Anda di halaman 1dari 30

Tatik Mulyati, DCN, MKes 1

Definisi

 Luka bakar adalah luka pada kulit yang


disebabkan oleh panas baik dari aliran listrik,
api, air panas, zat-zat radioaktif, zat kimia dll.

2
Klasifikasi

 Berdasarkan dalamnya luka bakar diklasifikasikan


sbb :
 Luka bakar derajat I :
 hanya mengenai lapisan permukaan kulit atau epidermis saja.
 Luka bakar derajat II :
 mengenai sebagian tebal kulit yakni epidermis dan korium.
 Luka bakar derajat III :
 mengenai seluruh tebal kulit/dermis kadang-kadang mengenai
pula jaringan lemak, otot atau tulang.

3
Berdasarkan luas luka bakar (dewasa)

Kepala 9%
Dada + perut 18 %
Ekstremitas atas 18 %
Punggung dan bokong 18 %
Ekstremitas bawah kanan 18 %
Ekstremitas bawah kiri 18 %
Alat kelamin 1%

4
Luas Luka Bakar (anak)

Bayi 1-5 tahun 6-12 tahun


Kepala 21 % 19 % 15 %
Tangan 9,5 % 9,5 % Ki/ka 9,5 %
Badan 16 % 16 % Depan/belak
ang 16 %
Kaki depan + Ki/ka 15 % Ki/ka 17 %
belakang
masing-masing
14 %

5
Respons Metabolisme pada Trauma:
Phase Ebb
• Ditandai dengan shock hypovolemik
• Prioritas pertahankan hidup/homeostasis
 Cardiac Output
 Konsumsi Oxygen
 Tek Darah
 Perfusi Jaringan
 Suhu Tubuh
 Metabolik Rate
Cuthbertson DP, et al. Adv Clin Chem 1969;12:1-55
Welborn MB. In: Rombeau JL, Rolandelli RH, eds. Enteral and Tube Feeding. 3rd ed. 1997

6
Respons Metabolisme pada Trauma:
Phase Flow

•  Catecholamines
•  Glucocorticoids
•  Glucagon
• Release of cytokines, lipid mediators
• Acute phase protein production

Cuthbertson DP, et al. Adv Clin Chem 1969;12:1-55


Welborn MB. In: Rombeau JL, Rolandelli RH, eds. Enteral and Tube Feeding. 3rd ed. 1997
7
Konsekuensi luka bakar :

 Kehilangan panas, cairan dan bahan-bahan


yang terlarut didalam cairan
 Meningkatnya kemungkinan mikroorganisma
untuk memasuki jaringan adipose.

8
Perubahan metabolik yang terjadi pada penderita luka bakar :
1. Kehilangan volume plasma yang harus digantikan oleh cairan dan elektrolit
2. Ketidakseimbangan homeostatis
3. Perubahan-perubahan hormonal
 Meningkatnya produksi katekolamine, yang berpengaruh terhadap sistem syaraf dan
sistem cardiovaskuler, metabolic rate, suhu tubuh dan jaringan lunak.
 Meningkatnya produksi glukokortikoid yang akan berpengaruh terhadap perubahan
metabolisme karbohidrat dan protein.
 Meningkatnya glukagon yang mengakibatkan peningkatan katabolisme dan
hiperglikemia.
4. Perubahan biokimia
 Meningkatnya glukoneogenesis
 Meningkatnya proteolisis
 Meningkatnya ureagenesis
 Menurunnya lipolisis
 Menurunnya penggunaan keton bodi
5. Perubahan imunologi
 Terjadinya infeksi yang merupakan penyebab kematian dan kesakitan
 Hilangnya jaringan kulit sebagai pelindung infeksi dan kehilangan zat-zat gizi
 Infeksi akan menyebabkan kemungkinan malnutrisi
6. Perubahan kebutuhan gizi
 Meningkatnya penggunaan simpanan tubuh karena adanya hipermetabolik,
hiperkatabolik, meningkatnya kebutuhan zat gizi, terutama protein, vitamin A dan C,
Zink; serta meningkatnya kehilangan zat-zat gizi ( melalui urin dan integumental).

9
Asesmen gizi

 Riwayat gizi untuk melihat kecukupan intake


makanan
 Data antropometri :
 Kenaikan berat badan dari cairan biasa terjadi pada fase
resusitasi dan akan dimobilisasi secara perlahan dalam
waktu dua minggu
 Berat badan kering (dry weight) sangat perlu didapatka
pada saat pasien dating ke rumah sakit sebelum
mengalami edema
 Apabila berat badan tidak bisa didapat di rumah sakit
gunakan berat badan sebelum sakit.
 Ukur berat badan setiap hari pada saat dihidroterapi
(pasien dalam kondisi tidak berpakaian

10
3. Pemeriksaan biokimia
 Serum albumin
 Serum albumin akan turun dalam beberapa hari setelah luka
bakar
 Penurunan yang cepat disebabkan oleh peningkatan kehilangan
albumin microvasculature kedalam daerah yang luka.
 Dukungan gizi yang mencukupi sangat penting untuk
memperbaiki serum albumin
 Serum albumin juga dipengaruhi oleh hal-hal selain gizi yaitu :

 Dehidrasi atau infus albumin akan meningkatkan hasil pengukuran


 Overhidrasi, edema , operasi, kehilangan darah dan sepis sangat
berkaitan dengan adanya hipoalbuminemia
 Serum transferin, untuk menentukan keadaan malnutrisi lebih
bagus daripada serum albumin karena waktu paruhnya yang
lebih pendek , dipengaruhi oleh factor diet dimana dipengaruhi
oleh fluid over load, iron overload dan infeksi. Pengukuran
mingguan sangat dianjurkan.
 Thyroxine-binding pre albumin ( transthyretin)

11
TERAPI MEDIS

 Cara Pengobatan :
 Perbaikan keadaan umum pasien
 Memelihara dan membersihkan jalan nafas
 Penaggulangan shock dan resusitasi cairan
 Antibiotik
 Perawatan luka, pemberian anti tetanus
 Evaluasi menyeluruh terhadap perubahan patologis
dari tiap organ
 Pengobatan luka bakar

12
CAIRAN & ELEKTROLIT
 Terjadinya kehilangan volume sirkulasi akibat
hilangnya volume plasma ke rongga interstitial dan
jaringan cedera luka bakar, yang dapat
menyebabkan burn edema dan merupakan
penyebab utama burn shock.
 24-48 jam pertama setelah cedera luka bakar,
manajemen luka bakar ditujukan untuk penggantian
cairan dan lektrolit.
 Setengah dari volume cairan yang dibutuhkan
selama 24 jam diberikan pada 8 jam pertama.

i 13
Cairan dan elektrolit (lanjutan)

 Kebutuhan cairan dihitung berdasarkan usia,


berat badan dan luas luka bakar.
 Kehilangan cairan per hari diperkirakan :

2,0-3,1 ml/kg BB X 24 jam X (% luas luka bakar)

14
 MANAJEMEN GIZI

15
Kebutuhan Energi

1. Rumus Curreri (untuk anak > 3 tahun dan


dewasa :
(25 X BB) + (40 X % luas luka bakar)

Ket : BB = berat badan biasanya

2. Cara praktis : 40-60 kkal/kgBB/hari

16
Harris-Benedict Equation
 Harris Benedict : BEE X Aktifitas X Faktor Injury
 Kebutuhan Energy Basal = Basal Energy Expenditure (BEE)
 Variabel: gender, weight (kg), height (cm), age (years)
Men:
66,47 + (13,75 x weight) + (5 x height) – (6,76 x age)
Women:
655,1 + (9,56 x weight) + (1,85 x height) – (4,67 x age)
 Faktor stress (Bessey, 1996)
 Luka bakar 20-29% = 1,50 - 1,69

 Luka bakar 30-39% = 1,70 - 1,84

 Luka bakar 40-59% = 1,85 – 1,99

 Luka bakar 50-60% = 2,0

17
Kebutuhan energi untuk anak-anak.

 Galveston Formula :
1800/m2 + 2200/ m2 luka bakar

 Polk untuk anak-anak < 3 tahun:


(60 X BB) + (35 X % Luas Luka bakar)

18
Kebutuhan Protein

 Kebutuhan protein pasien luka bakar meningkat


karena adanya kehilangan protein melalui urin &
luka, proses glukoneogenesis, serta proses
penyembuhan luka bakar.
 Dianjurkan pemberian protein yang bernilai
biologis tinggi.
 Kebutuhan protein = 20-25% total kalori.
 Pada anak = 2,5 – 3 gram protein/ kg BB/hari.

19
 Menurut Rumus Davies dan Lilijedahl:

 Dewasa (18 tahun) :


(1 gram X kg BBI) + 3 gram X % total luas luka bakar)
 Anak-anak (1tahun) :
(kebutuhan protein menurut umur X kg BBI) + (3 gram X %
total luas luka bakar)

20
Kebutuhan Protein (lanjutan)

 Asam amino rantai cabang tidak mempunyai dampak


yang menguntungkan bagi pasien luka bakar.
 Asam amino esensial dan arginine dapat
meningkatkan imunitas sel serta mempercepat prose
penyembuhan luka.
 Arginine juga mempengaruhi produksi hormon
anabolik.
 Pemberian makanan tinggi protein perlu disertai
pemantauan fungsi ginjal termasuk kadar ureum
darah, kreatinin serum dan keseimbangan cairan.

21
Kebutuhan karbohidrat
 Karbohidrat merupakan sumber enrgi utama pada
pasien luka bakar, supaya protein tidak digunakan.
 Namun pemberian karbohidrat perlu dibatasi
maksimum 7 mg/kg/menit, selebihnya glukosa tidak
dioksidasi melainkan diubah menjadi lemak.
 Keadaan lipogenesis ini meningkatkan konsumsi
oksigen dan produksi karbondioksida dan memicu
hiperglikemia serta menyebabkan diuresis osmotik,
dehidrasi dan gangguan respirasi.

22
Kebutuhan Lemak
 Lemak merupakan sumber energi tinggi.
 Pemberian lemak yang tinggi tanpa memperhatikan
komposisi lemak dapat menyebabkan penurunan
respon imunologi dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
 Diet tinggi asam lemak ω-3 dapat meningkatkan
respon imun karena menghambat produksi
prostaglandin E2 dan leukotrin, serta meningkatkan
toleransi thd “tube feeding”.

23
Kebutuhan Lemak

 Lemak dapat diberikan mulai dari 12%-15% total


kalori, disertai monitoring terhadap fungsi imun,
toleransi penerimaan makan, serum trigliserid.
 Pemberian lemak rantai cabang (MCT) secara
teoritis lebih mudah teroksidasi sehingga dapat
meningkatkan sintesis protein oleh hati dan
mengurangi katabolisme protein serta memenuhi
kebutuhan energi.

24
Monitoring kecukupan asupan energi dan
protein
 Dinilai dengan mengevaluasi proses
penyembuhan luka, keberhasilan
pencangkokan kulit, dan parameter status
gizi lainnya.
 Kehilangan berat badan lebih dari 10 % akan
menghambat proses penyembuhan luka dan
meningkatnya ekstravasasi cairan dan
edema.

25
 Imbang nitrogen sering dipakai sebagai
parameter evaluasi kecukupan asupan gizi,
namun nilai ini tidak akurat tanpa menghitung
kehilangan protein pada luka.
 Estimasi kehilangan nitrogen luka bakar :
 < 10% luka yang terbuka = 0,02 N/kg/hari
 11%-30% luka yang terbuka = 0,05 N/kg/hari
 > 31% luka yang terbuka = 0,12 N/kg/hari
 Kehilangan 1 gram nitrogen equivalen dengan
kehilangan 30 gram lean body mass

26
Kebutuhan vitamin dan mineral
 Vitamin C mempengaruhi sintesis jaringan
kolagen dan meningkatkan fungsi imun serta
untuk proses penyembuhan luka. Dosis yang
dianjurkan : 2 X 500 mg/hari
 Vitamin A juga diperlukan untuk fungsi imun
dan epitelisasi. Rekomendasi vitamin A :
5000 IU per 1000 kalori zat gizi makanan
enteral.
 Pasien luka bakar sering mengakami
hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia (pd
luka bakar > 30%)
27
 Hipofosfatemia sering terjadi pada pasien
luka bakar berat terutama yang mendapat
resusitasi cairan jumlah besar, infus glukosa,
dan mendapat pengobatan antasid untuk
pencegahan stres ulcer.
 Untuk mencegah iritasi lambung perlu
diberikan suplementasi fosfor dan
magnesium per parenteral.
 Suplemen Zink sulfat 220 mg/ hari dianjurkan
karena zink merupakan kofaktor energi dan
sintesis protein.

28
Metode Pemberian Makanan

 Tergantung dari kemampuan individu pasien.


 Umumnya pasien luka bakar < 20% dapat
menerima makanan dalam diet makanan
biasa tinggi energi tinggi protein.
 Pemberian ekstra makanan berupa puding,
susu, dll dapat membantu meningkatkan
asupan makanan pasien.

29
 TPN diberikan pada pasien luka bakar
dengan persistent ileus (peristaltik usus
hilang atau koordinasi yang kurang efektif).
 Pemberian makanan enteral dini (4-12 jam
setelah masuk rumah sakit) terbukti berhasil
menurunkan respons hiperkatabolisme,
mengurangi pelepasan katekolamin &
glukagon, mengurangi kehilangan berat
badan serta memperpendek masa inap di
rumah sakit.

30

Anda mungkin juga menyukai