Anda di halaman 1dari 37

 Di tahun 1895 deskripsi gangguan panik

pertama kali dikemukakan oleh Sigmund


Freud dalam kasus agorafobia.
 Serangan panik merupakan ketakukan akan
timbulnya serangan serta diyakini akan
segera terjadi. Individu yang mengalami
serangan panik berusaha untuk melarikan diri
dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.
 Serangan panik adalah periode kecemasan
atau ketakutan yang kuat dan relative singkat
(biasanya kurang dari satu tahun), yang
disertai oleh gejala somatik tertentu seperti
palpitasi dan takipnea
 Penelitian epidemiologi telah melaporkan
prevalensi seumur hidup untuk gangguan
panik adalah 1,5-5% dan untuk serangan
panik adalah 3-5,6%.
 Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering
terkena dari pada laki-laki.
 Faktor sosial satu-satunya yang dikenali
berperan dalam perkembangan gangguan
panik adalah riwayat perceraian atau
perpisahan yang belum lama.
 FAKTOR BIOLOGI
 FAKTOR GENETIK
 FAKTOR PSIKOSOSIAL
FAKTOR BIOLOGI
 Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien
gangguan panik telah dilaporkan
menunjukkan peningkatan tonus simpatik,
beradaptasi secara lambat terhadap stimuli
yang berulang, dan berespon secara
berlebihan terhadap stimuli yang sedang.
 Sistem neurotransmitter utama yang terlibat
adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-
aminobutyric acid (GABA).
 Hal ini di dukung oleh fakta bahwa Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi
pasien pasien dengan gangguan cemas,
termasuk gangguan panik.
 Zat penyebab panik adalah zat yang
menyebabkan serangan panic pada sebagian
besar pasien dengan gangguan panic pada
bagian lebih kecil orang tanpa gangguan
panic atau riwayat serangan panic.
 Zat penyebab panik dibagi kepada 2 yaitu:
 Zat penyebab panik respirasi
 Zat penyebab panik neurokimiawi
 Zat penyebab panic neurokimiawi
diperkirakan memiliki efek primernya secara
langsung pada reseptor noradrenergic,
serotonergik, dan GABA pada system saraf
pusat.
 Pada penelitian pencitraan otak struktural
seperti MRI pada pasien gangguan panic telah
menunjukkan patologis di lobus temporalis,
khususnya hipokampus.
 Penelitian pencitraan otak fungsional seperti
PET telah menunjukkan suatu disregulasi
aliran darah serebral.
 Secara spesifik, gangguan kecemasan dan
serangan panic adalah disertai dengan
vasokonstriksi serebral.
 Angka prevalensi tinggi pada anak dengan
orang tua yang menderita gangguan panik.
 Berbagai penelitian telah menemukan adanya
peningkatan risiko gangguan panik sebesar
4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat
pertama pasien dengan gangguan panik
dibandingkan dengan sanak saudara derajat
pertama dari pasien dengan gangguan
psikiatrik lainnya.
 Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari
baik dari perilaku modeling orang tua atau
melalui proses pembiasan klasik.
 Teori psikoanalitik memandang serangan panik
sebagai akibat dari pertahanan yang tidak
berhasil dalam melawan impuls yang
menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya
merupakan suatu sinyal kecemasan ringan
menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,
lengkap dengan gejala somatik
 Penyebab serangan panik kemungkinan
melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang
menegangkan dan bahwa patogenesis
serangan panik mungkin berhubungan
dengan faktor neurofisiologis yang dipicu
oleh reaksi psikologis.
 Serangan panic pertama seringkali sama
sekali spontan, walaupun seringkali terjadi
setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual, atau trauma emosional
sedang.
 Serangan sering dimulai dengan periode
gejala yang meningkat dengan cepat selama
10 menit
 Gejala mental utama adalah ketakutan yang
kuat dan suatu perasaan ancaman kematian
dan kiamat.
 Pasien biasanya tidak mampu untuk
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian.
 Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak
napas, dan berkeringat.
 Pasien seringkali mencoba untuk
meninggalkan situasi dimana ia berada untuk
mencari bantuan.
 Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30
menit dan jarang lebih lama dari satu jam.
 Pemeriksaan status mental formal selama
suatu serangan panic dapat mengungkapkan
perenungan (rumination), kesulitan
berbicara,, dan gangguan daya ingat.
 Pasien mungkin mengalami depresi atau
depersonalisasi selama serangan.
 Antara serangan, pasien mungkin memiliki
kecemasan yang lebih dahulu tentang
mengalami serangan lain.
 Selain itu dapat disertai permasalahan
somatic berupa keluhan gangguan jantung
dan pernapasan merupakan perhatian utama
pasien saat serangan panic
 Gejala penyerta berupa gejala depresif
seringkali ditemukan pada serangan panic
dan agoraphobia
 Selain agoraphobia, gangguan obsesif
kompulsif juga dapat menyertai gangguan
panic
 Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru
ditegakkan sebagai diagnosis utama bila
tidak ditemukan adanya gangguan anxietas
fobik
 Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa
kira-kira satu bulan:
 Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya
 Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau
yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable
situation)
 Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala
anxietas pada periode di antara serangan-serangan
panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi
juga “anxietas antisipatorik” yaitu anxietas yang
terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi.
Kriteria Diagnostik untuk Serangan Panik
Munculnya rasa takut yang sangat kuat atau
ketidak-nyamanan yang disertai paling sedikit
4 dari 13 gejala somatis atau kognitif berikut
ini:
 Palpitasi , jantung berdebar kuat, atau
kecepatan jantung bertambah cepat
 Berkeringat
 Gemetar atau bergoncang
 Perasaan nafas semakin sulit atau sesak
 Perasaan seperti tercekik
 Nyeri di dada atau perasaan ‘tidak enak’
 Mual atau gangguan pada perut
 Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau
pingsan
 Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau
depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri)
 Perasaan takut kehilangan kendali atau
‘menjadi gila’
 Perasaan takut mati
Kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa
agorafobia
A. Baik (1) dan (2) :
1.Serangan panic rekuren yang tidak diharapkan
2.Sekurangnya satu serangan telah diikuti oelh
sekurangnya 1 bulan (atau lebih) berikut ini :
 Kekwatiran yang menetap akan mengalammi
serangan tambahan
 Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya
(misalnya, kehilangan kendali, menderita
serangan jantung, “menjadi gila” )
 Perubahan perilaku bermakna berhubungan
dengan serangan
B. Tidak terdapat agorafobia
C. Serangan panic bukan karena efek fisiologis dari
pengaruh zat (misalnya penyalahgunaan obat, medikasi )
ataupun kondisi medis umum (misalnya hipertiroid).
D. Serangan panic tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain seperti fobia social (misalnya, terjadi
saat mengalami situasi social yang ditakuti), fobia spesifik
(misalnya mengalami situasi fobik tertentu), gangguan
obsesi kompulsif (misalnya terpapar kotoran pada
seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan
stress pascatraumatik (misalnya respons terhadap stimuli
yang berhubungan dengan stressor parah), atau gangguan
cemas perpisahan (misalnya, sebagai respons jauh dari
rumah atau sanak saudara dekat).
Kriteria diagnostik untuk gangguan panik
dengan agorafobia
A. Baik (1) dan (2) :
1.Serangan panic rekuren yang tidak diharapkan
2.Sekurangnya satu serangan telah diikuti oelh
sekurangnya 1 bulan (atau lebih) berikut ini :
 Kekwatiran yang menetap akan mengalammi
serangan tambahan
 Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya
(misalnya, kehilangan kendali, menderita serangan
jantung, “menjadi gila” )
 Perubahan perilaku bermakna berhubungan
dengan serangan
B. Terdapat agorafobia
C. Serangan panic bukan karena efek fisiologis dari
pengaruh zat (misalnya penyalahgunaan obat, medikasi )
ataupun kondisi medis umum (misalnya hipertiroid).
D. Serangan panic tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain seperti fobia social (misalnya, terjadi
saat mengalami situasi social yang ditakuti), fobia spesifik
(misalnya mengalami situasi fobik tertentu), gangguan
obsesi kompulsif (misalnya terpapar kotoran pada
seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan
stress pascatraumatik (misalnya respons terhadap stimuli
yang berhubungan dengan stressor parah), atau gangguan
cemas perpisahan (misalnya, sebagai respons jauh dari
rumah atau sanak saudara dekat).
Kriteria diagnostik untuk agorafobia tanpa riwayat
gangguan
panik
A. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut
mengalami gejala mirip panik (misalnya, pusing atau
diare).
B. Tidak pernah memenuhi kriteria gangguan panik
C. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung
dari suatu zat(misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
D. Jika ditemukan suatu kondisi medis umum yang
berhubungan, rasa takut yang dijelaskan dalam
kriteria A jelas melebihi dari apa yang biasanya
berhubungan dengan kondisi.
 Diagnosis banding untuk gangguan panik
dibagikan kepada:

 Diagnosis banding medis

 Diagnosis banding psikiatri


 Diagnosis banding medis adalah seperti:
 Infark miokard
 Hipertiroid
 Hipoglikemi
 Feokromositoma
 Diagnosis banding dari psikiatri pula adalah:
 Pura-pura (malingering)
 Fobia sosial dan spesifik
 Gangguan Stress Pasca Traumatik
 Gangguan Depresi
 PSIKOTERAPI
 FARMAKOTERAPI
CBT (Cognitive-Behavioral Therapy)

 Terapi relaksasi
 Terapi kognitif perilaku
 Terapi psikoterapi dinamik
 Terapi pemaparan secara in vivo
What are the first-line SSRIs and the SNRI venlafaxine
treatments? Cognitive-behavorial therapy

When should treatment be After 4-6 weeks


stopped because the lack of
efficacy?

What if partial response Treat another 4-6 weeks with increased dose before changing the treatment strategy
occurs after 4-6 weeks?

What are the treatment - Switching from one SSRI to another


options for treatment- - Switching from venlafixine to an SSRI or vice verca
resistant cases? - Switching to tricyclic antidepressants
- Switching to benzodiazepines, reboxetine, phenelzine, or moclobeminde.
- Switching to drugs that have been effective in preliminary open studies or case reports:
mirtazapine, valproate, inositol, ondansetron, gabapentin, tiagabine, vigabatrin
- Switching to drugs that were effective in other anxiety disorders in double-blind, placebo-
controlled studies: duloxetine, quetiapine, buspirone.

Can antipanic drugs be Usually, monotherapy is the better option. Combinations of drug may be used in treatment-
combined? resistant cases. These combination are supported by studies:
- Benzodiazepines may be used in combination in the first weeks, before onset of efficacy of
the antidepressants.
- Augmentation of fluoxetine with pindodol
- Augmentation of clomipramine with lithium
- Augmentation with olanzapine
 Walaupun gangguan panic merupakan
penyakit kronis, namun penderita dengan
fungsi premorbid yang baik serta durasi
serangan yang singkat bertendensi untuk
prognosis yang lebih baik
 Gangguan panik adalah gangguan yang ditandai
dengan serangan panik yang spontan dan tidak
diperkirakan, atau periode kecemasan atau
ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya
kurang dari satu tahun) yang disertai dengan
gejala somatik.
 Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada
laki-laki, gangguan paling sering berkembang
pada dewasa muda.
 Faktor yang berperan dalam etiologi dan
patofisiologi terjadinya gangguan panik,
diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan
faktor psikososial.
 Adapun penatalaksanaan yang dianggap
efektif untuk menanganinya adalah terapi
CBT, terapi medikasi SSRI dan trisiklik sebagai
terapi lini pertama dan golongan
benzodiazepin potensi tinggi, MAOI dan obat
anti-panik jenis lain menjadi terapi lini
kedua. CBT saja mungkin efektif digunakan
untuk terapi jangka panjang, namun efikasi
terapi dapat bertambah serta tingkat relaps
dapat berkurang jika CBT dikombinasikan
dengan terapi medikasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai