2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Bangsa : Indonesia
BAB I
Suku : Jawa
LAPORAN Agama : Islam
KASUS Pekerjaan : Swasta
Status : Sudah Menikah
Alamat : Karanganyar
MRS : 29 April 2019
No RM : 00450869
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis tanggal 1 Mei
2019.
Keluhan utama
Kedua kaki tidak bisa digerakan
Riwayat Penyakit Sekarang
ANAMNESIS Pasien dirawat di bagian Neurologi RSUD Karanganyar karena tidak
bias berjalan akibat kelemahan kedua tungkai yang terjadi secara tiba-
tiba.
1 bulan SMRS pasien mengalami kelemahan kedua tungkai perlahan-
lahan, diawali dengan rasa berat pada kedua tungkai dan tidak bisa
digerakan dan terasa panas di pinggang sejak 1 hari SMRS.
Selain itu, 1 hari SMRS pasien mengeluh kaki tidak berasa ketika
menginjak lantai yang panas, sulit BAB tetapi BAK normal, demam (-).
Kemudian pasien ke tukang pijat tetapi keluhan semakin memberat.
Pasien ada riwayat jatuh dari kandang setinggi 2m dengan posisi
terduduk 1 bulan yang lalu.
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat sakit magh : di sangkal
Riwayat Riwayat hipertensi : disangkal
Penyakit Riwayat kencing manis: disangkal
Lengan atas
Kanan Kiri
Gerakan DBN DBN
Kekuatan otot 5 5
Anggota Tonus
Trofi
+
Eutrofi
+
Eutrofi
Tangan
Kanan Kiri
Gerakan DBN DBN
Kekuatan otot 5 5
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Lengan Lengan Lengan
Lengan Tangan Tangan
atas bawah bawah
atas kiri kanan kiri
kanan kanan kiri
Nyeri DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Termis DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Taktil DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Posisi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Kanan Kiri
Gerakan SDE SDE
Kekuatan otot 2 2
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
Kaki
Kanan Kiri
Gerakan SDE SDE
Kekuatan otot 2 2
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas Patella Achilles
Mendel bachterew - -
Meningeal sign
Kaku kuduk (-) Tes kernig - -
Klonus paha - -
Klonus kaki + +
Tes Laseque: -/-
Tes Naffziger: -/-
Tes Patrick: -/-
Tes Kontra Patrick: -/-
Koordinasi, langkah dan keseimbangan :
Cara berjalan : SDE
Tes romberg : SDE
Ataksia : DBN
Diskiadokinesis : DBN
LANJUTAN.. Dismetri : SDE
Nistagmus : DBN
Gerakan abnormal : SDE
Finger to finger : DBN
Nose finger nose : DBN
Fungsi vegetatif :
Miksi : inkontinensia (-), retensi urin (-),
Defekasi : inkontinensia (+), retensio alvi (-)
Laboratorium
Tanggal 29 April 2019
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S : pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri.
O : KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 150/10 mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN P :
Ekstremitas Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
30 April 2019 A
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam
klinis: paraparese inferior Pregabalin 150 2 x 1
Topis: paraparese spastik UMN Kaltrofen 2 x 1
Etiologis: Myelitis transversal Fisioterapi
Ro Thorax
CT Scan Thoracolumbal
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- +/+
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 130/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
A
klinis: paraparese inferior
Topis: paraparese spastik UMN
Etiologis: Myelitis transversal MSCT Thoracolumbal: (Th11-L5)
P :
Spondilosis Lumbalis
1 MEI 2019
Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
RO Thorax:
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam Cor: cardiomegali
Pregabalin 150 2 x 1
Kaltrofen 2 x 1 Pulmo: DBN
Fisioterapi
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 180/110 mmHg RR : 20 x/menit
N : 111 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
A
klinis: paraparese inferior
Topis: paraparese spastik UMN
Etiologis: Myelitis transversal
2 MEI 2019 P
:
Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam
Pregabalin 150 2 x 1
Kaltrofen 2 x 1
Fisioterapi
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan
panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 100/70mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
A
klinis: paraparese inferior
Topis: paraparese spastik UMN
Etiologis: Myelitis transversal
P :
3 MEI 2019
Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam
Pregabalin 150 2 x 1
Kaltrofen 2 x 1
Fisioterapi
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri
dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit
N : 111 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
A
klinis: paraparese inferior
Topis: paraparese spastik UMN
Etiologis: Myelitis transversal
P :
4 MEI 2019 Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam
Pregabalin 150 2 x 1
Kaltrofen 2 x 1
Fisioterapi
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
Mielitis Transversalis (MT) adalah suatu proses inflamasi akut yang
BAB II mengenai suatu area fokal di medula spinalis dengan karakteristik
klinis adanya perkembangan baik akut atau sub akut dari tanda
TINJAUAN dan gejala disfungsi neurologis pada saraf motorik, sensorik dan
PUSTAKA otonom dan traktus saraf di medula spinalis2
kasus terbanyak terjadi pada umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun.
Insidensi meningkat sebanyak 24,6 juta kasus per tahunnya
sindroma klinis MT merupakan hasil dari rusaknya jaringan saraf
yang disebabkan oleh agen infeksius atau oleh sistem imun,
ataupun keduanya
rubella, campak, infeksi mononucleosis, influenza, enterovirus,
mikoplasma atau hepatitis A, B, dan C.
Patogen lainnya yaitu virus herpes (CMV, VZV, HSV1, HSV2,
Etiologi HHV6, EBV), HTLV-1, HIV-1 yang langsung menginfeksi medulla
spinalis dan menimbulkan gejala klinis MT.
Borrelia burgdorferi (Lyme neuroborreliosis) dan Treponema
pallidum (sifilis) juga dikaitkan dengan infeksi langsung SSP dan
MT1.
Mielitis transversalis akut post-vaksinasi
MTA Parainfeksi
Patogenesis Mimikri molekuler
Microbial superantigen-mediated inflammation
Abnormalitas Humoral
Disfungsi neurologi pada saraf motorik, sensoris dan otonom dan
traktus saraf di medula spinalis baik akut maupun subakut.
Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang berlangsung
Manifestasi progresif cepat, dimulai dari kaki dan sebagai tambahan dapat
juga diikuti keterlibatan tangan
Klinis Parastesia merupakan tanda awal yang paling umum myelitis
transversalis
peningkatan urinary urgency, inkontinesia urin dan alvi (kesulitan
atau tak dapat buang air), pengosongan yang tidak sempurna atau
konstipasi perut
Inclusion criteria
1) Perkembangan disfungsi sensorik, motorik atau otonom yang disebabkan oleh sumsum tulang belakang
2) Tanda atau gejala bilateral (meskipun tidak harus simetris)
3) Level sensorik yang jelas
4) Pengecualian etiologi tekan aksial ekstra dengan neuroimaging (MRI atau mielografi; CT tulang belakang
tidak memadai)
5) Peradangan dalam sumsum tulang belakang ditunjukkan oleh CSF pleocytosis atau peningkatan indeks IgG
Tabel 2.1. Kriteria Diagnostik
atau peningkatan gadolinium. Jika tidak ada kriteria inflamasi terpenuhi pada onset gejala, ulangi evaluasi
Mielitis Transversalis
MRI dan LP antara 2 dan 7 hari setelah onset gejala memenuhi kriteria
Diagnosis 6) Perkembangan menjadi nadir antara 4 jam dan 21 hari setelah timbulnya gejala (jika pasien bangun dengan
gejala, gejala harus menjadi lebih jelas dari titik pencerahan)
Kriteria pengecualian
1) Sejarah radiasi sebelumnya ke tulang belakang dalam 10 tahun terakhir
2) Defisit klinis distribusi arteri yang jelas konsisten dengan trombosis arteri spinal anterior
3) Rongga aliran abnormal pada permukaan medula spinalis konsisten dengan AVM
4) Bukti serologis atau klinis penyakit jaringan ikat (sarkoidosis, penyakit Behcet, sindrom Sjogren, SLE,
gangguan jaringan ikat campuran, dll. A)
5) Manifestasi SSP dari sifilis, penyakit Lyme, HIV, HTLV-1, mikoplasma, infeksi virus lainnya (mis. HSV-1,
HSV-2, VZV, EBV, CMV, HHV-6, enterovirus) a
6) (a) Kelainan MRI otak menunjukkan MSa
7) (B) Sejarah neuritisa optik jelas secara klinis
Inflamasi Non-Inflamasi