Anda di halaman 1dari 110

OTALGIA DAN OTORE

OLEH
dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp. T.H.T.K.L.
ANATOMI

Aurikulum
TELINGA TELINGA LUAR Meatus akustikus eksternus
Membran timpani

Kavum timpani
TELINGA TENGAH Tuba Eustachius
Antrum & sel-sel mastoid

Koklea (organ auditivus)


TELINGA DALAM
Labirin vestibuler (organ vestibuler)
ANATOMI
AURIS EKSTERNA

Aurikulum = Pina = Daun Telinga


• Bentuk pipih dan berlekuk
• Kerangka tulang rawan (kartilago atau kondrium),
kecuali lobulus
• Diliputi kulit yang melekat pada perikondrium
Pada proses mendengar :
• Aurikulum berfungsi menangkap dan mengumpulkan
gelombang bunyi dan menentukan arah sumber bunyi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE)

Meatus Akustikus Eksternus (MAE) = Liang Telinga Luar


• Tabung bengkok, penampang ± 0,5 cm, panjang ± 2,5 – 3 cm
• 1/3 luar rangka tulang rawan (pars kartilago), kulit berambut,
kelenjar serumenosa
• 2/3 dalam rangka tulang (pars oseus)

Pada proses mendengar:

• Melanjutkan gelombang bunyi


• Meresonansi (± 12-15 dB)
MEMBRAN TIMPANI

Selaput putih mutiara

Bentuk oval – kerucut

Terdiri dari

• Pars flaksida (2 lapis)


• Pars tensa (3 lapis)
AURIS MEDIA

Kavum Tuba Antrum


Timpani Eustachius dan Sel
Mastoid
Kavum Timpani
 Terdiri dari 3 bagian: Epitimpanum, Mesotimpanum, Hipotimpanum
 Merupakan kotak 6 dinding yang dibentuk oleh:

Lateral • Membran timpani

Medial • Promontorium  Labirin

Superior • Tegmen timpani  Fosa kranii media (lobus temporalis)

Inferior • Bulbus vena jugularis

Anterior • Muara tuba Eustachius, arteri karotis interna posterior

Posterior • Aditus ad antrum, antrum, sel-sel mastoid


Kavum Timpani
Kavum Timpani

 Isi kavum timpani


• Osikula : maleus, inkus, stapes
• Muskulus : tensor timpani, stapedius
• Lain-lain : ligamen, saraf (korda timpani)

Pada proses mendengar


 Membran timpani & osikulae  memperkuat gelombang bunyi 22 kali
 M. tensor timpani & M. stapedius  mengurangi gelombang bunyi
yang terlalu keras
Tuba Eustachius

 Tuba Eustachius memiliki panjang 35 mm


 Menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring
 Fungsi
Drainase
Ventilasi (pertahankan tekanan udara dan oksigenasi)
Proteksi
Posisi normal osteum di nasofaring tertutup membuka oleh
karena m. Tensor timpani
Antrum dan Sel-Sel Mastoid
 Berhubungan dengan kavum timpani lewat aditus ad antrum
 Pneumatisasi (2 pengertian) :
• Proses pembentukan sel-sel mastoid
• Jenis  tergantung jumlah sel mastoid : normal, hiperpneumatik,
hipopneumatik dan sklerotik
AURIS INTERNA

Organ Auditus Organ Status


(Cochlea) (Vestibuler)
Cochlea

 Rumah siput  2½ lingkaran, panjang ±3.5 cm


 Tiga ruangan :
- Skala vestibuli
Berisi cairan perilimfe
- Skala timpani
- Skala media Berisi cairan endolimfe
dan organ Corti
Cochlea

Duktus koklea
Liang telinga Membran basiler
Skala vestibulii dalam
Organ corti
Skala timpani N koklear
Modiolus Membran
N Vestibulo vestibuler
N Vestibular koklear
Membran sektorial
Organ Corti
Membran Reissner
Duktus Koklea
ORGAN CORTI
Ligamen
spiral

Dari tingkap
lonjong

Ganglion

Ke tingkap
Membran
bulat
basal

Serabut saraf Rambut sel luar

Rambut sel dalam


FISIOLOGI
PENDENGARAN
LABIRIN VESTIBULER
Terdiri dari
 Utrikulus  Makula Utrikularis
 Sakulus  Makula Sakularis
 3 Kanalis Semisirkularis :
• Horisontal,
• Vertikalis anterior, Krista Ampularis
• Vertikalis Posterior.
Reseptor:
 Makula Utrikulus/Sakulus  Gerak lurus/linier
 Krista Ampularis  Gerak berputar/sentrifugal
SKEMA LABIRIN
TERIMA KASIH
OTITIS EKTERNA

OLEH :
dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp. T.H.T.K.L.
SELF ASSESSMENT

• Memahami epidemiologi, faktor risiko, etiologi dan patogenesis


otitis eksterna

• Mampu menegakkan diagnosis penyakit otitis eksterna

• Mampu memberikan pengobatan penyakit otitis eksterna serta


komplikasinya
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi
• Terdiri dari pinna dan meatus akustikus eksterna (MAE) yang dilapisi
oleh kulit
• Memiliki panjang lebih kurang 2,5 cm
• Bagian medial dibatasi oleh membran timpani
• MAE  40% pars kartilago, 60% pars osseus
Otitis Eksterna
Definisi
• Peradangan dari kulit liang telinga

Klasifikasi
• Berdasarkan bentuk lesi:
• Otitis eksterna sirkumskripta
• Otitis eksterna difusa
• Berdasarkan penyebab:
• Bakteri, virus, jamur
Otitis Eksterna Sirkumskripta
(Furunkulosis)

• Infeksi pada folikel rambut

• Berawal dari folikulitis dan meluas hingga membentuk abses kecil


(furunkel)

• Furunkel berbatas tegas pada 1/3 luar liang telinga

• Biasanya lanjutan dari trauma pada liang telinga akibat dikorek


Etiologi dan Patofisiologi

• Kuman tersering:
Staphylococcus aureus

• Obstruksi unit
apopilosebasea
Lap subkutan 
folikel rambut, gld
sebasea, gld
seruminosa
Gejala dan Tanda

• Gejala:
– Nyeri telinga yang terlokalisir
– Pruritus
– Penurunan pendengaran (bila lesi
menutup kanal)
• Tanda
– Furunkel di liang telinga
– Hiperemis, edema
– Nyeri tarik bagian telinga luar
– Nyeri tekan pada tragus
Terapi

Liang telinga dibersihkan dengan hati-hati


Pemasangan tampon kassa yang dioleskan krem steroid
dan antibiotika ke liang telinga
Antibiotik dan analgetik oral
Bila tidak pecah 24-48 jam dilakukan insisi furunkel
dengan anestesi lokal
Otitis Eksterna Difusa
(Swimmer’s Ear)

Etiologi

• Kuman tersering: Pseudomonas


aeruginosa
• Kuman Lain: Proteus mirabilis, Basillus
piosianius, streptococci, enterobacter
Faktor Predisposisi

Iklim hangat dan Liang telinga sempit


Sering berenang
lembab dan berambut

Adanya eksostosis Trauma atau benda Serumen prop/tidak


pada kanal asing pada kanal adanya serumen

Penggunaan alat Diabetes/


bantu dengar immunocompromise
Stadium Penyakit
• Stadium preinflamasi:
Telinga terpapar faktor predisposisi (panas, kelembapan,
maserasi, tidak adanya serumen, pH alkali)  edema
stratum corneum dan oklusi apopilosebasea

Gejala: pruritus dan rasa penuh pada telinga


Tanda: edema ringan
Stadium Penyakit

• Stadium inflamasi akut: derajat


ringan
– Eritema dan edema ringan
kanal
– Sekret jernih pada kanal
Stadium Penyakit

• Stadium inflamasi akut: derajat


sedang
– Kanal lebih edema dengan
eksudat yang lebih banyak
Stadium Penyakit

• Stadium inflamasi akut: derajat


berat
– Obliterasi lumen
– Sekret purulen
– Kulit konka eritema dan bersisik
– Infeksi meluas ke jaringan lunak
sekitar dan limfonodi servikal
Stadium Penyakit
• Stadium inflamasi kronis
– Bila inflamasi menetap lebih
dari 3 bulan
– Penebalan kulit liang telinga
– Pengelupasan kulit liang telinga
– Perubahan kulit daun telinga:
- Eczema
- Likenifikasi
- Ulserasi superfisial
Gejala dan Tanda
• Gejala:
Otalgia
 Tidak adanya jaringan subkutan dibawah kulit liang telinga, proses radang
akan menyebabkan tekanan yang kuat pada ujung-ujung saraf
 Mungkin juga terasa nyeri jika menggerakkan rahang
Otorea
Pruritus
Telinga terasa penuh
Penurunan pendengaran
Riwayat telinga kemasukan air
Riwayat kebiasaan mengorek telinga
Gejala dan Tanda

• Tanda:
Nyeri tekan pinna dan kanal
Eritema kanal
Edema kanal
Debris purulen
Pembesaran limfonodi periaurikular dan servikal anterior
Pemeriksaan Tambahan

• Laboratorium darah

• Kultur (untuk kasus refrakter)


Dibuat hapusan  kultur dan sensitivitas kuman
Tatalaksana
• Liang telinga dibersihkan dengan hati-hati  dengan H2O2 3%
• Pasang tampon telinga yang telah diolesi dengan antibiotik dan
antiseptik secara berkala tiap 2 hari
• Antibiotika topikal (kombinasi dengan steroid) dipakai secara hati-
hati karena dapat alergi atau mungkin dapat menyebabkan tumbuh
jamur yang berlebihan
• Analgetik oral
• Antibiotik oral  untuk kasus berat
Otomikosis

• Etiologi: Aspergillus (80%), Candida, Phycomycetes,


Rhizopus, Actinomyces, Penicillium

• Patogenesis: faktor predisposisi sama dengan otitis


eksterna bakteri

• Lebih sering pada pasien diabetes melitus atau


immunocompromised
Gejala dan Tanda
• Gejala:

Pruritus Rasa penuh pada telinga Otorea

Penurunan pendengaran Pernah menggunakan


Otalgia (akibat akumulasi debris antibiotik topikal  tapi
mikotik) tidak sembuh
Gejala dan Tanda
• Tanda: pada otoskopi ditemukan mycelia, debris jamur
berwarna putih, abu-abu atau hitam, kanal eritem
Penatalaksanaan

Preparasi KOH

•  kultur fungi

• Ear toilet  complete removal


• Antifungal topikal
• Nonspesifik: thimerosal (Merthiolate), gentian violet
• Spesifik: clotrimazole drop, nystatin, ketoconazol,
itraconazole
Herpes Zoster Otikus
– Etiologi : Varicella Zester virus
– Terjadinya infeksi pada
gangliongenikulatum
– Mengenai pinna dan regio preaurikular
– Dapat berhubungan dengan paresis
fasialis
– Mengakibatkan Sindrom Ramsay Hunt
– Terapi: antivirus seperti asiklovir dan
steroid oral
OTITIS MEDIA AKUT

OLEH :
dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp. T.H.T.K.L.
SELF ASSESSMENT
• Memahami epidemiologi, faktor risiko, etiologi dan patogenesis otitis
media akut

• Mampu menegakkan diagnosis penyakit otitis media akut

• Mampu memberikan pengobatan penyakit otitis media akut serta


komplikasinya
Definisi

• Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel

mastoid.
Klasifikasi

Jenis otitis media


Gejala Waktu spesifik
• Otitis Media Supuratif • Akut • Otitis media
• Otitis Media Non • Kronis tuberkulosa
Supuratif • Otitis media sifilitika
• otitis media serosa • Otitis media adhesive
• otitis media efusi
• otitis media musinosa
• otitis media sekretoria
Skema Pembagian Otitis Media

Resiko Rendah dan


Otitis Media akut
Resiko Tinggi

Otitis Media Sub


Otitis Media
Akut

Otitis Media Tipe Aman dan


Kronik Tipe Bahaya
Skema Pembagian Otitis Media Supuratif
Akut

Otitis Media Otitis Media Supuratif


Otitis Media Supuratif
Kroni

Otitis Media Serosa Akut


Otitis Media Non
Otitis Media Supuratif/Otitis Media
Serosa
Otitis Media Serosa Kronik

Otitis Media Spesifik

Otitis Media Adhesiva


Otitis Media Akut (OMA)

• Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah


kurang dari 3 minggu dengan gejala dan tanda-tanda yang
bersifat lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap
atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual,
muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi
membran timpani.
ETIOLOGI
Bakteri

• Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang paling sering.


• Seperti : Streptococcus pneumoniae (40%), Haemophilus influenzae
(25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%).
• Kira-kira 5% seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-
hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif.

Virus

• Respiratory Syncytial Virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus


(sebanyak 30-40%).
• Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau
enterovirus.
Distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah
pasien OMA di Pittsburgh Otitis Media Research Center,
Faktor resiko
• Umur
• Jenis kelamin
• Ras
• Faktor genetic
• Status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air
susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan
merokok
• Abnormalitas kraniofasialis kongenital
• Status imunologi
• Infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas
Gejala Klinis
• Rasa nyeri di dalam telinga
• Sekret mengalir ke liang telinga
• Gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau
rasa kurang mendengar
• Suhu tubuh yang tinggi 39,5°C
• Riwayat batuk pilek sebelumnya
• Gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang
Skor OMA menurut Dagan (2003)
Skor Suhu Gelisah Tarik Hiperemi Bulging
telinga membrane membrane
timpani timpani
0 <38 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

1 38-38,5 Ringan Ringan Ringan Ringan

2 38,6-39 Sedang Sedang Sedang Sedang

3 >39 Berat Berat Berat Berat dan


otore
Tuba Eustachius
• Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan nasofaring.
• Tiga fungsi penting
– 1. Ventilasi
– 2. Proteksi
– 3. Drainase
Patogenesis
ISPA, alergi, tumor, hipertrofi adenoid

Gangguan tuba Eustachius

Tekanan negative telinga tengah


Refluks bakteri atau virus
Akumulasi cairan di telinga tengah (-) infeksi OME

(+) infeksi OMA


STADIUM OMA

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Ditandai oleh retraksi membran timpani akibat
tekanan negatif di dalam telinga tengah, dengan
adanya absorpsi udara. posisi malleus menjadi lebih
horizontal, refleks cahaya juga berkurang. membran
timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya
berwarna keruh pucat.
STADIUM OMA

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi


Terjadi pelebaran pembuluh darah di membran
timpani yang ditandai oleh membran timpani
mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
STADIUM OMA

3. Stadium Supurasi
Terbentuknya sekret eksudat purulen di
telinga tengah dan di sel-sel mastoid. Selain
itu edema pada mukosa telinga tengah
menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial
hancur, menyebabkan membran timpani
menonjol atau bulging. Pasien gelisah,
tampak sakit, suhu meningkat dan rasa
nyeri yang semakin hebat. Tekanan yang
semakin meningkat akan menyebabkan
nekrosis yang berwarna kuning dan lebih
lembek.
STADIUM OMA

4. Stadium perforasi
Ditandai oleh ruptur membran timpani
sehingga sekret berupa nanah yang
jumlahnya banyak akan mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
Kadang-kadang pengeluaran sekret
bersifat pulsasi (berdenyut).
STADIUM OMA
5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang
dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa
pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman
rendah.
Apabila stadium resolusi gagal maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik.
Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar
secara terus-menerus atau hilang timbul.
DIAGNOSIS

Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut,
yaitu:
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan
pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan
terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada
membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal.
DIAGNOSIS BANDING

• Otitis eksterna
• Otitis media efusi
• Eksaserbasi akut otitis media kronik
• Infeksi saluran napas atas
PENATALAKSANAAN

• Stadium oklusi tuba : obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 %


dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau
HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang
berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Mengobati
sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya
kuman.
• Stadium hiperemis : amoksisilin 50 mg/kgBB/hari 3X1 selama
7 hari, HCl efedrin 0,5 %/1% dalam larutan fisiologik,
parasetamol 3x500mg
PENATALAKSANAAN
• Stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus
dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani
masih utuh.
• Stadium perforasi : ear toilet H2O2 3% selama 3 sampai
dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup
kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
MIRINGOTOMI
• Miringotomi ialah insisi pada pars tensa membran
timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga
tengah ke liang telinga luar.
• Syarat : harus dilakukan secara dapat dilihat
langsung (a-vue) , anak harus tenang sehingga
membran timpani dapat dilihat dengan baik.
• Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior.
• Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah
nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis
Timpanosintesis

• Merupakan pungsi pada membran timpani, dengan


analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan
pemeriksaan.
• Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak
memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru
lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah.
Adenoidektomi

Efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan


efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan
miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil
masih tidak memuaskan.
KOMPLIKASI

• Menurut Shambough (2003) komplikasi OMA terbagi


kepada
• Komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani,
mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis,
petrositis),
• Ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial
(abses otak, tromboflebitis).
PENCEGAHAN
• Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak
• Menjaga kebersihan cuci tangan dan mainan.
• Pemberian ASI minimal 6 bulan
• Hindari dari pajanan asap rokok,
• Biasakan untuk tidak sering mengorek-ngorek liang telinga
PROGNOSIS
• Ad vitam : Ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
MIRINGITIS BULOSA

OLEH :
dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp. T.H.T.K.L.
SELF ASSESSMENT
• Memahami epidemiologi, faktor risiko, etiologi dan
patogenesis miringitis bulosa

• Mampu menegakkan diagnosis penyakit miringitis bulosa

• Mampu memberikan pengobatan penyakit miringitis bulosa


serta komplikasinya
DEFINISI
• Miringitis bulosa adalah suatu inflamasi pada membran timpani yang
ditandai dengan terbentuknya bula disertai dengan penurunan tajam
pendengaran dan juga rasa nyeri yang hebat.
GAMBARAN MIRINGITIS BULOSA
ETIOLOGI
• Dapat primer atau pun sekunder sebagai efek dari inflamasi
pada telinga luar atau tengah.

Primer Sekunder

• Trauma langsung • Miringitis dengan


benda asing Otitis Media Akut
• Proses pengeluaran • Miringitis dengan
benda asing yang gagal Otitis Media Eksterna
• Infeksi bakteri, virus
atau jamur
PATIFISIOLOGI
• Belum diketahui dengan jelas, tetapi para peneliti
masih mengadakan evaluasi, dan mereka menyatakan
bahwa bula yang muncul akibat proses inflamasi.
KLASIFIKASI

Miringitis akut (< 3


KLASIFIKASI minggu)

Miringitis subakut (3
Berdasarkan waktu
minggu – 3 bulan)

Miringitis kronis (> 3


bulan)

Primer
Berdasarkan
penyakit utama
Sekunder
GEJALA KLINIK
Nyeri telinga yang berat
Otoskopi :
Demam
• Bulla inflamasi yang kecil
berwarna merah pada
Pendengaran yang menurun membran timpani
• Ruptur spontan
Riwayat keluhan gatal mengakibatkan perdarahan
dan keluarnya

Sekret purulen
DIAGNOSA
• Anamnesa (nyeri telinga hebat, pendengaran menurun, riwayat trauma)
• Pemeriksaan
– Membran timpani tampak merah, terdapat bulla, refleks cahaya yang
menurun ataupun menghilang
– Miringitis kronis, membran timpani robek, dengan ujung-ujungnya
inflamasi dan jaringan yang bergranulasi.
– Sekret (jarang).
– Keluhan sakit pada saat daun telinga (pinna) disentuh.
PENATALAKSANAAN
Membersihkan liang
telinga

Tymphanosentesis

PENATALAKSANAAN Antibiotik

Analgetik

Antiinflamasi
PENCEGAHAN
• Hindari telinga dari kontak dengan air pada kolam renang ataupun
kolam air hangat.
• Berikan vaksin pneumonia dan flu kepada anak-anak agar terhindar
dari penyakit ini.
• Jauhi orang dengan infeksi saluran pernafasan atas.
• Jagalah kebersihan dan rajin mencuci tangan.
Otitis Media Supuratif Kronik
dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp. T.H.T.K.L.
SELF ASSESSMENT
• Memahami epidemiologi, faktor risiko, etiologi dan
patogenesis otitis media supuratif kronik
• Mampu menegakkan diagnosis penyakit otitis media supuratif
kronik
• Mampu memberikan pengobatan penyakit otitis media
supuratif kronik serta komplikasinya
Anatomi dan Fisiologi
Otitis Media Supuratif Kronik
• Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP)
atau dalam sebutan sehari hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis
ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, bila proses
> 2 bulan Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
• Otitis media supuratif sub akut : infeksi < 2 bulan
Epidemiologi

• Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan,


kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan
nutrisi yang jelek.
• Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak
yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang
tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.
Etiologi

• Lingkungan
– hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi rendah
memiliki insiden yang lebih tinggi

• Genetik
• Otitis media sebelumnya
• Infeksi (Gram- negatif)
• ISPA
• Autoimun
Faktor Predisposisi
– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
– tonsilitis kronis.
– Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang
terkontaminasi.
– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
– Otitis media supuratif akut yang berulang.
Patofisiologi

Gangguan Tekanan negatif telinga


efusi Sembuh/normal
tuba tengah
Tuba terganggu +
infeksi
Etiologi : OMA &
Perubahan tekanan udara tiba tiba
Alergi OMSK
Infeksi
Sumbatan (tumor, sekret, tampon)
Faktor Penyebab

Terapi yang
terlambat
diberikan

Terapi yang tidak


adekuat
OMA  OMSK
Virulensi kuman
tinggi

Daya tahan
tubuh pasien
Jenis OMSK Berdasarkan Aktivitas Secret

• OMSK Aktif
– Secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
– Infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius
– Setelah berenang
– Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen
• OMSK tenang
– Keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering
Jenis OMSK
• OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benign)
– Proses peradangan hanya pd mukosa,
– Perforasi MT di sentral
– Tidak terdapat kolesteatoma

• OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)


– Perforasi MT letaknya marginal atau di atik
– Adanya Abses atau fistel retroaurikular
– Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
– Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
– Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
OMSK tipe aman OMSK tipe bahaya
Jenis OMSK Berdasarkan Lokasi Perforasi
• Atik
• Marginal
• Central
Manifestasi Klinis

• Otorea
– Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan
encer)
– aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid
– sekret biasanya hilang timbul
• Gangguan pendengaran
– tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran
– tuli konduktif kurang dari 20 db masih baik
Manifestasi Klinis

• Otalgia > tanda yang serius


– Terbendungnya drainase pus
– Otitis eksterna sekunder
– Ancaman pembentukan abses otak dan komplikasi OMSK lain
• Vertigo > tanda yang serius
– Terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom
– Labirinitis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penala
• Audiometri nada murni
• Foto rontgen mastoid
• Kultur dan uji resistensi kuman dari
secret telinga
Kolesteatoma

• Suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel


(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu
menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah
besar.
Pembagian kolesteatoma

Kolesteatoma

Kolesteatoma Kolesteatoma
Kolesteatoma
akuisital akuisital
kongenital
primer sekunder
Kolesteatoma Kongenital
• Terbentuk pada masa embrionik
• Dengan membrane timpani utuh tanpa tanda tanda infeksi.
Kolesteatoma Akuisital Primer
• Tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.
• Terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pars flaksida karena adanya
tekanan negative di telinga tengah akibat gangguan tuba (teori invaginasi)
Kolesteatoma Akuisital Sekunder
• Terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani.
• Masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membrane
timpani ke telinga tengah (Teori migrasi) atau
• Akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung
lama (Teori metaplasia)
Komplikasi

Komplikasi di telinga Komplikasi di telinga dalam Komplikasi ekstradural Komplikasi ke susunan saraf
tengah pusat

1. Perforasi membran 1. Fistula labirin 1. Abses ekstradural 1. Meningitis


timpani persisten 2. Labirinitis supuratif 2. Trombosis sinus lateralis 2. Abses otak
2. Erosi tulang 3. Tuli saraf sensorineural 3. Petrositis 3. Hidrosefalus otitis
pendengaran 4. Mastoiditis
3. Paralisis nervus fasialis
Terapi
• OMSK benign tipe aktif
– Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (ear toilet)
– Antibiotika
• Polimiksin B
• Neomisin
• Kloramfenikol
• Ofloksasin > 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan 4,53%
Terapi

• OMSK Maligna
– Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
– Mastoidektomi radikal
– Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
– Miringoplasti
– Timpanoplasti
– Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined Approach Tympanoplasty)

Anda mungkin juga menyukai