Kelompok 3
Kelompok 3
4. Faktor maternal :
Gravida berusia lanjut
Multiparitas
5. Faktor uterus :
Bekas sectio caesaria
Bekas pembedahan uterus
Anomali uterus
Tidak efektif kontraksi uterus
Bekas curetage uterus
Bekas endometritis
6. Faktor plasenta :
Plasenta previa
Plasenta akreta
Implantasi kornual
Kelainan bentuk plasenta
Tanda-tanda gejala yang selalu ada yaitu
plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul :
Tali Pusat putus akibat kontraksi
berlebihan
Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan.
Dijumpai pada kala tiga atau post
partum dengan gejala yang nyeri yang
hebat perdarahan yang banyak sampai
syok. Apalagi bila plasenta masih
melekat dan sebagian sudah ada yang
terlepas dan dapat terjadi strangulasi
dan nekrosis ( Geocities, 2006 ).
A. Manual Plasenta
Manual plasenta adalah prosedur
pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan
mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan
invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung
kedalam kavum uteri.
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
dikarenakan:
Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta.
Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion
plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.
Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion
plaSenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion
plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta
didalam kavum uteri yang disebabkan oleh
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan
dapat diperkirakan
Darah penderita terlalu banyak hilang,
Keseimbangan baru berbentuk bekuan
darah, sehingga perdarahan tidak
terjadi,
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu
dalam.
Manual plasenta dapat segera dilakukan
apabila :
Terdapat riwayat perdarahan postpartum
berulang.
Terjadi perdarahan postpartum melebihi
400 cc
Pada pertolongan persalinan dengan
narkosa.
Plasenta belum lahir setelah menunggu
selama setengah jam.
Tanda dan Gejala Manual Plasenta
Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion
Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir
(lebih dari 30 menit)
Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan
Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam
uterus.
Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi
lahir Setelah mengetahui tanda dan gejala manual
plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi
perdarahan lebih dari 400 cc jika masih terdapat
kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke
puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat
pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan
penderita dilakukan persiapan dengan memasang
infus dan memberikan cairan serta dalam merujuk
didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga dapat
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan
komplikasi, terjadinya perforasi uterus misalnya :
Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau
membrane dan bakteria terdorong ke dalam
rongga rahim
Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan
tindakan profilaksis dengan memberikan
uterotonika intravena dan intamuskular misalnya
dengan :
Memasang tamponade uterovaginal
Memberikan antibiotika
Memasang infus dan persiapan transfusi darah
Prosedur Manual Plasenta
Pasang set dan cairan infus RL/NaCl
Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Pastikan kandung kemih kosong karena kandung
kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus.
Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit
bayi lahir dan telah disertai manajeman aktif kala III.
Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan
perdarahan berlanjut.
Lakukan persetujuan tindakan medis (informed
consent).
Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Pastikan kandung kemih kosong karena kandung
kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus.
Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih
yang penuh dapat menggeser letak uterus.
Tangan obstetri dibuka, lalu jari-jari dirapatkan.
Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi
plasenta yang paling bawah.
Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke arah kranial hingga seluruh permukaan
plasenta dilepaskan.
Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan
uterus, kemungkinan plasenta akreta. Siapkan
laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama
plasenta.
Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan
uterus saat plasenta dikeluarkan.
Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.
Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap,
lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri
Terjadinya perforasi uterus
Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta
atau membran dan bakteri terdorong
kedalam rongga rahim
Terjadinya perdarahan karena atonia
uteri ( Manuaba, 1998 )
Tanda penting untuk diagnosis pada
pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus
atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada
pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi
plasenta karena implantasi yang dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan dasar adalah
menetukan diagnosis, stabilisasi pasien
dan rujuk kerumah sakit rujukan karena
kasus ini memerlukan tindakan operatif.
1. Umur
Harlock (1999) dan Balai Pustaka (2002)
mengatakan bahwa, umur adalah indeks yang
menempatkan individu dalam urutan atau lamanya
seorang hidup dari lahir sampai mengalami retensio
plasenta. Faktor yang mempengaruhi tingginya
kematian ibu adalah umur, masih banyaknya terjadi
perkawinan dan persalinan diluar kurun waktu
reproduksi yang sehat adalah umur 20-30 tahun.
Pada Usia muda resiko kematian maternal tiga kali
lebih tinggi pada kelompok umur kurang dari 20
tahun dan kelompok umur lebih dari 35 tahun
(Mochtar, 1998). Tingginya Angka Kematian Ibu pada
usia muda disebabkan belum matangnya organ
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan
2. Paritas
Saran
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO)
adalah perdarahan, semoga dalam makalah ini dapat
memberikan wawasan sehingga dapat mencegah terjadinya
kematian karena perdarahan akibat dari retensio plasenta.
Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari
referensi lain tentang retensio plasenta pada kehamilan dan
juga perdarahan untuk diaplikasikan sehingga dapat