Anda di halaman 1dari 58

FARMAKOTERAPI

KONSTIPASI
DOSEN PENGAMPU :
TIARA TRI AGUSTINI, M.FARM., Apt

• OLEH
KELOMPOK 3 :

AZKIA WANUDYA RAMADHANI


ERMEI LISNAINI
IZZATUL SYARLI
NUR AMALINA
REIHAN KHAIRIATI
TRIA ANDRIANI
SOUFIE ARYANI

S.1-VC

2
SUB POKOK BAHASAN
DEFINISI KONSTIPASI

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI

FAKTOR RESIKO

GEJALA

PROGNOSIS

KLASIFIKASI

PENATALAKSANAAN

PERAN APOTEKER
3
DEFINISI
Konstipasi biasa disebut sembelit atau
susah buang air besar. Konstipasi adalah
suatu keadaan yang ditandai oleh
perubahan konsistensi feses menjadi keras,
ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi (Eva, 2015)

4
EPIDEMIOLOGI

Konstipasi banyak terjadi di masyarakat umum pada


kelompok remaja dan dewasa awal. Menurut
Chudahman Manan, risiko terjadinya konstipasi lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria
dengan angka perbandingan 4:1 (Susilawati, 2010).

5
EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Higgins dan
Johanson, perhitungan prevalensi konstipasi di Amerika
Utara berkisar antara 1,9% - 27,2% dengan perbandingan
antara wanita dan pria sebesar 2,2:1.

• Studi di Beijing melaporkan angka kejadian konstipasi pada


kelompok usia 18-70 tahun sekitar 6,07% dengan rasio antara
pria dengan wanita 1:4. Berdasarkan data International US
Census Bereau pada tahun 2003 seperti yang dikutip oleh
Sari (2009), terdapat sebanyak 3.857.327 jiwa yang
mengalami konstipasi di Indonesia.
ETIOLOGI

1. Penyakit pada saluran cerna; sindrom iritasi usus, diverkulitis, penyakit saluran
cerna atas, Penyakit pada anal dan rektum, wasir, tumor, hernia, volvulus usus,
sifilis, TB, infeksi cacing, limphogranuloma, Penyakit hirscprung's

2. Gangguan metabolik dan endokrin; diabetes melitus dengan neuropati,


hipotiroidisme, pheokromositoma, hiperkalsemia, kelebihan glukagon enterik.

3. Kehamilan; Penekanan motilitas usus, peningkatan penyerapan cairan dari usus


besar, penurunan aktivitas fisik, perubahan diet, Kurangnya asupan cairan, diet rendah
serat, penggunaan garam besi.

4. Neurogenik; penyakit sistem syaraf pusat, trauma otak, cedera spinal kordata,
tumor sistem syaraf pusat, kecelakaan cerebrovaskular, penyakit parkinson's

5. Psikogenik; Psikogenik untuk mengabaikan/menunda dorongan


untuk buang air besar, penyakit psikiatrik

6. Penggunaan obat-obatan tertentu, Seperti analgetik, antikolinergik, antasida, antihistamin


7
PATOFISIOLOGI
Adanya kelainan pada transit feses dalam
kolon atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat dari peristaltik kolon tidak efektif.

Menyebabkan proses pengeringan feses


yang berlebihan dan kegagalan untuk
memulai reflek pengosongan dari rektum
 retensi tinja.

Distensi rektum dan kolon mengurangi


sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas
peristaltik.

Akibatnya, cairan dari kolon proksimal dapat merembes


disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa
terasa.

Tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. 8


9
FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami
konstipasi, antara lain:
⦁ Jenis kelamin. Konstipasi lebih sering dialami oleh perempuan
daripada pria, terutama pada masa sebelum menstruasi dan masa
kehamilan.
⦁ Usia. Konstipasi juga lebih sering dialami oleh lansia
⦁ Makan makanan yang rendah serat.
⦁ Jarang atau tidak berolahraga sama sekali.
⦁ Minum obat-obatan tertentu, termasuk obat penenang, atau obat
untuk tekanan darah tinggi.
⦁ Memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi.

10
GEJALA
Gejala utama konstipasi adalah frekuensi
Gejala konstipasi buang air besar lebih jarang dari biasanya
lainnya meliputi: atau kurang dari tiga kali dalam seminggu.

⦁ Harus mengejan saat buang air


besar. ⦁ Perut kembung

⦁ Merasa tidak tuntas setelah ⦁ Sakit perut.


buang air besar. ⦁ Perlu bantuan untuk mengeluarkan
⦁ Tinja terlihat kering, keras, atau tinja, seperti menggunakan tangan
bergumpal. untuk mengeluarkan tinja dari anus.

⦁ Terasa ada yang mengganjal


Terutama pada anak-anak, konstipasi dapat
pada rektum atau bagian paling
ditandai dengan gejala berupa lesu, gampang
akhir dari usus besar.
marah, gelisah, serta terdapat bercak kotoran di
Alodokter. dr. Tjin Willy. 2018 celana. 11
PROGNOSIS
⦁ Pada umumnya konstipasi yang tidak disebabkan oleh gangguan
gastrointestinal mempunyai prognosis yang baik dan fungsi
saluran cerna dapat kembali normal. Konstipasi sekunder yang
disebabkan oleh beberapa kelainan memiliki prognosis yang
tergantung kepada penyakit penyerta.
⦁ Rekurensi mungkin timbul karena sangat bergantung terhadap
kedisiplinan pasien dalam menerapkan modifikasi gaya hidup.
⦁ Pada beberapa kasus yang jarang, operasi mungkin diperlukan.
Misalnya pada pasien dengan resistensi terhadap laksatif dan
pasien dengan obstruksi jalan keluar feses (outlet obstruction).

D Basson Marc. "Constipation." Medscape (2018).


12
KLASIFIKASI
Berdasarkan
patosiolog
konstipasi

Konstipasi akibat Konstipasi


kelainan struktural fungsional

berhubungan dengan
gangguan motilitas
kolon atau anorektal
terjadi melalui proses
obstruksi aliran tinja.
Primer:
Sekunder:
apabila penyebab
apabila penyebab
dasar konstipasi
dasar konstipasi
tidak dapat
dapat ditentukan 13
ditentukan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu
berlangsungnya konstipasi

Akut Kronis

apabila kejadian baru apabila kejadian telah


berlangsung selama 1- berlangsung lebih
4 minggu dari 4 minggu

14
DIAGNOSIS
Dalam menentukan adanya konstipasi terdapat tiga
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. frekuensi BAB,
2. konsistensi tinja, dan
3. temuan pada pemeriksaan fisik.

1. ANAMNESIS
DIAGNOSIS 2. PEMERIKSAAN FISIK
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

15
LANJUTAN... Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosis
Anamnesis merupakan hal yang penting dalam menentukan adalah
adanya konstipasi pada anak. Terdapat tiga hal penting yang (1) foto polos abdomen yang berguna
perlu diketahui, yaitu untuk menilai adanya skibala dan
(1) pola buang air besar seperti frekuensi BAB, ukuran kelainan pada tulang belakang,
tinja, konsistensi tinja, dan nyeri saa BAB, (2) pemeriksaan waktu singgah kolon
(2) keadaan anak secara umum, dan (transit time) untuk mengevaluasi
(3) riwayat konstipasi, seperti saat mekonium pertama kali konstipasi kronik yang tidak
muncul, dan saat penerapan latihan berhajat. memberikan respon optimal terhadap
terapi yang diberikan
(3) barium enema untuk melihat daerah
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien konstipasi aganglion yang terdapat pada
adalah : Hirschprung,
(4) manometri anoraktal untuk menilai
(1) masa tinja pada abdomen kuadran kiri bawah abdomen, pada konstipasi tekanan rektum dan sfingter anus,
berat dapat pula ditemukan di bawah processus xiphoideus, serta menilai sensasi rektum, refleks
rekto-ani, dan rectal compliance
(2) pemeriksaan colok dubur untuk melihat adanya fissura ani, nyeri pada
anus, adanya tinja dan konsistensi tinja di dalam rektum, ada tidaknya
darah atau tinja, tonus, dan konstraksi sfingter anus.
16
TUJUAN TERAPI

Untuk mengidentifikasi dan


mengobati penyebab
sekunder

Mengurangi gejala,
serta mengembalikan
fungsi normal usus

17
FARMAKOLOGI
• Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3
hari (laksatif pembentuk bulk, dokusat, dan laktulosa)
• Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau
semifluid dalam 6-12 jam (derivat difenilmetan dan
derivat antrakuinon)
• Senyawa yang mempermudah pengosongan usus
dalam 1-6 jam (garam katartik/saline cathartics, minyak
jarak/castor oil, dan polyethylene glycol-electrolyte
lavage solution/peg-els)

18
NON FARMAKOLOGI

• Merubah gaya hidup yang tidak sehat


• Modifikasi diet dan agen pembentuk bulk
• Meningkatkan asupan serat dan
memperbanyak asupan cairan
• Membiasakan olahraga yang teratur
• Menghindari obat-obat yang dapat memicu
konstipasi
• Jangan menahan untuk buang air besar
• Pembedahan

19
OBAT DOSIS
Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3 hari :
Bulk-forming agents :
Metilselulosa 4-6g/hari
Polikarbofil 4-6 g/hari
Psillium Bervariasi sesuai produk
Emolien
Natrium dokusat 50-360 mg/hari
Kalsium dokusat 50-360 mg/hari
Kalium dokusat 100-300 mg/hari
Laktulosa 15-30 ml oral
Sorbitol 30-50 g/hari oral
Minyak mineral 15-30 ml oral
Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau semifluid dalam 6-12 jam :
Bisakodil (oral) 5-15 mg oral
Fenolftalein 30-270 mh oral
Cascara sagrada Dosis bervariasi sesuai formula
Senna Dosis bervariasi sesuai formula
Magnesium sulfat (dosis rendah) < 10 g oral
20
Senyawa yang mempermudah pengosongan usus dalam 1-6 jam :
PENATALAKSANAAN
21
PERAN APOTEKER
• Edukasi pasien dan keluarga pasien tentang resiko dan
manfaat terapi
• Mencari tahu riwayat pengobatan pasien / alergi
• Memberikan konseling pada pasien yang sedang
menjalani terapi untuk meningkatkan
pengetahuan,pemahaman dan kepatuhan pasien
• Pemantauan Terapi Obat
• Membantu pemilihan obat yang tepat untuk pasien
• Monitoring efek samping obat

22
LANJUTAN...

• Edukasi yang tepat pada anak dan orangtua dapat


meningkatkan keberhasilan terapi
• Latihan BAB (toilet training)
• Stimulasi dalam bentuk olah raga pada anak yang
kurang aktif
• Makanan berserat
• Pemberian laksatif oral atau mineral oil

23
DAFTAR PUSTAKA
⦁ D Basson Marc. "Constipation." Medscape (2018).
⦁ Eva, F. 2015. Prevalensi Konstipasi Dan Faktor Risiko Konstipasi Pada Anak.
Tesis. Denpasar. Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Pp. 20.
⦁ Higgins PDR, Johanson JF. Epidemiology of constipation in North America:
A systematic review. Amarican Journal of Gastroenterology. 2004:750-9.
⦁ Sari SK. Tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universtitas
Sumatera Utara tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi
tahun 2009 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009.
⦁ Susilowati, D. 2010. Cara Tepat Atasi Sembelit. Medika Republika. 30
November 2010: Pp. 23.

24
Thanks!
Any questions?

25
FARMAKOTERAPI
DIARE
DEFINISI
Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan
konsistensi kotoran/tinja dibandingkan dengan
pola buang air besar normal seseorang.
DIPIRO,8TH EDITION

Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar


(BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB
bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai contoh,
beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan
yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu
ISO Farmakoterapi, 2008
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi diare bervariasi di negara maju dan negara berkembang,
profil epidemiologis melalui CDC atau literatur yang diterbitkan di
Amerika, diare kronis mempengaruhi sekitar 5% dari populasi orang
dewasa dan berkisar dari 3% hingga 20% pada anak-anak di seluruh dunia.
Di negara-negara berkembang, diare adalah penyebab utama penyakit
dan kematian pada anak-anak, menciptakan tekanan ekonomi yang luar
biasa pada biaya perawatan kesehatan.Tahun 2017 jumlah penderita diare
SU yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan
terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita
atau 62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua
umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk

(Rapid Survey Diare tahun 2015)


ETIOLOGI
Karakteristik feses penting dalam menilai etiologi diare.
Penjelasan tentang frekuensi, volume, konsistensi, dan
warna dapat memberikan petunjuk diagnostik. Misalnya,
diare dimulai dalam usus halus menghasilkan feses
berlehan, berair atau berlemak dan tinja berbau busuk,
mengandung partikel makanan yang tidak tercerna dan
biasanya bebas dari darah kotor. Diare kolon muncul
sebagian kecil, pucat, dan berdarah atau berlendir.
Tenesmus rektal flatus menyertai diare usus besar

DIPIRO,8TH EDITION
LANJUTAN...

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6


golongan, yaitu:
1) Infeksi
a) Bakteri (shigella, salmonelia, e. coli dan golongan
vibrio)
b) Virus (rotavirus, norwalk+norwalk like agent dan
adenovirus)
c) Parasit (cacing perut, ascaris, trichuris, bacilus
cereus)
2) Malabsorpsi
3) Alergi
4) Keracunan
- Keracunan bahan kimia
- Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi
(jasad renik, algae, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran)
5) Imunisasi Defisiensi
6) Sebab-sebab lain (Depkes RI, 2002)
31
31
PATOFISIOLOGI
Ada empat mekanisme patofisiologis umum mengganggu
air dan keseimbangan elektrolit, menyebabkan diare, dan
merupakan dasar diagnosis dan terapi, diantaranya :
a. Perubahan transpor ion aktif oleh baik penurunan
penyerapan natrium atau peningkatan sekresi klorida
b. Perubahan motilitas usus
c. Peningkatan osmolaritas luminal
d. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan

Mekanisme ini telah dikaitkan dengan empat kelompok


DIPIRO,8TH EDITION diare klinis yang luas : sekretori, transit usus osmotik,
eksudatif dan diubah 32
A. Gangguan Sekretori
Diare sekretori terjadi ketika zat
perangsang meningkatkan sekresi atau
mengurangi penyerapan sejumlah besar
air dan elektrolit. Zat yang menyebabkan
Banyak agen ini merangsang adenosin
sekresi berlebih termasuk vasoactive monofosfat siklik intraseluler dan menghambat
intestinal peptide (VIP) dari pankreas Na + / K + -adenosine triphosphatase
tumor, lemak makanan yang tidak (ATPase), yang menyebabkan peningkatan
terserap dalam steatorrhoe, pencahar, sekresi. Dan juga, banyak dari mediator ini
yang menghambat penyerapan ion secara
hormon, racun bakteri, dan garam bersamaan. Diare sekretorik yaitu volume tinja
empedu yang berlebihan. besar (> 1 L / hari) dengan isi ionik normal dan
osmolalitas kira-kira sama dengan plasma.
Puasa tidak mengubah Volume tinja pada
DIPIRO,8TH EDITION pasien ini. 33
B. Gangguan transit usus osmotik

⦁ Zat yang penerapannya buruk dapat mempertahankan cairan


usus, menyebabkan diare osmotik. Proses ini terjadi dengan
sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, pemberian ion divalen
(contoh : antasida yang mengandung magnesium), atau
mengkonsumsi yang kurang larut karbohidrat (misalnya
laktulosa).
⦁ Karena zat terlarut yang kurang larut diangkut, usus
menyesuaikan osmolalitas dengan plasma; dengan begitu, air
dan elektrolit mengalir ke dalam lumen. Secara klinis, diare
osmotik dapat dibedakan dari jenis lain, karena akan berhenti
jika pasien resor ke keadaan puasa.
DIPIRO,8TH EDITION
34
C. Gangguan eksudatif

yang menyebabkan penyakit radang gastrointestinal


saluran cerna yaitu lendir, protein serum, dan darah
masuk ke usus. Terkadang gerakan usus hanya
terdiri atas lendir, eksudat, dan darah. Eksudatif
diare mempengaruhi fungsi serap, sekretori, atau
fungsi motilitas pada alasan untuk menjelaskan
volume pada buang air besar (BAB) yang terkait
dengan gangguan ini.

DIPIRO,8TH EDITION
35
D. Gangguan perubahan motilitas usus
Perubahan motilitas usus menyebabkan diare
dengan tiga mekanisme :
⦁ pengurangan waktu kontak di usus halus,
⦁ pengosongan usus besar sebelum waktunya,
dan
⦁ pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Chyme harus terkena epitel usus untuk periode
waktu yang cukup untuk memungkinkan Di sisi lain, peningkatan waktu pemaparan
penyerapan dan proses sekresi yang normal memungkinkan pertumbuhan berlebih bakteri
terjadi. Jika waktu kontak ini berkurang, maka akan fecal. Karakteristik pola usus halus diare adalah
terjadi diare. Reseksi usus atau operasi bypass pergerakan cepat, kecil, dan berpasangan.
(pemotongan) dan obat-obatan (seperti Pergerakannya tidak efisien, tidak memungkinkan
penyerapan, dan cepat dibuang oleh chyme
metoclopramide) penyebab dari jenis diare ini.
(cairan perut penghancur makanan) ke dalam
usus besar. Setelah di usus besar, chyme
DIPIRO,8TH EDITION melebihi kemampuan kolon dalam menyerap air.
36
FAKTOR RESIKO
Menurut Widoyono (2008) penyebab diare dapat dikelompokan
menjadi :
⦁ Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
⦁ Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio
cholera, dan lain-lain.
⦁ Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia,
Cryptosporidium( 4-11%).
⦁ Keracunan makanan
⦁ Malabsorpsi : Karbohidrat, lemak, dan protein.
⦁ Alergi : makanan, susu sapi.
⦁ Imunodefisiensi : AIDS
37
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :

1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
2. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam suatu susu
formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam,
dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan
terdapat lemak yang disebut trigliserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

38
LANJUTAN...
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang
matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

39
GEJALA DAN TANDA
⦁ Timbulnya mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, kedinginan, dan malaise.
⦁ Pergerakan usus sering dan tidak pernah berdarah, dan diare berlangsung 12 hingga 60
jam.
⦁ Nyeri periumbilikal intermiten atau kuadran kanan bawah dengan kram dan bunyi usus
yang terdengar adalah karakteristik dari penyakit usus kecil.
⦁ Ketika rasa sakit hadir dalam diare usus besar, itu adalah sensasi mencekam, sakit
dengan tenesmus (mengejan, tidak efektif, dan buang air besar yang menyakitkan). Rasa
sakit
⦁ melokalisasi ke daerah hipogastrik, kuadran kanan atau kiri bawah, atau sakral
⦁ wilayah.
⦁ Pada diare kronis, riwayat serangan sebelumnya, penurunan berat badan, anoreksia, dan
kelemahan kronis adalah temuan penting.

40
PROGNOSIS
Prognosis secara keseluruhan adalah baik. Sebagian
besar kasus dewasa dengan diare ringan akibat
pemberian antibiotik akan sembuh sempurna tanpa
komplikasi

(penyakIt infeksi di indonesia & solusi kini mendatang,


nasorudin, 2011)

41
KLASIFIKASI
1

Durasi 14 – 30 hari
42
PEMERIKSAAN
⦁ Pemeriksaan fisik
Biasanya menunjukkan hyperperistalsis dengan borborygmi dan
kesakitan umum atau lokal.
⦁ Tes laboratorium
Studi analisis bangku termasuk pemeriksaan untuk mikroorganisme,
darah, lendir, lemak, osmolalitas, pH, elektrolit dan konsentrasi mineral, dan budaya.
Alat tes stool berguna untuk mendeteksi virus GI, terutama rotavirus.
⦁ Visualisasi endoskopi
Visualisasi endoskopi langsung dan biopsi kolon dapat dilakukan untuk
menilai adanya kondisi seperti kolitis atau kanker
⦁ Tes serologi antibodi
Menunjukkan peningkatan titer selama periode 3-6 hari, tetapi tes ini
tidak praktis dan tidak spesifik. Kadang-kadang, volume total tinja harian juga
ditentukan
DIPIRO,8TH EDITION 43
PENATALAKSANAAN

44
Tujuan Perawatan:
⦁ Untuk mengatur pola makan
⦁ mencegah air berlebih, elektrolit, dan gangguan asam basa;
⦁ memberikan bantuan bergejala;
⦁ mengobati penyebab diare yang dapat diatasi;
⦁ mengelola gangguan sekunder yang menyebabkan diare.
⦁ Diare, seperti batuk, bisa jadi mekanisme pertahanan tubuh
untuk membersihkan diri dari zat atau patogen berbahaya. Itu
respons terapeutik yang tepat tidak harus menghentikan diare
dengan segala cara. Jika diare adalah sekunder untuk penyakit
lain, mengendalikan kondisi primer diperlukan.

DIPIRO,8TH EDITION 45
Rekomendasi untuk mengobati diare akut.

DIPIRO,8TH EDITION 46
Rekomendasi untuk mengobati diare kronis

DIPIRO,8TH EDITION 47
NON FARMAKOLOGI
• Penatalaksanaan diet merupakan prioritas pertama untuk
pengobatan Kebanyakan dokter menyarankan untuk
menghentikan makanan padat selama 24 jam dan hindari
produk susu.
• Saat mual atau muntah ringan, diet residu rendah yang
dapat dicerna diberikan 24 jam.
• Jika muntah hadir dan tidak dapat dikendalikan dengan
antiemetik, Ketika gerakan usus menurun, diet hambar
dimulai. Makan harus dilanjutkan pada anak-anak dengan
diare bakteri akut.
• Rehidrasi dan pemeliharaan air dan elektrolit adalah
pengobatan utama langkah-langkah sampai episode diare
berakhir. Jika muntah dan tidak dehidrasi
DIPIRO,8TH EDITION 48
FARMAKOLOGI
Obat- obat yang digunakan dalam pengobatan
diare dikelompokkan beberapa kategori yaitu
antimotilitas, adsorben, antisekresi,enzim,dan
mikroflora usus. Obat-obatan tersebut tidak
menyembuhkan tetapi hanya meringankan.

DIPIRO,8TH EDITION

49
Opiat dan Turunannya
⦁ Opiat dan turunan opioid menunda transit
intraluminal isi atau meningkatkan kapasitas saluran
cerna, memperpanjang kontak dan adsorpsi.
Keterbatasan penggunaan opiat adalah potensi
terjadinya adiksi dan memperburuk penyakit pada
diare yang disebabkan oleh infeksi.
⦁ Loperamid sering direkomendasikan untuk terapi
diare akut atau kronis.

DIPIRO,8TH EDITION
50
ADSORBEN
⦁ Adsorben (seperti kaolin pektin) digunakan
untuk meningkatkan gejala, tetapi kerjanya tidak
spesifik, sehingga dapat mengabsorpsi nutrisi,
toksin, dan obat getah pencernaan, pemberian
bersama obat lain akan mengurangi
bioavabilitasnya.

DIPIRO,8TH EDITION
51
ANTISEKRESI
Bismut subsalisilat sering digunakan untuk
pengobatan atau pencegahan diare dan memiliki
efek antisekresi, antiinflamasi, dan antibakteri.

DIPIRO,8TH EDITION
52
OKTREOTIDE
⦁ Oktreotide merupakan suatu analog oktapeptid
sintetik dari somatostatin yang diresepkan untuk
pengobatan gejala tumor karsinoid dan tumor
sekresi VIP. Okteropeptid menghambat pelepasan
serotonin dan peptida aktif lain serta efektif dalam
mengontrol diare. Interval dosis untuk penanganan
diare yang disertai tumor karsinoid adalah 100-600
mcg/day dalam 2-4 dosis terbagi secara subkutan.

53
54
55
EVALUASI
• Memberikan informasi kepada pasien mengenai efek
samping yang bias muncul
• Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapi
non farmakologi guna menunjang keberhasilan
terapi.
• Menjelaskan obat yang digunakan, indikasi, cara
penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya.
• Memberitahukan kepada pasien cara pencegahan
dan penatlaksanaan diare secara tepat agar tidak
terulang kembali

DIPIRO,8TH EDITION 56
LANJUTAN...

• Asupan nutrisi (makanan) harus diteruskan untuk mencegah


atau meminimalkan gangguan gizi yang terjadi
• Banyak minum air, terutama jika ia megalami demam
• Hindari konsumsi minimum bersoda atau ringan atau minuman
lain yang banyak mengandung glukosa karena glukosa/gula
dapat menyebabkan air terserap ke usus sehingga
memperberat kondisi diare
• Hindari membeli dan mengonsumsi makanan atau minuman
dari took/penjual yang tidak terjamin kesehatannya.
• Biasakan untuk mencuci seluruh bagian tangan secara cermat
dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air besar atau
kecil, dan sebelum menyiapkan makanan, untuk mencegah
penularan diare
• Hindari konsumsi produk susu dan makanan.
DIPIRO,8TH EDITION
57
Thanks!
Any questions?

58

Anda mungkin juga menyukai