Anda di halaman 1dari 11

Evolusi Cekungan dan

Sejarah Pengendapan
CEKUNGAN GORONTALO
Brief Summary of Gorontalo Basin
• Kolisi mesozoik antara mikro-kontinen
Australia dengan Sundaland
• Diikuti oleh stretching (regangan) dari
Sundaland pada Eosen, saat microplate
Lhasa-Sikuleh bertumbukan dengan
Eurasia, pada region Burma-West
Sumatra.
• Tersebar pengendapan platform
karbonat dengan beberapa intrusi yang
berasosiasi dengan proses volkanisme
Oligosen-Miosen Tengah
• Pengendapan karbonat berakhir pada
Akhir Miosen, dikarenakan
bertambahnya suplai pengendapan Gambar 1. Cekungan Gorontalo dalam Peta DEM (Jablonski, 2007)
sedimen klastik.
Permo-Carboniferous – Inisiasi Konfigurasi
Lempeng
• Kerangka tektonik Indonesia Timur pada bagian ini di dukung oleh
konfigurasi microplate.
• Tatanan tektonik mengacu pada model tektonik Halmahera sebagai
Tertiary derived terrain (Hall, 2002 dan Metcalfe 2002 dalam
Jablonski, 2007)
• Fasies fluvio-deltaic dari formasi lapisan merah (red bed) Permo-
Carboniferous mirip dengan batuan di Irian Jaya, yang teridentifikasi
juga di SE Halmahera (Darman dan Hasan, 2000 dalam Jablonski,
2007)
Triassic to Paleocene – Pre break-up
• Tebalnya penampang Pre Break-
Up memperlihatkan konfigurasi
lapisan yang kompleks,
diinterpretasikan sebagai sisa
pemekaran (rifting) terdahulu.
• Terjadi multiple stacked rift.
• Pemisahan blok dimulai saat 205
Ma dan kemudian bertabrakan
dengan Sunda pada Kapur.
• Kemudian sabuk ofiolit
terperangkap di antara dua
lempeng ini.
• Ofiolit yang tersingkap di darat
telah diintrusi oleh Granit Toboli
(Hall, 2002 dalam Jablonski, 2007)
Gambar 2. Tektonostratigrafi pada salah satu penampang Cekungan Gorontalo, memperlihatkan
adanya 2 fase pemekaran (Jablonski, et. al, 2007).
Gambar 3. Rekonstruksi SE Gondwana pada Kapur Akhir (Jablonski et. al, 2007)
Gambar 4. Lintasan seismik pada Cekungan Gorontalo yang menunjukkan adanya kolisi sebelum terjadi
ketidakselarasan (jablonski et. al, 2007).
Eosen Awal-Eosen Tengah (Fase Break-up)
• Berawal dari kolisi antara Mangkalihat/NW Sulawesi dengan NE Sulawesi pada Kapur, kemudian terjadi kolisi
microplate Lhasa-Sikuleh dengan Lempeng Eurasia pada 51.5 Ma (Rowley, 1996 dalam Jablonski, 2007).
• Menyebabkan rotasi clockwise pada region Sundaland dan pembukaan beberapa zona pemekaran (Longley,
1997 dalam Jablonski, 2007).
• Contoh: pembukaan Teluk Bone, Teluk Tomini, Teluk Gorontalo, dan subduksi Lau Sulawesi
• Selama periode ini, berkembang sejumlah endapan fluvio-deltaic yang berpotensi mengandung hidrokarbon
(oil prone).
• Cekungan Gorontalo terbentuk dari dua deposenter sub-cekungan yang diperkirakan berhubungan dengan
pemekaran punggungan Sulawesi daerah utara dan mungkin juga memiliki hubungan dengan Cekungan
Bone di bagian selatan mendekati zona sesar Palu.
• Ketidakselarasan break-up regional terbentuk secara signifikan mengangkat batas pemekaran (rift margin)
dan berkontribusi secara lokal terhadap endapan syn-rift yang tebal yang diendapkan pada deposenter
tersubsiden.
Gambar 5. Rekonstruksi lempeng SE Asia pada Eosen 42,5 Ma (Jablonski et. al, 2007)
Gambar 7. Penampang seismik pada Cekungan Gorontalo yang menunjukkan adanya pensesaran multi-extensional
dengan syn-rift wedges.
Eosen Akhir-Miosen Atas – post-rift thermal
subsidence phase
• Setelah pemekaran
Samudra berhenti, terjadi
rapid thermal subsidence
dan pembentukan platform
karbonat yang luas.
• Sering ditemukan zona
seismik high amplitude
pada platform karbonat

Gambar 8. Rekonstruksi lempeng bagian timur SE Asia pada Oligosen-Miosen. Sebagai hasil dari
kelanjutan subduksi di sepanjang sabuk ofiolit bagian timur Sulawesi, terdapat emplacement dari
batuan intrusi dan source rock-rich fasies batugamping back reef bituminous terendapkan pada
cekungan Lariang (Jablonski et. al, 2007)
Miosen Atas-Resen – post-rift thermal
subsidence phase
• Terjadi pembentukan kerak samudera di Laut Banda (Hinschberger, 2003, 2011 dalam Jablonski, 2007) yang
bertepatan dengan pembentukan kerak Samudra Palau Selatan, bagian barat dari terrain SE Halmahera.
• Platform Miosen yang luas secara cepat berkontraksi dengan reef pinnacles dan proses sedimentasi klastik
mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia Timur.
• Terjadi peningkatan aktivitas tektonik dan memperbaharui pergerakan ke arah barat SE Halmahera, Banggai-
Sula-Obi, Offshore Eastern Sulawesi, dan Offshore Buton menuju area Sulawesi Tengah.
• Terjadi peristiwa kompresi akibat dari pergerakan northward Lempeng Australia, dibuktikan dengan adanya
struktur kolisional sepanjang sabuk ofiolit Eastern Sulawesi, yang ikut membuat struktur kompresi pada
Cekungan Bone

Anda mungkin juga menyukai