Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

Deteksi dini dan Komplikasi pada Nifas 2 hari


INFEKSI POST PARTUM dan BENDUNGAN PAYUDARA (ASI)
INFEKSI POST PARTUM
DEFINISI
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia,
terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38
derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang


disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
ETIOLOGI
Faktor Presipitasi Infeksi post partum
1. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak
steril , tangan penolong , dan sebagainya.
2. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn.
4. Clostridium welchii
sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun.
Faktor predisposisi infeksi post partum

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,


seperti perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
2. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan
lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
5. Anemia, higiene, kelelahan
6. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang
berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
Klasifikasi

1. Infeksi uterus
a. Endometritis

adalah infeksi pada endometrium


(lapisan dalam dari rahim). infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan
infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim
b. Miometritis (infeksi otot rahim)

Miometritis adalah radang miometrium.


Sedangkan miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa
demam, uterus nyeri tekan, perdarahan
vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea
berbau, purulen.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).

Parametritis adalah radang dari


jaringan longgar di dalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar.
Tanda dan gejala suhu tinggi
dengan demam tinggi, Nyeri
unilateral tanpa gejala rangsangan
peritoneum, seperti muntah
2. Syok bakteremia

Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri


yang melepaskan endotoksin, bisa mempresipitasi syok
bakteremia (septic).

Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti


patofisiologi sepsis yang serius. Ibu yang cemas dapat
bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun
menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab.
Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi
cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa
terjadi. Begitu juga oliguria.
3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena
meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-
sama dengan salpingo-ooforitis
dan sellulitis pelvika.

Gejala-gejalanya tidak seberapa


berat seperti pada peritonitis
umum. Penderita demam, perut
bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik.
4. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada


sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang
sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu
hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter
yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan
trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untuk menderita ISK, biasanya dari
escherichia coli
5. Septicemia dan piemia

Pada septicemia kuman-kuman yang ada di


uterus, langsung masuk ke peredaran darah
umum dan menyebabkan infeksi umum.
Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis
pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus
pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis
ini menjalar ke vena uterine, vena
hipogastrika, dan/atau vena ovarii
(tromboflebitis pelvika).
Patofisiologis
Proses radang dapat terbatas pada luka- luka tersebut atau
menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat
terjadi sebagai berikut :

1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup


sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke
dalam uterus.
2. Droplet infeksi.
3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman
patogen, berasal dari penderita-penderita dengan
berbagai jenis infeksi.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab
infeksi penting, apabila mengakibatkan pecahnya
ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan
gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan.
Manifestasi Klinis

Infeksi lokal Infeksi umum

Warna kulit berubah, timbul Sakit dan lemah, suhu badan


nanah, bengkak pada luka, meningkat, tekanan darah
lokea bercampur nanah, menurun, nadi meningkat,
mobilitas terbatas, suhu tubuh pernafasan meningkat dan
meningkat. sesak, penurunan kesadaran
hingga koma, gangguan
involusi uteri, lokea berbau,
bernanah dan kotor.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Pemeriksaan
2. Mikroskopis Urine
3. Pemeriksaan protein urine
4. Pemeriksaan glukosa urin
Komplikasi

1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)


2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena
panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang
dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik
bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan
bahkan kematian.
Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
2. Masa Kehamilan
3. Penanganan umum
a. Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah
dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi
penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
b. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang
mengalami infeksi nifas.
c. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun
persalinan.
d. Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum
terlampaui.
e. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di
rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera.
f. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru
lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.
Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya
Pengobatan secara umum

1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan


sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan
untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.,
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka
berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum)
menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita,
infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya
sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
Penanganan infeksi postpartum :

1. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.


2. Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan
transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila ada abses,
jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.
3. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan
kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr,
dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam
kemudian peroral.
4. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai
2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap
6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah
ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
5. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
6. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
7. Lakukan
evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
SOAP PENDOKUMENTASIAN INFEKSI POST PARTUM
Ny. A P1 A0 umur 29 tahun dengan infeksi Luka
episiotomi post partum 2 hari

No.Register : -
Nama pengkaji : Bidan Y
IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny. A / Tn. R
Umur : 29 / 35 Tahun
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : Sma / Sma
Pekerjaan : Swasta / Swasta
Alamat : Jl. Seruni II Raya
SUBJEKTIF (S)
• Ibu mengatakan adanya pembengkakan
pada daerah luka dan terasa sakit saat
ibu berjalan
• Ibu mengatakan keluarnya nanah yang
berbau dari daerah luka
• Ibu mengatakan hal ini dirasakan sejak 2
hari yang lalu
• Ibu mengatakan melahirkan 4 hari yang
lalu
• Ibu mengatakan ini merupakan anak
yang pertama
OBJEKTIF (O)
keadaan Umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
TTV
Tekanan Darah : 80/70 mmHg
Nadi : 95x / menit
Pernafasan : 28x / menit
Suhu : 38oC
Pemeriksaan fisik
1. Kepala :rambut bersih, hitam panjang, rontok (-), ketombe (-), oedema (-)
2. Wajah :Tampak meringis, oedema (-)
3. Mata :anemis, anikterik
4. Mulut :bibir lembab, lidah bersih, caries gigi (-) dan gigi berlubang (-)
5. Leher :tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan pembesaran
vena jugularis
6. Payudara :tidak ada kelainan, areola hyperpigmentasi,keluar kolostrum,bersih
putting menonjol, konsistensi kenyal,tidak ada benjolan abnormal
7. Abdomen :bekas luka operasi (-), TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, konsistensi uterus keras, kandung kemih kosong
8. Genetalia:terdapat lochea purulenta, terdapat luka bekas jahitan, luka bekas
jahitan masih basah dan berwarna merah, membengkak, adanya pus yang keluar
dan berbau, terdapat nyeri tekan pada luka jahitan
9. Ekstremitas :simetris, varieses (-), oedema (-), reflek patella (+)
ANALISA (A)
• Ny. A umur 29 Tahun P1 A0 dengan
Infeksi luka episiotomi Post partum 2
hari
PENATALAKSANAAN (P)
1. Pasang infus
2. Bebaskan jalan nafas dengan memberikan oksigen
3. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memBerikan
terapi antibiotik,. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-
hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perineum.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk Pemberian Sulfonamid –
Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,
sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti
1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk Pemberian Penisilin –
Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam
IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
7. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
8. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
9.
Bendungan Payudara (ASI)
Definisi

• Pembendungan ASI menurut


Pritchar (1999) adalah
pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi
atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan
pada puting susu (Buku
Obstetri Williams).
etiologi
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
4. Puting susu terbenam
5. Puting susu terlalu panjang
6. Pakaian yang ketat
7. Produksi asi meningkat
Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan
sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan
terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut.
Manifestasi klinis

1. Payudara bengkak, Nyeri payudara dan tegang, panas,


warna kemerahan, kadang payudara mengeras dan
membesar.
2. Biasanya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan
3. Biasanya bilateral muncul bertahap menyebabkan
demam dan tidak berhubungan dengan gejala sistemik.
Payudara biasanya hangat saat disentuh
Dampak Bendungan ASI

Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan


intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,
akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri
(WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat
kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya
terjadi mastitis.
Pencegahan
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan
kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah
bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30
menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila
produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan
kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah
bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus.
PENDOKUMENTASIAN SOAP
BENDUNGAN PAYUDARA
Tanggal pegkajian : 14 Juni 2011
Pukul : 10.00 WIB
Nama pengkaji :Bd. M

IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama :Ny. A
Umur :23 tahun
Suku :Rejang
Agama :Islam
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :IRT
Alamat :Dusun 1 Desa Padang kala

Nama :Tn. R
Umur :25 tahun
Suku :Rejang
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta
Alamat :Dusun 1 Desa Padang kala
SUBJEKTIF (S)
1. Ibu mengatakan payudara bengkak, keras,
nyeri dan pengeluaran ASI hanya sedikit sejak
2 hari yang lalu.
2. Ibu mengatakan bayinya menangis terus
menerus
3. Ibu mengatakan melahirkan 4 hari yang lalu
4. Ibu mengatakan ini merupakan anak yang
pertama
5. Ibu mengatakan melahirkan secara normal
6. Ibu mengatakan mendapat jahitan pada jalan
lahir
7. Ibu mengatakan bayi lahir menagis kuat
8. Ibu mengatakan bayi waktu lahir BB :3200 gr,
PB : 50 cm
OBJEKTIF (O)
keadaan UMUM : Baik
KESADARAN : compos mentis
TTV
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 370C
Pemeriksaan fisik
Kepala & wajah :meringis pada wajah
Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah
bening, tiroid dan limfe.
Dada :payudara membesar dan membengkak
sebelah kiri, puting menonjol, warna kemerahan, terdapat nyeri
tekan dan peneluaran asi/kolostrum sedikit.
Abdomen :TFU 3 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus
baik, Kandung Kemih kosong.
Genital :Lochea Sangulenta, Vulva tidak ada varices,
Perineum grade II, Penyembuhan luka baik, Perdarahan ± 50 cc .
ANALISA (A)
• Ny.A umur 23 tahun P1 A0 Post
partum 4 hari dengan Bendungan
payudara.
PENATALAKSANAAN (P)
Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga, saat ini ibu
mengalami pembendungan ASI yang menyebabkan payudara ibu
membengkak, nyeri dan suhu tubuh ibu meningkat.
E : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
1. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa nyerinya itu dari bendungan ASI
pada payudara. Mengajarkan pada ibu mengurangi rasa nyeri
sebelum menyusui dengan mengkompres payudaranya dengan air
hangat, peras ASI secara manual sebelum menyusui dan
membasahi puting susunya sebelum menyusui agar bayi mudah
menghisap. Untuk mengurangi rasa nyeri setelah menyusui
lakukan pengompresan payudara dengan air dingin dan pakai BH
yang menyangga payudara. Serta anjurkan ibu tetap menyusui
banyinya. Menganjurkan ibu mengurangi rasa nyeri dengan teknik
yang sudah diajarkan
E : ibu bersedia menuruti anjuran bidan
Member terapi paracetamol 500 mg per 4 jam sampai demam
hilang
E :Ibu bersedia minim obat
Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika ada
keluhan ibu segera datang ke tenaga kesehatan terdekat.
E :ibu bersedia datang
TERIMAKASIH ^_^

Anda mungkin juga menyukai