Definisi
2
Klasifikasi
3
Berdasarkan luas luka bakar (dewasa)
Kepala 9%
Dada + perut 18 %
Ekstremitas atas 18 %
Punggung dan bokong 18 %
Ekstremitas bawah kanan 18 %
Ekstremitas bawah kiri 18 %
Alat kelamin 1%
4
Luas Luka Bakar (anak)
5
Respons Metabolisme pada Trauma:
Phase Ebb
• Ditandai dengan shock hypovolemik
• Prioritas pertahankan hidup/homeostasis
Cardiac Output
Konsumsi Oxygen
Tek Darah
Perfusi Jaringan
Suhu Tubuh
Metabolik Rate
Cuthbertson DP, et al. Adv Clin Chem 1969;12:1-55
Welborn MB. In: Rombeau JL, Rolandelli RH, eds. Enteral and Tube Feeding. 3rd ed. 1997
6
Respons Metabolisme pada Trauma:
Phase Flow
• Catecholamines
• Glucocorticoids
• Glucagon
• Release of cytokines, lipid mediators
• Acute phase protein production
8
Perubahan metabolik yang terjadi pada penderita luka bakar :
1. Kehilangan volume plasma yang harus digantikan oleh cairan dan elektrolit
2. Ketidakseimbangan homeostatis
3. Perubahan-perubahan hormonal
Meningkatnya produksi katekolamine, yang berpengaruh terhadap sistem syaraf dan
sistem cardiovaskuler, metabolic rate, suhu tubuh dan jaringan lunak.
Meningkatnya produksi glukokortikoid yang akan berpengaruh terhadap perubahan
metabolisme karbohidrat dan protein.
Meningkatnya glukagon yang mengakibatkan peningkatan katabolisme dan
hiperglikemia.
4. Perubahan biokimia
Meningkatnya glukoneogenesis
Meningkatnya proteolisis
Meningkatnya ureagenesis
Menurunnya lipolisis
Menurunnya penggunaan keton bodi
5. Perubahan imunologi
Terjadinya infeksi yang merupakan penyebab kematian dan kesakitan
Hilangnya jaringan kulit sebagai pelindung infeksi dan kehilangan zat-zat gizi
Infeksi akan menyebabkan kemungkinan malnutrisi
6. Perubahan kebutuhan gizi
Meningkatnya penggunaan simpanan tubuh karena adanya hipermetabolik,
hiperkatabolik, meningkatnya kebutuhan zat gizi, terutama protein, vitamin A dan C,
Zink; serta meningkatnya kehilangan zat-zat gizi ( melalui urin dan integumental).
9
Asesmen gizi
10
3. Pemeriksaan biokimia
Serum albumin
Serum albumin akan turun dalam beberapa hari setelah luka
bakar
Penurunan yang cepat disebabkan oleh peningkatan kehilangan
albumin microvasculature kedalam daerah yang luka.
Dukungan gizi yang mencukupi sangat penting untuk
memperbaiki serum albumin
Serum albumin juga dipengaruhi oleh hal-hal selain gizi yaitu :
11
TERAPI MEDIS
Cara Pengobatan :
Perbaikan keadaan umum pasien
Memelihara dan membersihkan jalan nafas
Penaggulangan shock dan resusitasi cairan
Antibiotik
Perawatan luka, pemberian anti tetanus
Evaluasi menyeluruh terhadap perubahan patologis
dari tiap organ
Pengobatan luka bakar
12
CAIRAN & ELEKTROLIT
Terjadinya kehilangan volume sirkulasi akibat
hilangnya volume plasma ke rongga interstitial dan
jaringan cedera luka bakar, yang dapat
menyebabkan burn edema dan merupakan
penyebab utama burn shock.
24-48 jam pertama setelah cedera luka bakar,
manajemen luka bakar ditujukan untuk penggantian
cairan dan lektrolit.
Setengah dari volume cairan yang dibutuhkan
selama 24 jam diberikan pada 8 jam pertama.
i 13
Cairan dan elektrolit (lanjutan)
14
MANAJEMEN GIZI
15
Kebutuhan Energi
16
Harris-Benedict Equation
Harris Benedict : BEE X Aktifitas X Faktor Injury
Kebutuhan Energy Basal = Basal Energy Expenditure (BEE)
Variabel: gender, weight (kg), height (cm), age (years)
Men:
66,47 + (13,75 x weight) + (5 x height) – (6,76 x age)
Women:
655,1 + (9,56 x weight) + (1,85 x height) – (4,67 x age)
Faktor stress (Bessey, 1996)
Luka bakar 20-29% = 1,50 - 1,69
17
Kebutuhan energi untuk anak-anak.
Galveston Formula :
1800/m2 + 2200/ m2 luka bakar
18
Kebutuhan Protein
19
Menurut Rumus Davies dan Lilijedahl:
20
Kebutuhan Protein (lanjutan)
21
Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber enrgi utama pada
pasien luka bakar, supaya protein tidak digunakan.
Namun pemberian karbohidrat perlu dibatasi
maksimum 7 mg/kg/menit, selebihnya glukosa tidak
dioksidasi melainkan diubah menjadi lemak.
Keadaan lipogenesis ini meningkatkan konsumsi
oksigen dan produksi karbondioksida dan memicu
hiperglikemia serta menyebabkan diuresis osmotik,
dehidrasi dan gangguan respirasi.
22
Kebutuhan Lemak
Lemak merupakan sumber energi tinggi.
Pemberian lemak yang tinggi tanpa memperhatikan
komposisi lemak dapat menyebabkan penurunan
respon imunologi dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
Diet tinggi asam lemak ω-3 dapat meningkatkan
respon imun karena menghambat produksi
prostaglandin E2 dan leukotrin, serta meningkatkan
toleransi thd “tube feeding”.
23
Kebutuhan Lemak
24
Monitoring kecukupan asupan energi dan
protein
Dinilai dengan mengevaluasi proses
penyembuhan luka, keberhasilan
pencangkokan kulit, dan parameter status
gizi lainnya.
Kehilangan berat badan lebih dari 10 % akan
menghambat proses penyembuhan luka dan
meningkatnya ekstravasasi cairan dan
edema.
25
Imbang nitrogen sering dipakai sebagai
parameter evaluasi kecukupan asupan gizi,
namun nilai ini tidak akurat tanpa menghitung
kehilangan protein pada luka.
Estimasi kehilangan nitrogen luka bakar :
< 10% luka yang terbuka = 0,02 N/kg/hari
11%-30% luka yang terbuka = 0,05 N/kg/hari
> 31% luka yang terbuka = 0,12 N/kg/hari
Kehilangan 1 gram nitrogen equivalen dengan
kehilangan 30 gram lean body mass
26
Kebutuhan vitamin dan mineral
Vitamin C mempengaruhi sintesis jaringan
kolagen dan meningkatkan fungsi imun serta
untuk proses penyembuhan luka. Dosis yang
dianjurkan : 2 X 500 mg/hari
Vitamin A juga diperlukan untuk fungsi imun
dan epitelisasi. Rekomendasi vitamin A :
5000 IU per 1000 kalori zat gizi makanan
enteral.
Pasien luka bakar sering mengakami
hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia (pd
luka bakar > 30%)
27
Hipofosfatemia sering terjadi pada pasien
luka bakar berat terutama yang mendapat
resusitasi cairan jumlah besar, infus glukosa,
dan mendapat pengobatan antasid untuk
pencegahan stres ulcer.
Untuk mencegah iritasi lambung perlu
diberikan suplementasi fosfor dan
magnesium per parenteral.
Suplemen Zink sulfat 220 mg/ hari dianjurkan
karena zink merupakan kofaktor energi dan
sintesis protein.
28
Metode Pemberian Makanan
29
TPN diberikan pada pasien luka bakar
dengan persistent ileus (peristaltik usus
hilang atau koordinasi yang kurang efektif).
Pemberian makanan enteral dini (4-12 jam
setelah masuk rumah sakit) terbukti berhasil
menurunkan respons hiperkatabolisme,
mengurangi pelepasan katekolamin &
glukagon, mengurangi kehilangan berat
badan serta memperpendek masa inap di
rumah sakit.
30