KONSTIPASI
DOSEN PENGAMPU :
TIARA TRI AGUSTINI, M.FARM., Apt
• OLEH
KELOMPOK 3 :
S.1-VC
2
SUB POKOK BAHASAN
DEFINISI KONSTIPASI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO
GEJALA
PROGNOSIS
KLASIFIKASI
PENATALAKSANAAN
PERAN APOTEKER
3
DEFINISI
Konstipasi biasa disebut sembelit atau
susah buang air besar. Konstipasi adalah
suatu keadaan yang ditandai oleh
perubahan konsistensi feses menjadi keras,
ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi (Eva, 2015)
4
EPIDEMIOLOGI
5
EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Higgins dan
Johanson, perhitungan prevalensi konstipasi di Amerika
Utara berkisar antara 1,9% - 27,2% dengan perbandingan
antara wanita dan pria sebesar 2,2:1.
4. Neurogenik; penyakit sistem syaraf pusat, trauma otak, cedera spinal kordata,
tumor sistem syaraf pusat, kecelakaan cerebrovaskular, penyakit parkinson's
10
GEJALA
Gejala utama konstipasi adalah frekuensi
Gejala konstipasi buang air besar lebih jarang dari biasanya
lainnya meliputi: atau kurang dari tiga kali dalam seminggu.
berhubungan dengan
gangguan motilitas
kolon atau anorektal
terjadi melalui proses
obstruksi aliran tinja.
Primer:
Sekunder:
apabila penyebab
apabila penyebab
dasar konstipasi
dasar konstipasi
tidak dapat
dapat ditentukan 13
ditentukan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu
berlangsungnya konstipasi
Akut Kronis
14
DIAGNOSIS
Dalam menentukan adanya konstipasi terdapat tiga
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. frekuensi BAB,
2. konsistensi tinja, dan
3. temuan pada pemeriksaan fisik.
1. ANAMNESIS
DIAGNOSIS 2. PEMERIKSAAN FISIK
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
LANJUTAN... Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosis
Anamnesis merupakan hal yang penting dalam menentukan adalah
adanya konstipasi pada anak. Terdapat tiga hal penting yang (1) foto polos abdomen yang berguna
perlu diketahui, yaitu untuk menilai adanya skibala dan
(1) pola buang air besar seperti frekuensi BAB, ukuran kelainan pada tulang belakang,
tinja, konsistensi tinja, dan nyeri saa BAB, (2) pemeriksaan waktu singgah kolon
(2) keadaan anak secara umum, dan (transit time) untuk mengevaluasi
(3) riwayat konstipasi, seperti saat mekonium pertama kali konstipasi kronik yang tidak
muncul, dan saat penerapan latihan berhajat. memberikan respon optimal terhadap
terapi yang diberikan
(3) barium enema untuk melihat daerah
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien konstipasi aganglion yang terdapat pada
adalah : Hirschprung,
(4) manometri anoraktal untuk menilai
(1) masa tinja pada abdomen kuadran kiri bawah abdomen, pada konstipasi tekanan rektum dan sfingter anus,
berat dapat pula ditemukan di bawah processus xiphoideus, serta menilai sensasi rektum, refleks
rekto-ani, dan rectal compliance
(2) pemeriksaan colok dubur untuk melihat adanya fissura ani, nyeri pada
anus, adanya tinja dan konsistensi tinja di dalam rektum, ada tidaknya
darah atau tinja, tonus, dan konstraksi sfingter anus.
16
TUJUAN TERAPI
Mengurangi gejala,
serta mengembalikan
fungsi normal usus
17
FARMAKOLOGI
• Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3
hari (laksatif pembentuk bulk, dokusat, dan laktulosa)
• Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau
semifluid dalam 6-12 jam (derivat difenilmetan dan
derivat antrakuinon)
• Senyawa yang mempermudah pengosongan usus
dalam 1-6 jam (garam katartik/saline cathartics, minyak
jarak/castor oil, dan polyethylene glycol-electrolyte
lavage solution/peg-els)
18
NON FARMAKOLOGI
19
OBAT DOSIS
Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3 hari :
Bulk-forming agents :
Metilselulosa 4-6g/hari
Polikarbofil 4-6 g/hari
Psillium Bervariasi sesuai produk
Emolien
Natrium dokusat 50-360 mg/hari
Kalsium dokusat 50-360 mg/hari
Kalium dokusat 100-300 mg/hari
Laktulosa 15-30 ml oral
Sorbitol 30-50 g/hari oral
Minyak mineral 15-30 ml oral
Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau semifluid dalam 6-12 jam :
Bisakodil (oral) 5-15 mg oral
Fenolftalein 30-270 mh oral
Cascara sagrada Dosis bervariasi sesuai formula
Senna Dosis bervariasi sesuai formula
Magnesium sulfat (dosis rendah) < 10 g oral
20
Senyawa yang mempermudah pengosongan usus dalam 1-6 jam :
PENATALAKSANAAN
21
PERAN APOTEKER
• Edukasi pasien dan keluarga pasien tentang resiko dan
manfaat terapi
• Mencari tahu riwayat pengobatan pasien / alergi
• Memberikan konseling pada pasien yang sedang
menjalani terapi untuk meningkatkan
pengetahuan,pemahaman dan kepatuhan pasien
• Pemantauan Terapi Obat
• Membantu pemilihan obat yang tepat untuk pasien
• Monitoring efek samping obat
22
LANJUTAN...
23
DAFTAR PUSTAKA
⦁ D Basson Marc. "Constipation." Medscape (2018).
⦁ Eva, F. 2015. Prevalensi Konstipasi Dan Faktor Risiko Konstipasi Pada Anak.
Tesis. Denpasar. Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Pp. 20.
⦁ Higgins PDR, Johanson JF. Epidemiology of constipation in North America:
A systematic review. Amarican Journal of Gastroenterology. 2004:750-9.
⦁ Sari SK. Tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universtitas
Sumatera Utara tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi
tahun 2009 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009.
⦁ Susilowati, D. 2010. Cara Tepat Atasi Sembelit. Medika Republika. 30
November 2010: Pp. 23.
24
Thanks!
Any questions?
25
FARMAKOTERAPI
DIARE
DEFINISI
Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan
konsistensi kotoran/tinja dibandingkan dengan
pola buang air besar normal seseorang.
DIPIRO,8TH EDITION
DIPIRO,8TH EDITION
LANJUTAN...
DIPIRO,8TH EDITION
35
D. Gangguan perubahan motilitas usus
Perubahan motilitas usus menyebabkan diare
dengan tiga mekanisme :
⦁ pengurangan waktu kontak di usus halus,
⦁ pengosongan usus besar sebelum waktunya,
dan
⦁ pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Chyme harus terkena epitel usus untuk periode
waktu yang cukup untuk memungkinkan Di sisi lain, peningkatan waktu pemaparan
penyerapan dan proses sekresi yang normal memungkinkan pertumbuhan berlebih bakteri
terjadi. Jika waktu kontak ini berkurang, maka akan fecal. Karakteristik pola usus halus diare adalah
terjadi diare. Reseksi usus atau operasi bypass pergerakan cepat, kecil, dan berpasangan.
(pemotongan) dan obat-obatan (seperti Pergerakannya tidak efisien, tidak memungkinkan
penyerapan, dan cepat dibuang oleh chyme
metoclopramide) penyebab dari jenis diare ini.
(cairan perut penghancur makanan) ke dalam
usus besar. Setelah di usus besar, chyme
DIPIRO,8TH EDITION melebihi kemampuan kolon dalam menyerap air.
36
FAKTOR RESIKO
Menurut Widoyono (2008) penyebab diare dapat dikelompokan
menjadi :
⦁ Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
⦁ Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio
cholera, dan lain-lain.
⦁ Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia,
Cryptosporidium( 4-11%).
⦁ Keracunan makanan
⦁ Malabsorpsi : Karbohidrat, lemak, dan protein.
⦁ Alergi : makanan, susu sapi.
⦁ Imunodefisiensi : AIDS
37
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
2. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam suatu susu
formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam,
dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan
terdapat lemak yang disebut trigliserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
38
LANJUTAN...
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang
matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
39
GEJALA DAN TANDA
⦁ Timbulnya mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, kedinginan, dan malaise.
⦁ Pergerakan usus sering dan tidak pernah berdarah, dan diare berlangsung 12 hingga 60
jam.
⦁ Nyeri periumbilikal intermiten atau kuadran kanan bawah dengan kram dan bunyi usus
yang terdengar adalah karakteristik dari penyakit usus kecil.
⦁ Ketika rasa sakit hadir dalam diare usus besar, itu adalah sensasi mencekam, sakit
dengan tenesmus (mengejan, tidak efektif, dan buang air besar yang menyakitkan). Rasa
sakit
⦁ melokalisasi ke daerah hipogastrik, kuadran kanan atau kiri bawah, atau sakral
⦁ wilayah.
⦁ Pada diare kronis, riwayat serangan sebelumnya, penurunan berat badan, anoreksia, dan
kelemahan kronis adalah temuan penting.
40
PROGNOSIS
Prognosis secara keseluruhan adalah baik. Sebagian
besar kasus dewasa dengan diare ringan akibat
pemberian antibiotik akan sembuh sempurna tanpa
komplikasi
41
KLASIFIKASI
1
Durasi 14 – 30 hari
42
PEMERIKSAAN
⦁ Pemeriksaan fisik
Biasanya menunjukkan hyperperistalsis dengan borborygmi dan
kesakitan umum atau lokal.
⦁ Tes laboratorium
Studi analisis bangku termasuk pemeriksaan untuk mikroorganisme,
darah, lendir, lemak, osmolalitas, pH, elektrolit dan konsentrasi mineral, dan budaya.
Alat tes stool berguna untuk mendeteksi virus GI, terutama rotavirus.
⦁ Visualisasi endoskopi
Visualisasi endoskopi langsung dan biopsi kolon dapat dilakukan untuk
menilai adanya kondisi seperti kolitis atau kanker
⦁ Tes serologi antibodi
Menunjukkan peningkatan titer selama periode 3-6 hari, tetapi tes ini
tidak praktis dan tidak spesifik. Kadang-kadang, volume total tinja harian juga
ditentukan
DIPIRO,8TH EDITION 43
PENATALAKSANAAN
44
Tujuan Perawatan:
⦁ Untuk mengatur pola makan
⦁ mencegah air berlebih, elektrolit, dan gangguan asam basa;
⦁ memberikan bantuan bergejala;
⦁ mengobati penyebab diare yang dapat diatasi;
⦁ mengelola gangguan sekunder yang menyebabkan diare.
⦁ Diare, seperti batuk, bisa jadi mekanisme pertahanan tubuh
untuk membersihkan diri dari zat atau patogen berbahaya. Itu
respons terapeutik yang tepat tidak harus menghentikan diare
dengan segala cara. Jika diare adalah sekunder untuk penyakit
lain, mengendalikan kondisi primer diperlukan.
DIPIRO,8TH EDITION 45
Rekomendasi untuk mengobati diare akut.
DIPIRO,8TH EDITION 46
Rekomendasi untuk mengobati diare kronis
DIPIRO,8TH EDITION 47
NON FARMAKOLOGI
• Penatalaksanaan diet merupakan prioritas pertama untuk
pengobatan Kebanyakan dokter menyarankan untuk
menghentikan makanan padat selama 24 jam dan hindari
produk susu.
• Saat mual atau muntah ringan, diet residu rendah yang
dapat dicerna diberikan 24 jam.
• Jika muntah hadir dan tidak dapat dikendalikan dengan
antiemetik, Ketika gerakan usus menurun, diet hambar
dimulai. Makan harus dilanjutkan pada anak-anak dengan
diare bakteri akut.
• Rehidrasi dan pemeliharaan air dan elektrolit adalah
pengobatan utama langkah-langkah sampai episode diare
berakhir. Jika muntah dan tidak dehidrasi
DIPIRO,8TH EDITION 48
FARMAKOLOGI
Obat- obat yang digunakan dalam pengobatan
diare dikelompokkan beberapa kategori yaitu
antimotilitas, adsorben, antisekresi,enzim,dan
mikroflora usus. Obat-obatan tersebut tidak
menyembuhkan tetapi hanya meringankan.
DIPIRO,8TH EDITION
49
Opiat dan Turunannya
⦁ Opiat dan turunan opioid menunda transit
intraluminal isi atau meningkatkan kapasitas saluran
cerna, memperpanjang kontak dan adsorpsi.
Keterbatasan penggunaan opiat adalah potensi
terjadinya adiksi dan memperburuk penyakit pada
diare yang disebabkan oleh infeksi.
⦁ Loperamid sering direkomendasikan untuk terapi
diare akut atau kronis.
DIPIRO,8TH EDITION
50
ADSORBEN
⦁ Adsorben (seperti kaolin pektin) digunakan
untuk meningkatkan gejala, tetapi kerjanya tidak
spesifik, sehingga dapat mengabsorpsi nutrisi,
toksin, dan obat getah pencernaan, pemberian
bersama obat lain akan mengurangi
bioavabilitasnya.
DIPIRO,8TH EDITION
51
ANTISEKRESI
Bismut subsalisilat sering digunakan untuk
pengobatan atau pencegahan diare dan memiliki
efek antisekresi, antiinflamasi, dan antibakteri.
DIPIRO,8TH EDITION
52
OKTREOTIDE
⦁ Oktreotide merupakan suatu analog oktapeptid
sintetik dari somatostatin yang diresepkan untuk
pengobatan gejala tumor karsinoid dan tumor
sekresi VIP. Okteropeptid menghambat pelepasan
serotonin dan peptida aktif lain serta efektif dalam
mengontrol diare. Interval dosis untuk penanganan
diare yang disertai tumor karsinoid adalah 100-600
mcg/day dalam 2-4 dosis terbagi secara subkutan.
53
54
55
EVALUASI
• Memberikan informasi kepada pasien mengenai efek
samping yang bias muncul
• Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapi
non farmakologi guna menunjang keberhasilan
terapi.
• Menjelaskan obat yang digunakan, indikasi, cara
penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya.
• Memberitahukan kepada pasien cara pencegahan
dan penatlaksanaan diare secara tepat agar tidak
terulang kembali
DIPIRO,8TH EDITION 56
LANJUTAN...
58