CRS (Case Report Sesion)
CRS (Case Report Sesion)
Kelompok III
R.A Leily Marfirah Pujiyanti, S.Ked
Putri Iffah Musyahrofah, S.Ked
Rahmania, S.Ked
Iman Taufiq, S.Ked
Efander Tampubolon, S.Ked
Pembimbing : dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ
Nama : An. CC
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal lahir/ Umur : Padang, 3 Desember 2007
Status Perkawinan : Belum Menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Padang, Lubuk Aling
KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat dan Telepon : Padang, Lubuk
Aling / 081267260581
Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung
Keakraban dengan Pasien : Akrab
Kesan Pemeriksa : Dapat dipercaya
Keluhan Utama : Os. Keterlambatan bicara
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os. Tidak mampu membaca kalimat, hanya bisa
mengucapkan 3 kata, Os. Mengalami gangguan dalam
menyebutkan kata (cadel huruf R,L), Tingkat
intelegensi dibawah rata-rata , Os. Sulit menerima
pelajaran dikelas dan pernah tinggal kelas. Os. Mau
bergaul tapi kurang suka dengan keramaian dan orang
baru.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os. Pada saat lahir tidak menangis spontan, Os.
Mengalami kejang demam pada umur 1 tahun
Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang diinginkan, Ibu mengandung Os.
Pada umur 41 tahun, Ibu Pernah terjatuh pada saat
hamil Os. berumur 7 bulan, Kesehatan fisik : dalam
batas normal, Kesehatan Janin : dalam batas normal
Riwayat Persalinan
Os. Lahir cukup bulan , Os. Tidak spontan menangis
saat dilahirkan (bayi asfiksia), Os. Lahir memiliki berat
badan 2,8 Kg, Os. Tidak segera mendapatkan ASI
ekslusif, sehingga diganti dengan susu formula.
Riwayat Perkembangan Motorik
Os. Mulai bisa melungkup usia 4 bulan
Os. Mulai bisa merangkak usia 8 bulan
Os. Mulai bisa duduk usia 12 bulan
Os. Mulai bisa berjalan usia 1 tahun 5 bulan
Os. Mulai bisa berlari usia 1 tahun 7 bulan
Kemampuan Bicara
Os. Belum bisa bicara
Interaksi sosial
Os. Mau bergaul tapi kurang suka dengan keramaian
Perilaku
Os. Mudah mudah teralihkan perhatiannya (inatensi)
Kontak mata dan verbal cukup baik
Pembicaraan
Cara Berbicara : Belum bisa merangkai kata menjadi kalimat
Produktifitas : Hanya dapat mengucapkan 2-3 kata, membaca masih
mengeja
Afek, mood, dan emosi lainnya
Mood : Eutimik
Afek : Appropriate
Pikiran
Bentuk Pikir : Realistik
Arus Pikir : Lambat
Isi Pikir : Miskin ide
Persepsi
Halusinasi : Disangkal
Ilusi : Tidak ada
Sensorium
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
Konsentrasi dan kalkulasi :Terganggu
Memori : Menurun / terganggu
Pengetahuan Umum : Belum bisa dievaluasi
Pengendalian Impuls : Baik
Daya Nilai : Baik
Tilikan : Tilikan derajat 4
Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
Keadaan umum : tenang, tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Status Gizi : baik
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,7oC
Kulit : Turgor baik
Kepala : Tidak ada deformitas
Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : dbn
Thoraks : dbn
Jantung : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
STATUS NEUROLOGIS
N I-XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
SARAN/ USUL
Konsul ke dokter spesialis anak
Terapi perilaku-edukasi
Terapi Psikofarmaka
Piracetam (Neurotap) syrup 1x1 cth
Terapi wicara
Remedial Teaching
Pendidikan untuk anak
PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, hendaya intelektual yang mendasari
tidak membaik, tetapi tingkat adaptasi orang yang mengalaminya, secara positif
dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung dan berkualitas baik. Pada
umumnya orang dengan retardasi mental ringan dan sedang memiliki fleksibilitas
yang tinggi dalam beradaptasi terhadap berbagai keadaan lingkungan.
Definisi
Menurut PPDGJ III, retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat
inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi.
Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan derajat
keparahan dan kelemahan dalam intelektual
terbagi dalam enam tingkatan menurut PPDGJ III,
yaitu :
Retardasi mental ringan (F70)
Retardasi mental sedang (F71)
Retardasi mental berat (F72)
Retardasi mental sangat berat (F73)
Retardasi mental lainnya (F78)
Retardasi mentalYTT (F79)
A. Penyebab pranatal
Kelainan kromosom
Sindroma Down ( Trisomi 21 )
Sindroma Fragile X ( Mutasi pada bagian lengan panjang
kromosom X )
Sindrom Williams ( Penghapusan gen pada kromosom 7 )
Sindroma Prader-Willi (Disebabkan oleh abnormalitas
kromosom 15 )
Sindroma Angelman ( disebabkan oleh abnormalitas
kromosom 15 )
Infeksi intrauterin
Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan
retardasi mental adalah
Phenylketonuria (PKU)
Penyakit Tay-Sachs
Hipotiroid kongenital
Defisiensi yodium
B. Penyebab perinatal
Prematuritas menyebabkan 15-20% anak retardasi
mental kondisi ini menunjukkan bahwa organ-organ
tubuh pada bayi premature belum terbentuk secara
sempurna sehingga keadaan bayi seperti ini dapat
mengalami retardasi mental.
C. Penyebab postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi , trauma,
malnutrisi, intoksikasi, kejang dapat menyebabkan
kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan
retardasi mental.
Disleksia
kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan kata-
kata
Afasia dan Afonia
Afasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral
di area brocca dan atau wernicke
Autisme
Ditanda dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang
yaitu: interaksi sosial , Komunikasi , Perilaku yang
terbatas dan berulang
Anamnesis
Dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya
retardasi mental, kehamilan ibu, dan persalinan;
adanya riwayat keluarga dengn retardasi mental;
orang tua dengan perkawinan sedarah; daan
gangguan herediter.
Wawancara Psikiatri
pemeriksaan psikiatri pada pasien dengan retardasi
mental harus mengungkapkan bagaimana pasien
menghadapi tahapan perkembangan.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Biasanya dibandingkan dengan anak normal
tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu)
pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat
perkembangan. Pada anak yang berumur diatas 3
tahun dilakukan tes intelegensia.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat
membantu menilai adanya kalsifikasi serebral,
perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun
masih terbuka
Pemeriksaan laboratorium : ferriklorida dan asam
amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU.
Fungsi intelektual tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar
antara 50 sampai 69 menunjukan retardasi mental Ringan
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderungan
terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemampuan
berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian
dapat menetap hingga dewasa
Etiologi organik dapat diidentfikasi pada sebagian kecil
penderita.
Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan
perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau
disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi.
Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam
pengobatan retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.
Untuk menaikkan kemampuan. belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril),
metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,
gamma amino butyric acid (GABA).
Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi
mental maupun kepada orangtua anak tersebut.
Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-
baiknya kapasitas yang ada
Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti
sosial
Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu
dapat mencari nafkah kelak
Konseling
menentukan ada atau tidaknya retardasi mental dan
derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai
sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental
pada keluarga.
Pendidikan
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk
retardasi mental.
Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
Sekolah luar biasa C
Panti khusus
Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
Seorang anak yang mengalami retardasi mental
yang berat, prognosis kedepannya ditentukan oleh
keadaan anak tersebut pada masa awal kanak-
kanaknya.
Efek jangka panjang dari setiap individu berbeda-
beda, bergantung pada derajat deficit kognitif dan
adaptif, gangguan perkembangan pada masa
embrionik, dan dukungan keluarga serta
lingkungan.
Pemilihan Sekolah
Perkembangan Seksual
Prognosis : Baik
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap