3. Ambroksol
4. Bromheksin
Mukolitik (Ambroxol)
◦ Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
◦ Merupakan metabolit dari bromheksin
◦ Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
◦ Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
Mukolitik (Erdosteine)
◦ Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
◦ Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Mukolitik (Asetilsistein)
◦ Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
◦ Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
◦ Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak
Mukolitik (Bromheksin)
Ialah derivat sikloheksil yang berkhasia mukolitik pada dosis yang
cukup tinggi. Obat ini digunakan di bronkus secara lokal untuk
mempermudahpengeluaran dahak dengan mengurai viskopsitas
dengan jalan depolimerisasi serat mukopolisakaridanya. Bila
digunakan inhalasi efeknya setelah 20 menit. Sedangkan oral efeknya
setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk.
Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol dan
juga digunakan sebagai mukolitik.
Faktor lingkungan
Tingkat prevalensi di kawasan industri lebih tinggi kualitas
udara yang buruk
TANDA & GEJALA ASMA
◦ Episode dyspnea (kesulitan bernafas)
◦ Dada terasa sesak
◦ Batuk, terutama malam hari
◦ Wheezing (nafas berbunyi)
◦ Nafas pendek
◦ Cemas
◦ Gelisah
◦ Hipoksemia
PATOFISIOLOGI
Differensiasi sel T TH2
Klasifikasi penyebab
organ yang diserang
waktu gejala
keparahan
KLASIFIKASI ASMA
◦ Berdasarkan penyebab:
a. Asma alergi sejarah penyakit alergi diri sendiri atau
keluarga, memberi reaksi kulit positif pada pemberian antigen
secara intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta
memberikan reaksi positif pada uji inhalasi antigen spesifik.
b. Asma non-alergi (idiosinkrasi) seseorang tanpa sejarah
alergi, uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam serumnya normal.
c. Campuran asma alergi dan non-alergi tidak dapat secara
jelas dikelompokkan tetapi memiliki penyebab diantara kedua
kelompok tersebut.
KLASIFIKASI ASMA
◦ Berdasarkan organ yg diserang:
a. Asma bronkial
serangan gangguan pernafasan dan terjadi kesulitan ekspirasi
karena penyempitan spesifik bronkus dan pembengkakan
mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental dari kelenjar
bronkus
b. Asma kardiak
serangan gangguan pernafasan pada pasien penyakit jantung
akibat tidak berfungsinya bilik kiri jantung dan bendungan paru-
paru yang disebabkannya.
KLASIFIKASI ASMA
◦ Berdasarkan waktu gejala:
a. Asma musiman
muncul pada musim tertentu musim hujan atau
musim semi
b. Asma kronik
gejala timbul terus menerus
c. Asma intermitten
gejala timbul secara berkala (dapat dalam hitungan
minggu, bulan, tahun)
KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi Gejala per hari Gejala (malam) FEV1 PEFv
Asma < sekali seminggu tak ≤ 2x sebulan ≥ 80 % > 20 %
intermitten ada gejala dan PEF
normal diantara
serangan
Asma Sekali seminggu tapi > 2 x sebulan ≥ 80 % 20-30%
persisten < sekali sehari.
ringan Serangan dapat
mempengaruhi
aktifitas
Asma Setiap hari. Serangan > Sekali 60-80% >30 %
persisten mempengaruhi seminggu
sedang aktifitas
Asma Berkelanjutan. Sering ≤ 60 % > 30 %
persisten Aktifitas fisk terbatas
parah
ETIOLOGI
masih belum jelas.
◦ Dugaan:reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus yang dikarenakan adanya
hambatan sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adenil siklase dan
peningkatan tonus parasimpatik.
STIMULUS ASMA
a. Infeksi respiratori
Virus syncytial respiratori, rhinovirus, infuenza, parainfluenza, Mycoplasma
pneumonia
Respon inflamatori terhadap infeksi viral diperkirakan berhubungan langsung dengan
peningkatan hiperreaktivitas bronkus.
STIMULUS ASMA
b. Allergen
Serbuk sari, debu rumah tangga, kecoa, spora jamur,
bulu binatang.
Menyebabkan peningkatan hiperreaktivitas bronkial
dengan peningkatan terkenanya alergen
Asma alergi tergantung pada respon IgE: adanya
pelepasan mediator kimia akibat degranulasi sel mast
setelah terjadi reaksi antigen-IgE.
STIMULUS ASMA
c. Lingkungan
Udara dingin, kabut, dioksida nitrogen, asap
tembakau.
Mekanisme yang terjadi diperkirakan akibat kerusakan
epitel dan inflamasi mukosa saluran nafas.
d. Emosi
Kecemasan, stress, tertawa
bronkokonstriksi dari faktor psikologis tampaknya
dimediasi utamanya melalui input parasimpatik yang
berlebihan.
STIMULUS ASMA
e. Obat atau pengawet
◦ Aspirin/obat NSAID menghambat jalur siklooksigenase
◦ ACE inhibitor: menyebabkan batuk
◦ Beta bloker: menghambat adrenalin yang dibutuhkan
untuk bronkodilator
◦ Obat yang menyebabkan alergi: penisilin, sulfonamida
◦ Pengawet mengandung sulfit dapat menghambat jalur
siklooksigenase
STIMULUS ASMA
f. Stimulus pekerjaan
pemanggang roti (tepung), petani & berkebun (serbuk sari,
debu), pekerja kimia (pewarna azo, antrakuinon, etilendiamin),
pekerja kayu (serbuk kayu)
Mekanisme: pelepasan mediator akibat degranulasi sel mast
g. Asma nokturnal
Selama tidur pada malam hari.
Kegagalan fungsi paru-paru yang signifikan antara waktu tidur
dan bangun
diurnal sekresi endogen kortison dan sirkulasi epinefrin
STIMULUS ASMA
h. Olahraga
Beratnya olahraga yang dilakukan, temperatur
udara, kelembapan udara, & keadaan obstruksi
saluran nafas
DIAGNOSIS
◦ Berdasar sejarah medis, pemeriksaan fisik, dan berbagai macam tes.
◦ Dokter juga akan mencari tahu keparahan penyakit pendekatan pengobatan
DIAGNOSIS
a. Sejarah medis
◦ Sejarah keluarga pada asma dan alergi
◦ Apakah terdapat gejala asma,kapan serta
bagaimana mereka muncul
◦ Kondisi kesehatan yang akan menginterferensi
penanganan asma
b. Pemeriksaan fisik
◦ Ada tidaknya gejala asma saat pemeriksaan
PENANGANAN ASMA
Terapi Terapi Non Farmakologi
Mengidentifikasi &
menghindari stimulus asma
Edukasi Pasien
Periodic Assessment
& Monitoring
Terapi Farmakologi
TERAPI FARMAKOLOGI
◦ 6 kelas agen terapetik yang saat ini diindikasikan untuk penanganan asma:
1. Agonis reseptor adrenergik
2. Glukokortikoid
3. Inhibitor leukotrien
4. Hormon
5. Metilsantin
6. Inhibitor IgE
AGONIS ADRENERGIK
◦ MK: stimulasi reseptor beta mengaktivasi jalur adenyl siklase
cAMP sehingga menyebabkan reduksi tonus otot halus. Stimulasi
ini juga meningkatkan konduktansi gerbang besar Ca2+ yang
sensitif K+ pada otot polos saluran pernafasan, mengarah pada
hiperpolarisasi membran dan relaksasi
◦ Indikasi: asma akut parah, profilaksis asma, mengurangi gejala
◦ Efek samping: tremor, takikardia, palpitasi, sakit kepala, gugup
◦ Penggunaan oral agonis reseptor tidak memperoleh
penerimaan yang luas
AGONIS ADRENERGIK
Terdapat 2 kondisi penggunaan oralnya:
a. Terapi oral singkat pada anak < 5 tahun yang tak dapat
menggunakan inhaler namun memiliki sesekali nafas berbunyi
dengan infeksi virus pada bagian atas saluran pernafasan.
b. Pasien dengan asma parah yang lebih berat
◦ Untuk penanganan asma agonis selektif reseptor 2 (kerja
cepat & kerja lambat)
a. Agonis kerja cepat untuk mengurangi gejala simptomatik
asma
albuterol, terbutalin
AGONIS ADRENERGIK
b. Agonis kerja lama untuk penanganan profilaktik
salmeterol xinofoat, formoterol
◦ Penggunaan kronik sering mengarah ke desensitisasi reseptor
dan pengurangan efek
◦ Desensitisasi pada reseptor yang terdapat pada sel mast dan
limfosit
◦ Penggunaan agonis 2 adrenergik kerja lama dan inhalasi steroid
lebih efektif dari doubling dosis steroid sehingga 2 agonis dapat
ditambahkan jika masih terdapat gejala pada steroid dosis
rendah atau medium.
AGONIS ADRENERGIK
Obat Berinteraksi dengan Efek
Salbutamol Metildopa Tekanan darah
(albuterol) tetap tinggi
1 bloker adrenergik Bronkospasmus,
mengurangi
ventilasi paru-paru
Ipratropium bromida
Glaukoma akut,
peningkatan
tekanan intraokular
Fenelzin (MAOIs) Takikardia, gelisah
Obat yang mengurangi kalium Meningkatkan
(kortikosteroid, diuretik, teofilin) hipokalemia
GLUKOKORTIKOID
◦ MK: menginhibisi respon inflamasi secara menyeluruh
◦ Indikasi: inflamasi, mengurangi gejala asma
◦ Efek samping: penurunan sistem imun, moonface, osteoporosis
a.Inhalasi kortikosteroid
Obat langsung menarget pada tempat inflamasi yang relevan
memperbaiki indeks terapeutik obat dan secara berarti mengurangi efek
samping
Digunakan untuk terapi profilaktik asma
beklometason dipropionat, triamnisolon asetonid, budesonid
b. Glukokortikoid sistemik
Digunakan pada asma akut yang lebih berat dan asma kronik yang parah
Terapi selama periode singkat (5-10 hari) menyebabkan toksisitas yang
berhubungan dengan dosis relatif kecil.
GLUKOKORTIKOID
Golongan Berinteraksi dengan Efek
obat
Kortikosteroid Glisirizin, makrolida Peningkatan kadar
kortikostreroid
Aminoglutemid, antasid, Penurunan kadar
barbiturat, ketokonazol, kortikosteroid
kontrasepsi oral Meningkatkan
NSAID perdarahan GI &
ulcer
Efek antidiabetes
berkurang
Antidiabetes
Efek antikoagulan
antikoagulan
berkurang
METILSANTIN
◦ MK: Inhibisi fosfodiesterase sehingga menghambat pengubahan cAMP menjadi AMP
yang selanjutnya meningkatkan bronkodilasi
◦ Efek samping: Vasokonstriksi serebral
◦ Penggunaan menurun karena resiko toksisitas parah yang mengancam nyawa dan
beragam interaksi obat
kafein, teobromin, teofilin
METILSANTIN
Obat Berinteraksi dengan Efek
Teofilin Asiklovir, simetidin, kontrasepsi Metabolisme teofilin
oral, antibiotik makrolida, terhambat sehingga
siprofloksasin, zafirlukast, kadarnya meningkat
zileuton
Karbamazepin, rifampisin Menurunkan kadar
teofilin dalam darah
Antasid Absorpsi teofilin
dihambat
Agonis 2 adrenergik Hipokalemia, kerja
jantung meningkat pada
penggunaan dosis tinggi
Antagonis dengan
1 bloker teofilin, menghambat
metabolisme teofilin
KROMOLIN DAN NEDOKROMIL