Anda di halaman 1dari 58

Oleh : Hukum

Tata
Alfiani Gistyaning Putri (04)
Andi Alfian S (06)
Dara Safira Mazaya (10)

Negara
Faliq Raziqin (14)
Kurnia Laili (22)
Nila Nur Mufidah (28)
Sunu Pradoto Bawono Aji (35)
Kenaz Filiane (20)
Pengertian HTN
*
– Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan suatu
negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut. Sehubungan
dengan itu dalam lingkungan Hukum Ketatanegaraan dikenal berbagai istilah yaitu :
 Di Belanda umumnya memakai istilah “staatsrech” yang dibagi menjadi staatsrech in ruimere
zin (dalam arti sempit) dan staatsrech In engere zin (dalam arti luas). Staatsrech in ruimere
zin adalah Hukum Negara. Sedangkan staatsrech in engere zin adalah hukum yang
membedakan Hukum Tata Negara dari Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Usaha Negara
atau Hukum Tata Pemerintah.
 Di Inggris pada umumnya memakai istilah “Contitusional Law”, penggunaan istilah tersebut
didasarkan atas alasan bahwa dalam Hukum Tata Negara unsur konstitusi yang lebih menonjol.
 Di Perancis orang mempergunakan istilah “Droit Constitutionnel” yang di lawankan dengan
“Droit Administrative”, dimana titik tolaknya adalah untuk membedakan antara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Aministrasi Negara.
 Sedangkan di Jerman mempergunakan istilah Verfassungsrecht: Hukum Tata Negara
dan Verwassungsrecht: Hukum Administrasi negara.
Ruang Lingkup Hukum Tata Negara

– Ruang Lingkup Hukum Tata Negara Kajian atau 6. Garis-garis besar tentang organisasi pelaksana ( peradilan,
pembahasan dalam ilmu hukum tata negara menyangkut pemerintahan, perundangan)
persoalan atau masalah kenegaraan yang dibahas oleh 7. Wilayah Negara ( darat, laut, udara)
Hukum Tata Negara, yaitu: 8. Hubungan antara rakyat dengan Negara ( abdi Negara, hak dan
kewajiban rakyat sebagai perorangan/ golongan, cara-cara
– Struktur Umum dari Negara sebagai organisasi, yaitu:
pelaksanaan hak dan menjamin hak dan sebagainya)
1. Bentuk Negara ( Kesatuan atau Federasi ) 9. Cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan ( hak politik,
sistem perwakilan, Pemilihan Umum, referendum, sistem
2. Bentuk Pemerintahan ( Kerajaan atau Republik )
kepartaian/ penyampaian pendapat secara tertulis dan lisan)
3. Sistem Pemerintahan ( Presidentil, Parlementer, Monarki 10. Dasar Negara ( arti Pancasila, hubungan Pancasila dengan kaidah-
absolute) kaidah hukum, hubungan Pncasila dengan cara hidup mengatur
4. Corak Pemerintahan ( Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, masyarakat, sosial, ekonomi, budaya dan berbagai paham yang ada
dalam masyarakat.
Demokrasi)
11. Ciri-ciri lahir dan kepribadian Negara ( Lagu Kebangsaan, Bahsa
5. Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara ( Desentralisasi, Nasional, Lambang, Bendera dan sebagainya )
meliputi jumlah, dasar, cara dan hubungan antara pusat dan
daerah)
– Badan-badan Ketatanegaraan yang mempunyai – Pengaturan Kehidupan Politik Rakyat, yaitu:
kedudukan dalam organisasi Negara ( MPR, DPR, 1. Jenis, penggolongan dan jumlah partai politik didalam
DPD, Presiden, BPK, MA,MK,KY) yaitu menyangkut Negara dan ketentuan hukum yang mengaturnya.
masalah :
2. Hubungan antara kekuatan-kekuatan politik dengan badan-
1. Cara pembentukannya ( Pengangkatan, Pemilihan) badan ketatanegaraan.
2. Susunan masing-masing badan ( Jumlahjenis 3. Kekuatan politik dan pemilihan umum
anggota dan pembagian tugas )
4. Arti dan kedudukan golongan kepentingan
3. Tugas dan wewenang masing-masing badan
5. Arti kedudukan dan peranan golongan penekan.
4. Cara kerjanya masing-masing badan.
6. Pencerminan pendapat ( perbedaan pendapat dalam
5. Perhubungan kekuasaan antara badan masyarakat, ajaran politik, perbedaan pendapat didalam
6. Masa Jabatan badan-badan ketatanegaraan)
7. Badan-badan lain 7. Cara kerjasama antara kekuatan-kekuatan politik ( koalisi,
oposisis, kerjasama atas dasar kerukunan).
KEKUASAAN EKSEKUTIF
*
Menurut Wynes, bahwa sebagai kekuasaan dalam Negara yang melaksanakan UU,
menyelenggarakan urusan pemerintah, dan mempertahankan tata tertib dan
keamanan, baik di dalam maupun luar Negeri.
DEFINISI EKSEKUTIF

Kekuasaan Negara
Bagian dari Trias Politika yang menjalankan
serta membuat UU
atau kebijakan

Core of Government
(Pusat atau inti
pemerintah).
BADAN EKSEKUTIF DI INDONESIA

Presiden/Wakil Presiden,
Menjalankan fungsi Dewan Pertimbangan
Governing Bodies pemerintahan harian Presiden, Kementerian
negara secara langsung. Negara, dan Pemerintah
Daerah.

Menjalankan fungsi Elemen militer (Tentara


Support Bodies dukungan terhadap Nasional Indonesia) dan
Governing Bodies lembaga Kepolisian Negara
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Presiden memegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif) berdasarkan konstitusi. Dalam


melakukan tugas tersebut, presiden dibantu wakil presiden. Presiden juga berhak
mengajukan rancangan Undang-undang kepada DPR. Selain itu, Presiden juga memiliki
kewenangan untuk menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan Undang-undang.
Presiden dengan persetujuan DPR dapat menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
Selain itu, Presiden juga memiliki hak untuk memberi grasi dan rehabilitasi
dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
Presiden juga memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
Gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya juga diberikan Presiden kepada
individu maupun kelompok yang diatur dengan undang-undang.
KEMENTRIAN REPUBLIK
INDONESIA

Menteri adalah pembantu presiden. Ia diangkat dan diberhentikan oleh


presiden untuk suatu tugas tertentu. Kementrian di Indonesia dibagi ke dalam 3
kategori yaitu Kementerian Koordinator, Kementrian Departemen, dan Kementrian
Negara.
LEMBAGA SETINGKAT MENTERI

Lembaga Setingkat Menteri adalah lembaga-lembaga yang secara hukum


berada di bawah Presiden. Namun, lembaga ini memiliki karakteristik tugas khas
yang membutuhkan tata cara pengurusan tersendiri. Di Indonesia, lembaga setingkat
menteri terdiri atas:
 Sekretaris Kabinet
 Kejaksaan Agung
 Tentara Nasional Republik Indonesia
 Kepolisian Negara Republik Indonesia
LPND ( LEMBAGA PEMERINTAH
NON DEPARTEMEN)

LPND mirip dengan kementrian departemen, akan tetapi lebih sempit


wilayah yang dibidangi dan biasanya dikepalai oleh seorang Kepala. LPND yang
dikenal di Indonesia adalah :
 Arsip Nasional Republik Indonesia
 Badan Intelijen Negara
 Badan Kepegawaian Negara
 Dll
BUMN (BADAN USAHA MILIK
NEGARA)

Badan Usaha Milik Negara merupakan lembaga usaha bernuansa profit


yang dikelola oleh negara. Targetnya adalah pencapaian keuntungan guna mengisi
kas negara dan membiayai keuangan lembaga-lembaga negara
DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

Wantimpres adalah suatu dewan yang terdiri atas 9 orang yang fungsinya
memberikan nasihat kepada presiden sehubungan dengan suatu permasalahan.
Dewan Pertimbangan Presiden ini berada di bawah Presiden, sesuai Pasal 2 UU
No.19 tahun 2006. Pemberian nasihat yang dilakukan Wantimpres bersifat wajib,
baik diminta ataupun tidak oleh Presiden.
Pengertian dan Tugas Badan
* Legeslatif
– Legislatif adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, kongres, dan asembli
nasional.
– Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif.
– Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama
dan bebas dari eksekutif.
– Selain menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk
menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya.
Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.
– MPR yang keanggotaannya adalah gabungan dari DPR danDPD mempunyai
tugas dan wewenang dalah hal legeslatif untuk mengubah dan menetapkan
UUD.
MPR

– Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau  Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden
cukup disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
MPR-RI atau MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem  Memilih wakil presiden dari dua .calon yang diajukan
ketatanegaraan Indonesia. presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden
dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu
– MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu enam puluh hari;
 Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;  Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya
 Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari
pemi-lihan umum, dalam sidang paripurna MPR; dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah calon presiden dan waki1 presidennya meraih suara
Konstitusi untuk memberhentikan presiden dan/atau wakil terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
presiden dalam masa jabatannya setelah presiden daniatau sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-
wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
penjelasan di dalam sidang paripuma MPR,  Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
DPR

– DPR adalah lembaga negara sebagai lembaga perwakilan. DPR merupakan


lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPR
beranggotakan para wakil rakyat dari partai politik yang dipilih melalui
pemilihan umum. Seluruh anggota Dewan Perwakilan kakyat menjadi anggota
MPR.
– DPR mempunyai fungsi:
1. legislasi, yaitu membentuk undang-undang;
2. anggaran, yaitu menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanjat Negara;
3. pengawasan, yaitu mengawasi jalannya pemerintahan.
Tugas dan Wewenang DPR

Tugas dan wewenang DPR adalah


1. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama;
2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pen.Gganti ufidang-undang,
3. Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan S mengikutsertakannya dalam pembahasan,
4. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
5. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, anggaran pendapatan dan belanja negara,
serta kebijakan pemerintah;
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembent-ukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan
agama;
Tugas dan Wewenang DPR

8. Memilih anggota badan pemeriksa keuangan dengan mem-perhatikan pertimbangan DPD;


9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara .Yang disampaikan oleh
badan pemeriksa keuangan,
10. Memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota komisi yudisial; memberikan
persetujuan calon hakim ague ng yang diusulkan komisi yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden;
11. Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada presiden untuk ditetapkan;
12. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan
memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi;
13. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain, serta membuat perjanjian intemasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau pembentukan undang-undang;
14. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
15. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-undang.
DPD

– Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga perwakilan daerah yang


berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil daerah
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Seluruh anggota DPD menjadi
anggota MPR. DPD mempunyai fungsi adalah:

– pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang


berkaitan dengan bidang legislasi tertentu;
– pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.
Tugas dan Wewenang DPD

Tugas dan wewenang DPD adalah:


1. Mengajukan UU yang berkaitan dengan daerah
2. Memberi pertimbangan RAPBN
3. Ikut merancang UU
4. Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan
membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN
5. Melakukan pengawasan atas undang undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah
Badan Legeslatif di Indonesia

– Secara Umum Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-


undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terdapat
didalam pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan
Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
– Pada sistem ketatanegaraan Indonesia, sebelum diadakannya amandemen terhadap
UUD 1945, kekuasaan legislatif tidak hanya terletak pada DPR (Pasal 21 ayat 1)
tetapi juga memberikan kekuasaan legislatif kepada Presiden (Pasal 5 ayat 1).
– DPD juga memiliki kewenangan dalam hal legeslatif yg tercantum dalam Pasal 22D
UUD 1945, yaitu mengajukan RUU kepada DPR serta ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah dan hubungan pusat dengan daerah.
KEKUASAAN YUDIKATIF
* DI INDONESIA
Badan Yudikatif Indonesia berfungsi menyelenggarakan kekuasaan kehakiman. Di
Indonesia, kini dikenal adanya 3 badan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kekuasaan tersebut. Badan-badan itu adalah Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan Komisi Yudisial
1. Mahkamah Agung

Menurut Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang telah diamandemen, Mahkamah Agung
adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini
diimplementasikan dengan kewenangan untuk mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang
diberikan Undang-undang. (Pasal 24 A ayat (1) Perubahan ke III UUD 1945). Selain itu,
menurut Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang telah diamandemen terdapat beberapa
badan peradilan yang berada dibawah lingkup Mahkamah Agung meliputi :
1. Peradilan umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN
Fungsi Mahkamah Agung

Sebagai sebuah lembaga yudikatif, Mahkamah Agung memiliki 2. Fungsi Pengawasan


beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
– Pengawas tertinggi terhadap jalannya peradilan di
1. Fungsi Peradilan semua lingkungan peradilan.
– Membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
– Pengawas pekerjaan pengadilan dan tingkah laku
putusan kasasi dan peninjauan kembali
para hakim dan perbuatan pejabat pengadilan
– Memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
terakhir semua sengketa tentang kewenangan mengadili, pelaksanaan tugas pokok kekuasaan kehakiman,
permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
yaitu menerima, memeriksa, mengadili, dan
berkekuatan hukum tetap, sengketa akibat perampasan kapal
asing dan muatannya oleh kapal perang RI menyelesaikan setiap perkara yang diajukan.

– Hak uji materiil, yaitu menguji/menilai peraturan perundangan – Pengawas Penasehat Hukum (Advokat) dan Notaris
di bawah undang-undang apakah bertentangan dengan sepanjang yang menyangkut peradilan, sesuai Pasal
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi. 36 Undang-undang Mahkamah Agung nomor 14
tahun 1985).
FUNGSI MAHKAMAH AGUNG

3. Fungsi Mengatur 5. Fungsi Administratif


– Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi – Mengatur badan-badan Peradilan (Peradilan Umum,
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata
terdapat hal-hal yang belum diatur dalam Undang- Usaha Negara) sesuai pasal 11 ayat 1 Undang-undang
undang tentang Mahkamah Agung. nomor 35 tahun 1999.

4. Fungsi Nasehat – Mengatur tugas dan tanggung jawab, susunan


organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan.
– Memberikan nasehat/pertimbangan dalam bidang
6. Fungsi Lain-Lain
hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain.
– Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor
– Memberi nasehat kepada Presiden selaku Kepala
14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor
Negara dalam rangka pemberian/penolakan Grasi
14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas
dan Rehabilitasi. dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
Susunan Mahkamah Agung

Mahkamah Agung memiliki 11 orang pimpinan yang masing-masing memegang tugas tertentu. Daftar tugas pimpinan
tersebut tergambar melalui jabatan yang diembannya, yaitu :
1. Ketua
2. Wakil Ketua Bidang Yudisial
3. Wakil Ketua Bidang Non Yudisial
4. Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Militer/TNI
5. Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
6. Ketua Muda Pidana Mahkamah Agung RI
7. Ketua Muda Pembinaan Mahkamah Agung RI
8. Ketua Muda Perdata Niaga Mahkamah Agung RI
9. Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung RI
10. Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI
Selain para pimpinan, kini Mahkamah Agung memiliki 37 orang Hakim Agung. Ketua MA dipilih oleh para hakim agung
dan hakim agung ini diusulkan oleh KY kepada DPR untuk disetujui dan disahkan presiden.
2. Mahkamah Konstitusi

Tugas dan wewenang MK diatur dalam pasal 24 C ayat (1) dan (2) UUD NRI 1945 yaitu :
1. Menguji UU terhadap UUD
2. Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara.
3. Memutus pembubaran partai politikmemutus sengketa hasil pemilu.
4. Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran oleh presiden dan / atau Wakil
presiden menurut UUD.

Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas 9 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Dari 9 orang tersebut, 1 orang menjabat Ketua sekaligus anggota, dan 1 orang
menjabat wakil ketua merangkap anggota. Ketua dan Wakil Ketua menjabat selama 3 tahun. Hakim
Konstitusi diajukan 3 oleh Mahkamah Agung, 3 oleh DPR, dan 3 oleh Presiden. Seorang hakim konstitusi
menjabat selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 kali masa jabatan lagi.
3. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen dan
relatif baru. Komisi Yudisial memiliki wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung kepada DPR dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta
menjaga perilaku hakim. Dalam melakukan tugasnya, Komisi Yudisial bekerja :
1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung
3. Menetapkan calon Hakim Agung, dan
4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.
Di sisi lain, Mahkamah Agung, Pemerintah, dan masyarakat dapat pula mengajukan calon Hakim
Agung kepada Komisi Yudisial.
Dalam melakukan pengawasan terhadap Hakim Agung, Komisi Yudisial dapat:
– menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim
– meminta laporan berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan perilaku hakim
– melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim
– memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku
hakim
– membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada
Mahkamah Agung dan atau Mahkamah Konstitusi serta tindasannya disampaikan kepada Presiden
dan DPR.
Anggota Komisi Yudisial

Anggota Komisi Yudisial diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sebelum
mengangkat, Presiden membentuk Panitia Seleksi Pemilihan Anggota Komisi
Yudisial yang terdiri atas unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi hukum, dan
anggota masyarakat. Seorang anggota Komisi Yudisial yang terpilih, bertugas
selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 periode.
Dasar Hukum Komisi Yudisial

Beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum Komisi Yudisial adalah :


1. Pasal 24A ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen : Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden.
2. Pasal 24B UUD 1945 : Komisi Yudisial bersifat mandiri yang mempunyai kewenangan untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lainnya dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim.
3. UU No. 4 Tahun 2004 :
– Pasal 34 ayat (1) : Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan hakim agung dilakukan
oleh Komisi yudisial yang diatur dengan Undang – Undang.
– Pasal 34 ayat (3) : Dalam rangka menjaga kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim
agung dan hakim, pengawasan dilakukan oleh Komisi Yudisial yang diatur dalam Udang – Undang.
Kewenangan Komisi Yudisial

Berdasarkan dasar hukum tersebut, maka kewenangan Komisi Yudisial meliputi :


– Mengusulkan pengangkatan hakim agung.
– Menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat serta perilaku
hakim.
– Memberi penghargaan kepada hakim yang berprestasi.
TATA URUTAN PERUNDANG-
* UNDANGAN INDONESIA

HIERARKI PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

hukum yang lebih tinggi


“lex superiori derogate lex
mengesampingkan hukum yang
inferiori”
lebih rendah

sistem hukum merupakan


sistem hierarki.
Dasar Hukum

– Diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 :


1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang (UU)
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
5. Peraturan Pemerintah (PP)
6. Peraturan Presiden (Perpres)
7. Peraturan Daerah (Perda)
1. UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

– L.J. van Apeldom : Undang-Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi.
– E.C.S. Wade : Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut.
– Miriam Budiardjo : Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi
negara, hak-hak asasi manusia, prosedur mengubah UUD dan memuat larangan untuk
mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar.
– UUD1945  Hukum Dasar tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai sumber
hukum tertinggi.
UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
UUD 1945 itu istimewa karena...
 Dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan UU
biasa
 Dianggap sesuatu yang luhur.
 Adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan
dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa
2. Ketetapan MPR

– Ketetapan yang dikeluarkan MPR


– Sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD
1945
– Ditetapkan dalam sidang MPR
– Terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Ketetapan : putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis
2. Keputusan : yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja
3. Undang-undang

– Merupakan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan UUD 1945


– dibuat oleh DPR bersama Presiden.
– Suatu masalah diatur dengan UU jika memiliki kriteria:
1. UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945,
2. UU dibentuk atas perintah Ketetapan MPR,
3. UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu,
4. UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah UU yang sudah ada,
5. UU dibentuk karena berkaitan dengan hak sasai manusia,
6. UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang banyak.
Undang-undang

– Materi yang harus diatur dengan Undang-Undang :


1. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
3. Pengesahan perjanjian internasional tertentu;
4. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
5. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
4. Peraturan Pemerintah pengganti
Undang-Undang (PERPPU)

– Dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR


– PERPPU dibuat dalam keadaan "darurat"  persoalan yang muncul harus segera
ditindaklanjuti.
– Presiden tidak dapat sewenang-wenang mengeluarkan PERPPU, karena pada akhirnya harus
diajukan kepada DPR pada persidangan berikutnya.
– Sebagai lembaga legislatif DPR dapat menerima atau menolak PERPPU yang diajukan Presiden.
– Jika PERPPU ditolak, PERPPU harus dicabut dan dinyakan tidak berlaku lagi.
– Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan
Undang-Undang
5. Peraturan Pemerintah (PP)

– Peraturan pemerintah merupakan bentuk pelaksanaan dari suatu undang-undang


– Materi muatan Peraturan Pemerintah (PP) adalah materi untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya.
– Kriteria dikeluarkannya Peraturan pemerintah :
1. PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya
2. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana. jika UU induknya tidak mencantumkan
sanksi pidana,
3. PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya.
4. PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebut secara tegas, asal PP
tersebut untuk melaksanakan UU,
6. Peraturan Presiden

– Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk Presiden


berdasarkan pasal 4 UUD 1945.
– Materi muatan Peraturan Presiden berisi :
1. materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang
2. materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah
3. materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan.
7. Peraturan Daerah (perda)

– Adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah daerah Provinsi dan daerah Kabupaten dan/atau Daerah
Kota.
– Peraturan Daerah dibuat untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
– Peraturan daerah dibuat dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah. Maka, kemungkinan Perda yang
berlaku di suatu daerah Kabupaten/Kota belum tentu diberlakukan di daerah kabupaten/ kota lain.
– Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi:
1. Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
2. Menampung kondisi khusus daerah
3. Penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
Keberlakuan peraturan
* perundang undangan
Di dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa
dan juga tentunya di negara hukum maka setiap peraturan perundang
undangan dalam berlakunya pastilah memiliki landasan. Sebuah peraturan
perundang undangan yang baik harus memiliki landasan atau dasar
keberlakuan. Apabila pembentukannya didasarkan pada beberapa dasar
keberlakuan dan asas-asas pembentuakannya maka tentupula memiliki
kekuatan keberlakuannya.dengan demikian maka, setiap produk hukum
yang dibentuk oleh badan yang berwewenang dapat bermanfaat dan
diterima oleh masyarakat serta patut ditaati. Sebagian besar dari para
ahli berpendapat bahwa sebuah perundang undangan yang baik maka
harus memiliki 3 landasan.
1. LANDASAN FILOSOFIS

Landasan Filosofis adalah landasan yang berkaitan dengan dasar ideologi negara
yaitu Pancasila. Ini artinya peraturan perundang undangan harus mendapatkan
pembenaran yang bisa diterima jika dikaji secara filosofis. Dan pembenaran ini
haruslah sesuai dengan cita-cita dan juga pandangan hidup masyarakat, yaitu cita-
cita keadilan, cita-cita kebenaran, dan cita-cita kesusilaan.
LANDASAN FILOSOFIS

Nilai-nilai yang bersumber pada pandangan filosofis Pancasila yakni:


– Nilai-nilai religius bangsa Indonesia yang terangkum dalam sila pertama Pancasila
– Nilai-nilai hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
kemanusiaan terangkum dalam sila kedua Pancasila.
– Nilai-nilai kepentingan bangsa secara utuh terangkum dalam sila ketiga Pancasila
– Nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat terangkum dalam sila keempat Pancasila
– Nilai-nilai keadilan baik individu maupun sosial terangkum dalam sila kelima
Pancasila
2. LANDASAN SOSIOLOGIS

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan kondisi


dan kenyataan yang tumbuh dan hidup di masyarakat. Ini artinya bahwa
pembuatan peraturan perundang undangan haruslah mengacu dan bisa
mengayomi kebutuhan hidup masyarakat, sesuai dengan kesadaran hukum
atau keyakinan masyarakat.
3. LANDASAN YURIDIS

Mengenai landasan yuridis dapat dijumpai anggapan-anggapan sebagai berikut:


– Hans Kelsen menyatakan bahwa kaedah hukum mempunyai kelakuan yuridis, apabila
penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi tingkatnya;
– W. Zevenbergen menyatakan, bahwa suatu kaedah hukum mempunyai kelakuan
yuridis, jikalau kaedah tersebut, ”op de vereischte wrijze is tot stant
gekomen” (terbentuk menurut cara yang telah ditetapkan);
– J.H.A Logemann mengatakan bahwa secara yuridis kaedah hukum mengikat,
apabila menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya.

Pada landasan yuridis, peraturan perundang undangan harus memiliki hukum


dasar atau landasan hukum atau legalitas yang terdapat di dalam ketentuan lain yang
lebih tinggi.
LANDASAN YURIDIS

Menurut Lembaga Administrasi Negara, landasan yuridis artinya dasar


yuridis/hukum dalam pembuatan perundang-undangan memuat hal-hal
sebagai berikut:
– Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-
undangan
– Keharusan adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan
peraturan perundang-undangan
– Keharusan mengikuti cara-cara atau prosedur tertentu
– Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi tingkatannya.
LANDASAN YURIDIS
Landasan yuridis ini bisa dibagi menjadi dua yaitu:

– Landasan hukum yang – Landasan yuridis


beraspek formal, yang beraspek
yaitu berupa material, yaitu
ketentuan yang berupa ketentuan
memberi wewenang tentang persoalan
kepada suatu atau masalah yang
lembaga. harus diatur.
STEFENBAU THEORY – HANS
* KELSEN
– Teori ini menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga
dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling rendahharus
berpegang pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang
tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegang pada norma hukum yang paling
mendasar (grundnorm),
– menurut Kelsen, norma hukum yang paling mendasar (grundnorm) bentuknya
tidak konkrit (abstrak)
– Teori tangga menggambarkan dasar berlakunya suatu kaidah terletak pada
kaidah yang diatasnya. Menurut Kelsen: Legalitas Peraturan Pemerintah terletak
pada UU, dan legalitas UU terletak pada UUD.[3]
– Kelsen menjelaskan hubungan antara norma – Hans Nawiasky ,salah satu ahli yang
yang mengatur pembuatan norma lain mengembangkan teori ini, dalam teorinya
– tata hukum negara bukan merupakan sistem membentuk susunan norma :
norma yang dikoordinasikan satu dengan - Staatsfundamentalnorm(norma Fundamental
yang lainnya, tetapi suatu hirarki dari norma negara) atau Grundnorm(menurut teori Kelsen)
yang memiliki level berbeda. Kesatuan norma
ini disusun oleh kenyataan yang menjelaskan - Staatsgrundgezets(aturan Dasar pokok negara)
bahwa pembuatan norma yang lebih rendah - Formell Gezets (UU formal)
ditentukan oleh norma lain yang lebih tingi.
- verordnung & autonome Satzung (Aturan -
pelaksana dan Aturan Otonomi)
Staatsfundamentalnorm

Teori tentang staatsfundamentalnorm menjadi perbincangan yang hangat saat dilakukan amandemen UUD
1945 pada tahun 1999-2002.
- Sebagian pihak ingin melakukan amandemen -pembukaan UUD 1945 dengan berpendapat bahwa
pembukaan UUD 1945 bukanlah staatsfundamentalnorm (berdasarkan teori Kelsen&Nawiansky)

- Sedangkan sebagian lagi mengikuti pendapat notonagoro bahwa pembukaan UUD 1945
adalah staatsfundamentalnorm yang dituliskan sehingga tidak boleh diubah, kecuali dengan membubarkan
negara. Roeslan saleh sempat menyatakan bahwa dengan memperhatikan penempatan dan fungsi pancasila
dalam pembukaan UUD 1945, maka pancasila merupakan Grundnorm yang lebih luas daripada arti
Grundnorm menurutKelsen.

- Pancasila dinilainya sebagai norma dasar yang meliputi seluruh norma kehidupan bangsa Indonesia.
sementara Padmo Wahjono menempatkan kedudukan pancasila sebagai landasan dasar kehidupan bernegara
bangsa Indonesia
pancasila digolongkannya sebagaikaidah pokok fundamental negara.
ASAS-ASAS DALAM PERATURAN
* PERUNDANG-UNDANGAN
Asas lex superior derogat legi inferior
Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan yang rendah

• Teori Aquos oleh Hans Kelsen : “Norma hukum itu berjenjang-jenjang dan
berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan.”
• Apabila terjadi pertentangan, dalam hal ini yang diperhatikan adalah hierarkhi
peraturan perundang-undangan.
• Contoh : ketika terjadi pertentangan antara Peraturan Pemerintah (PP) dengan
Undang-undang, maka yang digunakan adalah Undang-undang karena undang-
undang lebih tinggi derajatnya
• Teori Aquos diperjelas dalam hukum positif di Indonesia dalam bentuk undang-
undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan
Asas lex specialis derogat legi generali
Hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :

Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum


umum tetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalam aturan
hukum khusus tersebut
Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan
ketentuan-ketentuan lex generalis (undang-undang
dengan undang-undang)

Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum yang sama
dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata sama-sama termasuk lingkungan hukum keperdataan
Asas lex posterios derogat legi priori
Peraturan yang paling baru melumpuhkan yang lama

– Berlakunya UU no 32 tahun 2004, menghapus


berlakunya UU no 22 tahun 1999 tentang
Peraturan Daerah
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai