Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 38TAHUN DENGAN


PARAPARESE INFERIOR, MYELITIS
TRANSVERSA
Pembimbing :
dr. Listyo AsistPujariniM. Sc, Sp. S
dr. Eddy Rahardjo Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU SARAF


Efa Anggraini, S. Ked
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
J510170019
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
 IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. S
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 38 tahun
 Bangsa : Indonesia
BAB I
 Suku : Jawa
LAPORAN  Agama : Islam
KASUS  Pekerjaan : Swasta
 Status : Sudah Menikah
 Alamat : Karanganyar
 MRS : 29 April 2019
 No RM : 00450869
 Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis tanggal 1 Mei
2019.
 Keluhan utama
 Kedua kaki tidak bisa digerakan
 Riwayat Penyakit Sekarang
ANAMNESIS  Pasien dirawat di bagian Neurologi RSUD Karanganyar karena tidak
bias berjalan akibat kelemahan kedua tungkai yang terjadi secara tiba-
tiba.
 1 bulan SMRS pasien mengalami kelemahan kedua tungkai perlahan-
lahan, diawali dengan rasa berat pada kedua tungkai dan tidak bisa
digerakan dan terasa panas di pinggang sejak 1 hari SMRS.
 Selain itu, 1 hari SMRS pasien mengeluh kaki tidak berasa ketika
menginjak lantai yang panas, sulit BAB tetapi BAK normal, demam (-).
 Kemudian pasien ke tukang pijat tetapi keluhan semakin memberat.
Pasien ada riwayat jatuh dari kandang setinggi 2m dengan posisi
terduduk 1 bulan yang lalu.
 Riwayat kejang : disangkal
 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat sakit magh : di sangkal
Riwayat  Riwayat hipertensi : disangkal
Penyakit  Riwayat kencing manis: disangkal

Dahulu  Riwayat asma : disangkal


 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat  Riwayat hipertensi : disangkal
Penyakit  Riwayat kencing manis : disangkal

Keluarga  Riwayat batuk lama : disangkal


 Riwayat asma : disangkal
 Sistem Serebrospinal : nyeri kepala (-), penurunan kesadaran (-),
perubahan tingkah laku (-), wajah merot (-),
bicara pelo (-).
 Sistem Kardiovaskuler : Riwayat hipertensi (-), riwayat sakit jantung
(-), nyeri dada (-).
Anamnesis  Sistem Respirasi : Sesak napas (-), batuk (-), riwayat
Sistem sesak napas (-).
 Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), sulit BAB (-).
 Sistem Muskuloskeletal : Kelemahan anggota gerak bawah (+) kanan
dan kiri.
 Sistem Integumen : Ruam merah (-), gatal (-)
 Sistem Urogenital : BAK (-)
 Pasien tidak bias berjalan akibat kelemahan kedua
tungkai yang terjadi secara tiba-tiba.
 1 bulan SMRS pasien mengalami kelemahan kedua
RESUME tungkai perlahan-lahan, diawali dengan rasa berat
ANAMNESIS pada kedua tungkai dan tidak bisa digerakan dan
terasa panas di pinggang sejak 1 hari SMRS.
 Selain itu, 1 hari SMRS pasien mengeluh kaki tidak
berasa ketika menginjak lantai yang panas, sulit BAB.
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4M6V5
PEMERIKSAAN  Status Gizi : cukup
FISIK  Vital sign
 TD : 180/110 mmHg
 Nadi : 111 x/menit, irama regular
 RR : 18 x/menit
 Suhu : 36,70 C
 SpO2 : 99 %
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm).
 Telinga : Sekret (-/-), hiperemis (-/-), nyeri tekan (-/-)
Status  Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum
deviasi (-/-)
Generalis  Mulut : Bibir sianosis (-), karies dentis (-), lidah kotor (-)
 Leher : Simetris, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal)
 Thorax :

Paru Hasil pemeriksaan

Inspeksi Dinding dada simetris, pergerakan dinding dada simetris,


tidak ada retraksi, tidak ada pelebaran sela iga
Palpasi Fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi Sonor di paru kanan dan paru kiri, batas paru-hepar pada SIC
V line midclavicula dextra
Auskultasi Terdengar suara dasar vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing Ekstremitas :
(-/-).
Atas : Oedem (-/-), CRT (<2 dtk), Akral dingin (-/-)
Jantung Hasil pemeriksaan
Bawah : Oedem (-/-), CRT(< 2 dtk), Akral dingin (-/-)
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi Ictus cordis teraba tidak kuat angkat.

Perkusi Batas Jantung :


Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II linea sternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II linea sternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi HR : 111x/menit. BJ I/II regular, bising sistolik (-), dan bising
diastolik (-).
 Kesadaran : Compos Mentis
 Kuantitatif : GCS (E4V5M6)
 Kualitatif :
 Cara berpikir : BDN
 Perasaan hati : BDN
Status  Orientasi : BDN
Neurologis  Tingkah laku : BDN
 Daya ingat : BDN

 Sikap Tubuh : Simetris


 Gerakan Abnormal :-
 Cara berjalan : SDE
Nervus Pemeriksaan Dextra Sinistra
N. I. Olfaktorius Daya penghidu DBN DBN
N. II. Optikus Daya penglihatan DBN DBN
Pengenalan warna DBN DBN
Lapang pandang DBN DBN
N. III. Okulomotor Ptosis - -
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas + +
Gerakan mata ke bawah + +
Pemeriksaan Ukuran pupil
 Pemeriksaan Saraf Kranial
±3 mm ±3 mm

Saraf Kranial Bentuk pupil


Refleks cahaya langsung
Bulat
+
Bulat
+
Refleks cahaya konsensual + +
N. IV. Troklearis Strabismus divergen - -
Gerakan mata ke lat-bwh + +
Strabismus konvergen - -
N. V. Trigeminus Menggigit DBN DBN
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka DBN DBN
Refleks kornea DBN DBN
Trismus DBN DBN
N. VII. Fasialis Kedipan mata + +
Lipatan nasolabial Simetris
Sudut mulut Simetris
Mengerutkan dahi DBN DBN
Menutup mata + +
Meringis DBN DBN
Menggembungkan pipi DBN DBN
Daya kecap lidah 2/3 ant DBN
N. VIII. Vestibulokoklearis Mendengar suara bisik DBN DBN
Mendengar bunyi arloji DBN DBN
Tes Rinne DBN DBN
Tes Schwabach DBN DBN
Tes Weber DBN DBN
N. IX. Glosofaringeus Arkus faring DBN DBN
Daya kecap lidah 1/3 post DBN
Refleks muntah DBN
Sengau DBN
Tersedak DBN
N. X. Vagus Denyut nadi 82 x/menit
Arkus faring DBN DBN
Bersuara +
Menelan +
N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala DBN DBN
Sikap bahu DBN DBN
Mengangkat bahu DBN DBN
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII. Hipoglossus Sikap lidah DBN
Artikulasi DBN
Tremor lidah DBN
 Inspeksi : tidak ada kelainan
 Palpasi : tidak ada kelainan

Lengan atas
Kanan Kiri
Gerakan DBN DBN
Kekuatan otot 5 5

Anggota Tonus
Trofi
+
Eutrofi
+
Eutrofi

gerak atas Lengan bawah


Kanan Kiri
Gerakan DBN DBN
Kekuatan otot 5 5
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi

Tangan
Kanan Kiri
Gerakan DBN DBN
Kekuatan otot 5 5
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Lengan Lengan Lengan
Lengan Tangan Tangan
atas bawah bawah
atas kiri kanan kiri
kanan kanan kiri
Nyeri DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Termis DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Taktil DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Posisi DBN DBN DBN DBN DBN DBN

LANJUTAN.. Biceps Triceps


Reflek fisiologi +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
 Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
Tungkai atas
Kanan Kiri
Gerakan SDE SDE

Anggota Kekuatan Otot


Tonus
2
+
2
+

gerak bawah Trofi Eutrofi


Tungkai bawah
Eutrofi

Kanan Kiri
Gerakan SDE SDE
Kekuatan otot 2 2
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi

Kaki
Kanan Kiri
Gerakan SDE SDE
Kekuatan otot 2 2
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas Patella Achilles

Reflek fisiologi -/- -/-


Tungka
Tungkai Tungkai
Tungkai i Kaki Reflek Patologi Kanan Kiri
atas bawah Kaki kiri
atas kiri bawah kanan Babinski - -
kanan kiri
kanan
Chaddock - -

Nyeri Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Oppenheim - -

Termis Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Gordon - -

Taktil Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Hipo Schaeffaer - -


Posisi DBN DBN DBN DBN DBN DBN Rossolimo - -

Mendel bachterew - -
Meningeal sign
Kaku kuduk (-) Tes kernig - -

Brudzinski I (-) Tes o’connel - -

Brudzinski II (-) Laseque - -

Brudzinski III (-) Tes patrick - -

Brudzinski IV (-) Tes kontra patrick - -


Tanda kernig (-) Tes gaenselen - -

Klonus paha - -

Klonus kaki + +
 Tes Laseque: -/-
 Tes Naffziger: -/-
 Tes Patrick: -/-
 Tes Kontra Patrick: -/-
 Koordinasi, langkah dan keseimbangan :
 Cara berjalan : SDE
 Tes romberg : SDE
 Ataksia : DBN
 Diskiadokinesis : DBN
LANJUTAN..  Dismetri : SDE
 Nistagmus : DBN
 Gerakan abnormal : SDE
 Finger to finger : DBN
 Nose finger nose : DBN
 Fungsi vegetatif :
 Miksi : inkontinensia (-), retensi urin (-),
 Defekasi : inkontinensia (+), retensio alvi (-)
Laboratorium
Tanggal 29 April 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 13,9 14,0 - 17,5 g/dl


Leukosit 5.18 4,4-11,3 10^3/uL
Eritrosit 4.80 4,5-5,9 10^3/uL
Hematokrit 41.2 40-52 %

PEMERIKSAAN Trombosit 166 136-380 10^3/uL


MCV 83.5 82-92 fL
PENUNJANG MCH 27.7 28-33 Pg
MCHC 30,7 32-37 g/dl
RDW 13,2 10-15 %
GDS 97 70-150 MG/DL
Neutrofil% 72,5 50-70 %
Limfosit% 20,5 25-40 %
Monosit% 6,1 3-9 %
Eosinofil% 0,7 0,5-5 %
Basofil% 0,2 0-1 %
 MSCT Thoracolumbal: (Th11-L5)
 Spondilosis Lumbalis
Radiologi  RO Thorax:
 Cor: cardiomegali
 Pulmo: DBN
 Diagnosis Klinis : Paraparese inferior dextra et sinistra
DIAGNOSIS  Diagnosis Topis : Paraparese spastik UMN L1-L2
 Diagnosis Etiologi : Myelitis Transversa
Terapi Farmakologis:
 Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam
 Pregabalin 150 2 x 1
 Kaltrofen 2 x 1
 Terapi Non-farmakologis:
 Fisioterapi
PENATALAKSANAAN
 Monitoring
 Keadaan umum
 Tanda vital
 GCS
 Defisit neurologis
 Edukasi
 Menjelaskan penyakit kepada keluarga pasien, meliputi definisi,
etiologi, gejala, dan terapi
 Motivasi keluarga tentang prognosis pasien
 Death : ad bonam
 Disease : dubia ad bonam
PROGNOSIS  Disability : dubia ad malam
 Discomfort : dubia ad malam
 Dissatisfaction : dubia ad malam
29 April 2019
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 180/110 mmHg RR : 20 x/menit
N : 111 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
 A : klinis: paraparese inferior
 Topis:
 Etiologis: myelitis transversal
FOLLOW UP  P :
 Inf. RL 20 tpm
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam
 Pregabalin 150 2 x 1

Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S : pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri.
O : KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 150/10 mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN P :
Ekstremitas Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
30 April 2019 A
Inj mecobalamin 500/12jam
Inj Ranitidin 1A/12jam
klinis: paraparese inferior Pregabalin 150 2 x 1
Topis: paraparese spastik UMN Kaltrofen 2 x 1
Etiologis: Myelitis transversal Fisioterapi
Ro Thorax
CT Scan Thoracolumbal
Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- +/+
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 130/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
 A
 klinis: paraparese inferior
 Topis: paraparese spastik UMN
 Etiologis: Myelitis transversal MSCT Thoracolumbal: (Th11-L5)
 P :
Spondilosis Lumbalis
1 MEI 2019 

Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
RO Thorax:
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam Cor: cardiomegali
 Pregabalin 150 2 x 1
 Kaltrofen 2 x 1 Pulmo: DBN
 Fisioterapi

Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 180/110 mmHg RR : 20 x/menit
N : 111 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
 A
 klinis: paraparese inferior
 Topis: paraparese spastik UMN
 Etiologis: Myelitis transversal

2 MEI 2019  P

:
Inf. RL 20 tpm
 Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam
 Pregabalin 150 2 x 1
 Kaltrofen 2 x 1
 Fisioterapi

Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri dan
panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 100/70mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
 A
 klinis: paraparese inferior
 Topis: paraparese spastik UMN
 Etiologis: Myelitis transversal
 P :
3 MEI 2019 

Inf. RL 20 tpm
Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam
 Pregabalin 150 2 x 1
 Kaltrofen 2 x 1
 Fisioterapi

Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
S: pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa digerakan, punggung nyeri
dan panas,
O: KU/Kesadaran : sedang / E4M6V5
TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit
N : 111 x/menit S : 36,6oC
Status generalis : DBN
Nervus cranialis : DBN
A
 klinis: paraparese inferior
 Topis: paraparese spastik UMN
 Etiologis: Myelitis transversal
P :
4 MEI 2019  Inf. RL 20 tpm
 Inj Amoxicilin 1 gr/8jam
 Inj mecobalamin 500/12jam
 Inj Ranitidin 1A/12jam
 Pregabalin 150 2 x 1
 Kaltrofen 2 x 1
 Fisioterapi

Anggota gerak
K.O T Tr klonus klonus RF RP
5 5 + - - - - - -/- +/+ -/-
2 2 + + + + + + +/+ -/- -/-
 Mielitis Transversalis (MT) adalah suatu proses inflamasi akut yang
BAB II mengenai suatu area fokal di medula spinalis dengan karakteristik
klinis adanya perkembangan baik akut atau sub akut dari tanda
TINJAUAN dan gejala disfungsi neurologis pada saraf motorik, sensorik dan
PUSTAKA otonom dan traktus saraf di medula spinalis2
 kasus terbanyak terjadi pada umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun.
Insidensi meningkat sebanyak 24,6 juta kasus per tahunnya
 sindroma klinis MT merupakan hasil dari rusaknya jaringan saraf
yang disebabkan oleh agen infeksius atau oleh sistem imun,
ataupun keduanya
 rubella, campak, infeksi mononucleosis, influenza, enterovirus,
mikoplasma atau hepatitis A, B, dan C.
 Patogen lainnya yaitu virus herpes (CMV, VZV, HSV1, HSV2,
Etiologi HHV6, EBV), HTLV-1, HIV-1 yang langsung menginfeksi medulla
spinalis dan menimbulkan gejala klinis MT.
 Borrelia burgdorferi (Lyme neuroborreliosis) dan Treponema
pallidum (sifilis) juga dikaitkan dengan infeksi langsung SSP dan
MT1.
 Mielitis transversalis akut post-vaksinasi
 MTA Parainfeksi
Patogenesis  Mimikri molekuler
 Microbial superantigen-mediated inflammation
 Abnormalitas Humoral
 Disfungsi neurologi pada saraf motorik, sensoris dan otonom dan
traktus saraf di medula spinalis baik akut maupun subakut.
 Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang berlangsung
Manifestasi progresif cepat, dimulai dari kaki dan sebagai tambahan dapat
juga diikuti keterlibatan tangan
Klinis  Parastesia merupakan tanda awal yang paling umum myelitis
transversalis
 peningkatan urinary urgency, inkontinesia urin dan alvi (kesulitan
atau tak dapat buang air), pengosongan yang tidak sempurna atau
konstipasi perut
Inclusion criteria
1) Perkembangan disfungsi sensorik, motorik atau otonom yang disebabkan oleh sumsum tulang belakang
2) Tanda atau gejala bilateral (meskipun tidak harus simetris)
3) Level sensorik yang jelas
4) Pengecualian etiologi tekan aksial ekstra dengan neuroimaging (MRI atau mielografi; CT tulang belakang
tidak memadai)
5) Peradangan dalam sumsum tulang belakang ditunjukkan oleh CSF pleocytosis atau peningkatan indeks IgG
Tabel 2.1. Kriteria Diagnostik
atau peningkatan gadolinium. Jika tidak ada kriteria inflamasi terpenuhi pada onset gejala, ulangi evaluasi
Mielitis Transversalis
MRI dan LP antara 2 dan 7 hari setelah onset gejala memenuhi kriteria

Diagnosis 6) Perkembangan menjadi nadir antara 4 jam dan 21 hari setelah timbulnya gejala (jika pasien bangun dengan
gejala, gejala harus menjadi lebih jelas dari titik pencerahan)
Kriteria pengecualian
1) Sejarah radiasi sebelumnya ke tulang belakang dalam 10 tahun terakhir
2) Defisit klinis distribusi arteri yang jelas konsisten dengan trombosis arteri spinal anterior
3) Rongga aliran abnormal pada permukaan medula spinalis konsisten dengan AVM
4) Bukti serologis atau klinis penyakit jaringan ikat (sarkoidosis, penyakit Behcet, sindrom Sjogren, SLE,
gangguan jaringan ikat campuran, dll. A)
5) Manifestasi SSP dari sifilis, penyakit Lyme, HIV, HTLV-1, mikoplasma, infeksi virus lainnya (mis. HSV-1,
HSV-2, VZV, EBV, CMV, HHV-6, enterovirus) a
6) (a) Kelainan MRI otak menunjukkan MSa
7) (B) Sejarah neuritisa optik jelas secara klinis
Inflamasi Non-Inflamasi

Kompresi Penyakit Demielinisasi


 Osteofit  sklerosis multiple
 Diskus  optik neuromyelitis
 Metastasis  ensefalomyelitis diseminata akut
 trauma  myelitis transversalis akut idiopatik
Diagnosis
Banding Tumor Infeksi
 Virus: coxsackie, mumps, varicella,
CMV
 Tuberculosis
 Mikoplasma
Sindrom Paraneolastik Penyakit inflamasi
 Lupus eritematosus sistemik
 Neurosarkoidosis
 MRI
Pemeriksaan  CT-myelografi
Penunjang  Punksi Lumbal
 Kultur CSF, PCR, titer antibodi
 Pemeriksaan Lainnya
 Kortikosteroid merupakan terapi lini pertama.
 Terapi dengan plasma exchange bermanfaat pada pasien yang
tidak respon dengan pemberian kortikosteroid
 Pemberian heparin low-moleculer weigth sebagai profilaksis untuk
Penatalaksanaan thrombosis vena dalam dianjurkan untuk pasien dengan
imobilisasi Kelemahan Otot dan Komplikasi Imobilisasi
 Nyeri neuropatik merespon baik dengan agen antikonvulsan,
obat-obatan anti-depressan (tricyclic antidepressants dan reuptake
inhibitors of serotonin dan norepinefrin), NSAIDS, dan narkotik4.
 Pemulihan harus dimulai dalam enam bulan, dan kebanyakan
pasien menunjukkan pemulihan fungsi neurologinya dalam 8
Prognosis minggu.
 Pemulihan mungkin terjadi cepat selama 3–6 minggu setelah
onset dan dapat berlanjut walaupun dapat berlangsung dengan
lebih lambat sampai 2 tahun.
 Diagnosis Myelitis transversa ditegakkan berdasarkan dari
keluhan pasien yaitu kedua kaki tidak bisa digerakan dan nyeri
pada punggung. Gambaran klinis pada penderita myelitis
transversa pada umumnya Kelemahan otot atau paralisis kedua
lengan atau kaki, Nyeri, Kehilangan rasa pada kaki dan jari – jari
BAB III kaki dan Disfungsi kandung kemih dan buang air besar.
PEMBAHASAN  Kemudian dibutuhkan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang
dalam penegakan diagnosis. Pemeriksaan radiologi tersebut
meliputi pemeriksaan foto torak, pemeriksaan mielografi,
pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi, pemeriksaan
MRI dan Kultur CSF, PCR, titer antibodi
 Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi untuk
menghambat progresivitas dan mempercepat perbaikan klinis.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai