Anda di halaman 1dari 13

ASKEP KOMUNITAS

PADA KELOMPOK
KHUSUS LANSIA
 
disusun oleh:
Irma
Kristin
iin
tila
Pengertian lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara


usia 65dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan
ahli demograf
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat
sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Dalam mendefnisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fsik yaitu semakin rentannya terhadap
erangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Batasan Usia Lansia

Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian
usia pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat
dibedakan
sebagai berikut.
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain:
1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
 
Teori-Teori Proses Penuaan

Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap proses
menua terjadi pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia memiliki
kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat
mencegah proses menua. Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang
menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

1. Teori Biologis

2. Teori Genetik

3. Teori Mutasi Somatik

4. Teori Non-Genetik
Perubahan pada Lansia

Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fsiologis, kognitif, psikososial dan


spiritual (Azizah, 2011).
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fsiologis ini bukan bersifat patologis. Perubahan ini terjadi pada
semua orang tetapi kecepatan yang berbeda dan bergantung pada keadaan dalam
kehidupan sebelumnya (Potter dan Perry, 2005). jumlah sel menurun, sel
mengalami hipertrof, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang,
jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrof
(berkurang 5-10%) dan lekukan otak akan menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008).
Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada keadaan lansia. Sistem
pendengaran lansia mengalami hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam (presbiakusis), suara tidak jelas, kata-kata sulit dimengerti, hal tersebut
50% terjadi pada usia di atas 60 tahun. Sistem muskuloskeletal pada lansia
biasanya kehilangan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot
berkurang. Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan
kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-otot pernafasan
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru
kehilangan ealstisitas.
perubahan psikososial
perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa
penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif. Hal ini disebabkan
karena:
 ketergantungan fsik dan sosio ekonomi.
 Pensiunan, kehilangan fnancial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman
atau relasi.
 Sadar akan datangnya kematian.
 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
 Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
 Penyakit kronis.
 Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
 Gangguan syaraf panca indra.
 Gizi
 Kehilangan teman dan keluarga.
 Berkurangnya kekuatan fsik.
Beberapa masalah dan Kesehatan pada Lansia

1. Immobility (kurang bergerak)


2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
3. Inkontinensia urin
4. Gangguan intelektual
5. Depresi
6. Gangguan penglihatan dan pendengaran
7. Insomnia
8. Penurunan daya tahan tubuh
Promosi kesehatan, Program Kesehatan yang
tepat dan metode yang tepat untuk lansia

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui


upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

a. Upaya Promotif
Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau
pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini:
1) Masalah gizi dan diet
Cara mengukur keadaan gizi lansia.
Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.
Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.
Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.
Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.
Cara mengawasi keadaan gizi lansia
b. Upaya Kuratif
Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau
petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
1) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti
yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas
kesehatan/puskesmas.
2) Pengobatan jalan di puskesmas.
3) Perawatan dietetik.
4) Perawatan kesehatan jiwa.
5) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
6) Perawatan kesehatan mata.
7) Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
8) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
c. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan
ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan
fsik
ASKEP KOMUNITAS PADA KELOMPOK KHUSUS LANSIA
 

Pengkajian
1. Inspeksi klien dan cara klien menyesuaikan lingkungan saat masuk ruangan.
2. Perhatikan cara berdandan atau hygiene.
3. Inspeksi perkembangan tubuh.
4. Perhatikan saat seorang lansia sedang berbicara mengenai pemahaman dan
artikulasi
5. Perhatian pada status mentalnya mengenai orientasi, perhatian dan
konsentrasi, penilaian, memori, isi dan proses pikir
6. Mengkaji tentang psikososial dan spiritual
7. Mengkaji tentang lingkungan
8. Mengkaji tentang basic activity daily living dan instrumental activity daily living
9. Mengkaji tentang status mental lansia dengan SPSMQ (Short Portable Mental
Status Questioner )
Analisa data

Analisanya berdasarkan data fokus, misalmya :


1.Berjalan tanpa tujuan, ragu, mundur, postur, dan gerakan agresif.
2.Rambut tidak disisir dan kotor, kuku kotor dan kasar, pakaian kotor, tidak rapid an
tidak tepat, kacau dalam kombinasi, bau badan tidak sedap.
3.Tinggi atau pendek berlebihan, ukuran atau bentuk tubuh asimetris, penggunaan
otot berlebihan, penurunan otot.
4.Kesulitan berespon terhadap pertanyaan dan instruksi, pemakaian kata terlalu
banyak dan kecendrungan terhadap ide, mengelak berulang kali
5.Tidak mampu memberikan data biograf akurat (nama, alamat, tanggal lahir), tidak
mampu mengidentifkasi tahun, tanggal)
6.Tidak mampu mengingat data dan kejadiaan
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder.
Intervensi :
• Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan
• Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat
• Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien
• Melatih pasien untuk melakukan senam otak
• Anjurkan pasien untuk selalu menulis atau mencatat apa yang sudah ia lakukan

2. Kelemahan mobilitas fsik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular


Intervensi :
• Kosultasi kepada pemberi terapi fsik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
• Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
• Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh).

3. Distress spiritual b.d perubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri,
kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.
Intervensi :
• Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifkasi area pengharapan dalam hidup
• Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
• Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
•  Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.
• Mengembangkan mekanisme koping pasien
Thank you

Anda mungkin juga menyukai