Anda di halaman 1dari 19

FARMASI KLINIK

Pelayanan Informasi Obat (PIO)


kelompok VIII :
1. Ermei Lisnaini
2. M. Fadhlil Hadie
3. Rinda Hernis
4. Yayang Nurlih
Dosen Pengampu :
Tiara Tri Agustini,M.Farm.,Apt

Program Studi S1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
2019
FARMASI KLINIK

PENGERTIAN PIO

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan


kegiatan penyediaan dan pemberi informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain diluar Rumah Sakit

Menurut Kemenkes no 1197 tahun 2004 BAB VI mendefinisikan


PIO sebagai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini baik
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.
FARMASI KLINIK

TUJUAN PIO

1. Menyediakan Informasi 2. Menyediakan Informasi


mengenai Obat kepada Pasien untuk membuat kebijakan
dan tenaga kesehatan di yang berhubungan dengan
Lingkungan Rumah Sakit dan Obat/Sediaan farmasi, alat
pihak lain di luar Rumah kesehatan, dan bahan medis
Sakit habis pakai, terutama bagi
komite/tim farmasi dan terapi

3. Menunjang ketersediaan
dan penggunaan obat yang
4.
rasional, berorientasi pada
Meningkatkan profesionalisme
pasien, tenaga kesehatan, dan
apoteker.
pihak lain.
Alasan di butuhkannya pio

• Mendukung apoteker farmasi klinik di unit pasien


(bangsal)
1

• Membantu memutakhirkan dan memelihara


2 formularium rumah sakit

• Mendukung pelaksanaan sistem formularium rumah


3 sakit yang efisien

• sebagai materi edukasi dan konseling bagi


4 professional kesehatan dan pasien
Kegiatan pelayanan informasi obat

Menerbitkan buletin, leaflet, poster atau brosur

• Memberikan informasi dan edukasi


kepada pasien
• Menjawab pertanyaan baik lisan
maupun tulisan

Bersama dengan tim melakukan Penyuluhan


Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
ataupun rawat inap

Melakukan penelitian
FARMASI KLINIK

Sasaran Informasi Obat

• Pasien dan atau keluarga pasien.


• Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker,
perawat, bidan, asisten apoteker, dan lain-lain.
• Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan
lain-lain
FARMASI
07 KLINIK

Sumber Informasi Obat

1. Sumber daya, meliputi :

 Tenaga kesehatan

 Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain.

 Pustaka

 Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan Farmakope.

 Sarana

 Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan.

 Prasarana

 Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi farmasi, Organisasi
profesi seperti dokter, apoteker, dan lain-lain.

2. Pustaka
FARMASI
08 KLINIK

Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi obat,


indikator yang dapat digunakan antara lain :

Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan

Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat


dijawab

Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan

Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan


(leaflet, buletin, ceramah)
Kemampuan untuk mengembangkan ide dan
meramu sumber daya.
FARMASI KLINIK

KATEGORI PELAYANAN INFORMASI


OBAT

 Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat


atau tatap muka.

 Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak


ulang atau re print).

 Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan


obat, konsep-konsep obat yang sedang dalam penelitian atau
peninjauan penggunaan obat-obatan.

 Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun


formularium rumah sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang
diajukan untuk masuk dalam formularium rumah sakit.
FARMASI KLINIK

METODE PELAYANAN INFORMASI


OBAT

 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on call

disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.

 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang diluar iam

kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi

 yang sedang tugas jaga.

 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada

pelayanan informasi obat diluar jam kerja.

 Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh semua apoteker

instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.

 Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh semua apoteker

instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam kerja
APA SIH
SWAMEDIKASI
ITU?

swamedikasi merupakan suatu


upaya seseorang dalam
mengobati gejala penyakit
tanpa berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu
Langkah-Langkah
Pelayanan Swamedikasi 1. Pembuka
 Salam
 Memperkenalkan diri

2. Dialog dengan pasien (Penggalian Informasi)

Hal-hal yang ditanyakan :

1) Age/appearance?/Usia/Penampilan?
2) Self or someone else?/Apakah pasien sendiri atau orang lain?
3) Medication?/Obat apa yang telah digunakan untuk merespon penyakit tersebut?
4) Extra medicines?/Apakah ada obat lain yang sedang dikonsumsi?
5) Time persisting? Berapa lama penyakit tersebut di derita?
6) History?/Bagaimana riwayat penyakit pasien?
7) Other Symptoms?/Apakah ada gejala lain yang menyertai?
8) Danger Symptoms?/Adakah gejala yang berbahaya yang ditunjukkan?
9) Adakah usaha lain untuk mengatasi gejala penyakit?
10) Adakah alergi terhadap obat?
Lanjutan...
3. Penilaian/ Assessment Pasien

4. Pemilihan obat yang tepat (Pertimbangkan Rasionalitas)

5. Pemberian informasi obat pada pasien


a) Panggil pasien
b) Pada saat memberikan obat pastikan:
a. Suara (Dapat di dengar jelas oleh pasien)
b. Tempo
c. Tata bahasa
d. Posisi berhadapan dengan pasien
e. Kontak mata
f. Body language
g. Tidak menggunakan bahasa medis
h. Empati kepada pasien
i. Mendengarkan pasien dengan baik
6. Verifikasi pasien (Memastikan pasien sudah menerima
informasi dengan benar)

7. Penutup

- Sampaikan harga
- Ucapkan terimakasih
- Ucapkan semoga lekas sembuh
FAKTOR PENYEBAB SWAMEDIKASI

Beberapa faktor penyebab tersebut berdasarkan hasil


penelitian WHO; antara lain sebagai berikut :

Faktor sosial
ekonomi

Ketersediaan Gaya
produk baru Hidup

Faktor Kemudahan
Kesehatan Memperoeh
Lingkungan produk obat
Sesuai Permenkes NO. 919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat
yang dapat diserahkan tanpa resep adalah:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65
tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat wajib apotek (OWA) tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus
yang harus melibatkan tenaga kesehatan, semisal dokter
atau perawat.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
(Zeenot, 2013)
Berdasarkan beberapa penelitian, penyakit-
penyakit yang paling sering diobati secara
swamedikasi, antara lain demam, batuk, flu, nyeri,
diare, dan gastritis (Supardi dan Raharni, 2006;
Abay dan Amelo, 2010).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai