Anda di halaman 1dari 27

Psoriasis

Vulgaris
dr. Lilycia Elisabeth
Latar belakang
 Psoriasis berasal dari kata psora yang merupakan
bahasa Yunani, yang berarti sisik.
 Psoriasis merupakan penyakit keradangan pada
kulit yang bersifat kronik dan berulang yang
penyebabnya tidak diketahui dengan pasti,
ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas
tegas, kering diatasnya terdapat skuama yang
kasar, berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abua
atau keperakan, dan disertai dengan fenomena
tetesan lilin, Auspitz dan Koebner.
 Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun
penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik.
Laporan kasus
 Nama : Didit Putra
 Usia : 32 tahun
 JenisKelamin : Pria
 Status Perkawinan : Menikah
 Pekerjaan : Swasta
 Agama : Islam
 Tanggal periksa : 1 November 2016
 Nomor RM : 415157
Anamesa
 Keluhan Utama : Bercak merah di kaki, siku tangan, punggung, dan perut kumat-
kumatan

 Pasien datang ke poli dengan keluhan muncul bercak-bercak merah pada kaki, siku
tangan, punggung, dan perut kumat-kumatan. Pasien menyadarinya saat pasien
menggaruk lesi di tangan karena gatal dan lesi bertambah luas akibat digaruk serta
muncul rasa gatal dan lesi serupa di tempat lainnya. Awalnya hanya sedikit
kemerahan, lama kelamaan menjadi kemerahan yang ditutupi selaput putih yang
susah dibersihkan. Pasien juga mengeluhkan merasa gatal. Gatal ringan dirasakan
sebentar saja dan tidak terlalu mengganggu. Keluhan gatal ini akan dirasakan
bertambah berat oleh munculnya keringat.
 Pasien telah menderita keluhan ini selama 20 tahun dan kumat-kumatan. Bercak
merah awalnya muncul sejak 20 tahun yang lalu pada daerah wajah, berupa
bercak merah yang gatal, lalu bercak menyebar ke punggung, perut, tangan dan
kaki. Bercak dikatakan bertambah jika pasien kecapekan atau stres.
 Pasien sebelumnya rutin berobat ke poli kulit RSSA Malang. Setelah mendapat
pengobatan, lesi dirasakan membaik dan pasien menghentikan pengobatan.
Namun, sejak setahun yang lalu pasien merasakan timbul lesi baru dan kembali
datang untuk berobat.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat alergi obat / makanan: disangkal

 Riwayat Pengobatan
 Pasien biasanya mengolesi bercak dengan
salep inerson.

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Ayah pasien menderita diabetes melitus dan
juga menderita penyakit serupa, namun saat
ini ayah pasien telah meninggal.
Pemeriksaan fisik
KU: tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis GCS 456
Tax: 36,8°C TD: 130/90 mmHg
Nadi: 84 x/m

Kepala/leher dbn, thorax dbn, abdomen


dbn
Status Dermatologis

 Lokasi :trunkus anterior et posterior (dada, perut,


dan punggung), ekstremitas superior inferior dextra
et sinistra.
 Distrubusi :tersebar/generalisata
 Efluoresensi:tampak macula eritematosa mulitple
dengan ukuran bervariasi, berbatas tegas, yang
disertai dengan skuama tebal, kasar, dan berwarna
putih di atasnya. Terdapat fenomena tetesan lilin
yakni jika digores pada lesi yang berskuama, maka
akan timbul warna putih.

Diagnosa
 Psoriasis Vulgaris

 Terapi
 Methotrexate 2x2,5 mg(X)
 Imboost Forte 1x1
 Inerson tube III
Olife farum 30 cc
Mfla, S ue
Tinjauan Pustaka
Definisi
 Psoriasis adalah penyakit autoimun,
bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan, disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner. Skuama tersebut berwarna putih
keabu-abuan atau keperakan dan tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti.
Etiopatogenesis
 Faktor genetik

 Faktor imunologik

Perubahan morfologi pada kulit psoriatik terutama disebabkan oleh


adanya hiperproliferasi dan gangguan diferensiasi keratinosit serta
inflamasi. Gangguan diferensiasi menyebabkan pada lesi psoriasis
stratum granulosum menipis atau menghilang. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya penurunan waktu siklus sel, dimana pada
psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4
hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 4 minggu. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun.

 Faktor pencetus

Trauma pada epidermis atau dermis, infeksi, stress, kelelahan, alkohol


Gambaran Klinik Khas
 Makula atau papula eritematosa yang berbatas tegas
dengan ukuran bervariasi dari lentikuler, numuler, atau
plakat.
 Skuama berlapis-lapis di permukaan dan transparan
keperakan (silverly), yang lekat pada bagian tengah dan
lepas pada tepi lesi.
 Fenomena tetesan lilin (Karsvleek phenomen), yaitu
skuama yang berubah warnanya menjadi putih seperti lilin
apabila digores, oleh karena terjadi perubahan indeks
bias.
 Tanda Auspitz adalah perdarahan bintik yang timbul
karena lapisan epidermis yang begitu tipis sehingga ujung
papilla dermis yang memanjang dan menonjol langsung
terlihat apabila skuama psoriasis dikelupas secara paksa.
 Tempat predileksinya pada scalp, perbatasan daerah
tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor,
terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.
Diagnosis
 Anamnesa dan pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda klinis seperti yang telah

disebutkan di atas.

 Histopatologis, dalam hal ini pemeriksaan patologi anatomi adalah spesifik dan

menentukan kepastian diagnosis psoriasis.

• Akantosis akan disertai pemanjangan rete ridge

• Pemanjangan dan pembesaran papila dermis

• Hiperkeratosis dan parakeratosis

• Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum

• Peningkatan mitosis pada stratum basalis

• Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit

• Mikro abses Munro yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrofil pada stratum

korneum.
Terapi Topikal
 Kortikosteroid
 Kortikosteroid topikal paling poten adalah clobetasol propionate 0,025-0,1%
selama 2 minggu. Preparat ini memberikan hasil yang baik tetapi harganya
mahal

 Ter / Tar (Liquor Carbonic Detergen)


 Sediaan ter 2 – 5% dalam berbagai bahan dasar (lotio, krim, gel, oil bath,
salep) memperlihatkan efektivitas pada psoriasis. Supaya lebih efektif, maka
daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam
salisilat dengan konsentrasi 3 – 5% atau menggunakan 25% ter dalam alkohol,
maupun 5 – 10% ter dalam krim kortikosteroid. Sebagai vehikulum harus
diberikan dalam bentuk salep karena daya penetrasinya lebih baik.
 Ter dapat digunakan sebagai terapi tunggal satu kali sehari (malam hari),
maupun digunakan dengan kombinasi UVB dengan cara dioles minimal 2
jam sebelum difoto atau dioleskan semalam dibiarkan sampai keesokan
paginya dan dicuci dengan mineral atau minyak sayur. Ter juga bisa
digunakan dengan dikombinasikan kortikosteroid sebagai pengganti ter
pada pagi harinya setelah dioleskan dan dibiarkan semalam.
 Dihydroxyanthralin (Anthralin)
 Terapi dapat dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dioleskan semalam
kemudian dibersihkan dengan minyak mineral pagi harinya, cara kedua
dengan pemakaian singkat selama 30 menit dengan dosis awal mencapai 0,5
% lalu perlahan-lahan dosis dinaikan mencapai 4% tetapi setelah dosis
mencapai 1% waktu aplikasi dikurangi. Iritasi yang terjadi minimal dan hasilnya
sangat bagus. Penyembuhan terjadi dalam 3 – 4 minggu.

 Calcipotriol
 Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim 50
mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik
daripada salep betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 – 20%
berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema
dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat
dihentikan.

 Tazaroten
 Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi
dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda
proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk
gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan
steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan
dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa
terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.1
 Terapi dengan sinar UV
 Pada sebagian besar kasus, sinar matahari kuat menyebabkan
perbaikan kondisi psoriasis. Namun, kulit yang mendadak terbakar atau
terkelupas bisa mengakibatkan fenomena Koebner dan eksaserbasi.
Seperti diketahui sinar UV mempunyai efek menghambat mitosis
sehingga baik untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah
penyinaran secara alami tapi sayang tidak dapat diukur dan jika
kelebihan malah akan memperbarat psoriasis. Karena itu digunakan
sinar UV artifisial, diantaranya sinar A atau UVA (320 – 400 nm).

 Emolien Lembut
 Antar periode terapi, perawatan kulit dengan emolien lembut harus
dilakukan guna mencegah terjadinya kekeringan yang bisa
mengakibatkan kekambuhan dan untuk memperpanjang interval
bebas obat
Terapi Sistemik
 Methotrexate (MTX)
 Mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui,
apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek
yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan interval 12
jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak tampak
perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu. Biasanya dengan
dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan.

 Cyclosporin
 Efeknya imunosupresif. Dengan pemakaian klinis menunjukan efektifitas
pada penderita psoriasis tipe plak kronis yang parah jika diberi regimen
dengan dosis rendah (kurang dari 5 mg/kg/ hari).

 DDS
 Diaminodifenilsulfon dipakai sebagai psoriasis tipe barber dengan dosis
2x100 mg sehari. Obat ini merupakan second line atau third line,
tetapi menurut penelitian tidak terlalu efektif.
 Etretinat
 Mengurangi proliferasi sel epidermal. Bulan pertama diberikan
1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan
menjadi 1½ mg/kgbb/hari.1 Efek sampingnya berupa kulit menipis dan
kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan
rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid
darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan
hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
 Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.
Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat.

 Kortikosteroid
 Dapat mengontrol psoriasis yang ekivalennya dengan prednison 20–30
mg/hari. Setelah membaik dosis diturunkan secara perlahan-lahan
kemudian diberikan dosis pemeliharaan.

 Levodopa
 Sebenarnya dipakai untuk penyakit parkinson. Diantara penderita
parkinson yang sekaligus juga penderita psoriasis, maka psoriasisnya akan
membaik dengan pengobatan levodova. Dosis antara 2 x 250 mg – 3 x
500 mg yang mempunyai efek samping mual, muntah, hipertensi, dan
gangguan fisik, juga pada jantung.
Prognosis
 Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi
bersifat kronik dan residif
 Estimasi mendatang pasien ini bahwa sepertiga
sampai dua per tiga akan berkembang menjadi
psoriasis plak kronik. Kenyataannya, psoriasis plak
kronik merupakan kasus penyakit seumur hidup,
interval dari manifestasinya tidak dapat diprediksi.
 Remisi spontan dalam waktu yang bervariasi,
mungkin terjadi pada psoriasis sampai dengan
50% pasien. Penyeban remisi spontan tidak
diketahui, tapi dapat merefleksikan generasi
kesuksesan self-tolerance berdasarkan model
immunologic sel reactivity.
pembahasan
Anamnesa Teori
Bercak merah disertai selaput putih
di siku tangan, punggung, dan Psoriasis adalah penyakit autoimun,
perut kumat-kumatan sejak 20 bersifat kronik dan residif, ditandai
tahun dengan bercak-bercak eritema
berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis-lapis dan transparan,
Riwayat pengobatan di RSSA, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz,
sempat membaik namun kumat dan Kobner
kembali

Ayah pasien menderita keluhan


yang sama. Faktor genetik  Bila orangtuanya tidak
menderita psoriasis, resiko mendapat
psoriasis 12%, sedangkan jika salah
seorang orangtuanya menderita psoriasis
resikonya mencapai 34-39%.
Pemeriksaan fisik Teori

Lokasi : trunkus anterior et posterior Makula atau papula eritematosa yang


(dada, perut, dan punggung), berbatas tegas dengan ukuran bervariasi dari
ekstremitas superior inferior dextra et lentikuler, numuler, atau plakat.
sinistra.
Skuama berlapis-lapis di permukaan dan
transparan keperakan (silverly), yang lekat
pada bagian tengah dan lepas pada tepi
Efluoresensi : tampak macula lesi.
eritematosa mulitple dengan ukuran
bervariasi, berbatas tegas, yang Fenomena tetesan lilin (Karsvleek phenomen),
disertai dengan skuama tebal, kasar, yaitu skuama yang berubah warnanya
dan berwarna putih di atasnya. menjadi putih seperti lilin apabila digores,
Terdapat fenomena tetesan lilin yakni oleh karena terjadi perubahan indeks bias.
jika digores pada lesi yang berskuama,
maka akan timbul warna putih.
Tanda Auspitz adalah perdarahan bintik
yang timbul karena lapisan epidermis yang
begitu tipis sehingga ujung papilla dermis
yang memanjang dan menonjol langsung
Distrubusi : tersebar/generalisata terlihat apabila skuama psoriasis dikelupas
secara paksa. Fenomena ini hanya terdapat
pada psoriasis.
Terapi Teori
Terapi topikal : kortikosteroid, tar, anthralin,
calcipotriol, tazaroten, sinar UV, emolien
Methotrexate 2x2,5 mg
Terapi sistemik : methotrexate, cyclosporin,
etretinat (retinoid), kortikosteroid,
Inerson tube III Olife farum 30 cc Mfla, S ue levodopa, DDS

MTX  mula-mula diberikan tes dosis inisial


Imboost force tab 1x1 5 mg per os untuk mengetahui, apakah
ada gejala sensitivitas atau gejala toksik.
Jika tidak terjadi efek yang tidak
dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg,
dengan interval 12 jam dalam seminggu
dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak
tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg –
5 mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3
x 5 mg per minggu telah tampak
perbaikan

Kortikosteroid topikal paling poten adalah


clobetasol propionate 0,025-0,1% selama 2
minggu.
Kesimpulan
 Psoriasis adalah penyakit autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner, disebabkan faktor genetik, imunologi, dan
pencetus.
 Psoriasis bisa terjadi pada semua umur, umumnya terjadi
pada orang dewasa.
 Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada
tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral.
 Ada dua tipe pengobatan pada penderita psoriasis yaitu
pengobatan sistemik dan pengobatan topical. Dengan
kontrol teratur dapat memberi kesembuhan, walaupun
pada beberapa penderita dapat terjadi penyembuhan
spontan namun dapat juga berlangsung lama (kronis).
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai