Anda di halaman 1dari 8

Konstruksi Industri Tambang

Pendahuluan
Menurut Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
Adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang
Latar Belakang
• Kegiatan pertambangan mineral dan batubara memiliki karakteristik,
antara lain padat modal, teknologi tinggi, serta risiko dan bahaya yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk mendukung kegiatan pertambangan
yang sesuai dengan karakteristik tersebut dan dalam rangka
menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, diperlukan sumber daya
manusia yang berkompeten.
Peraturan perundang-undangan
• Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
• Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 1973 Tentang Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
• Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun
2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara
Kasus dalam Konstruksi Industri Tambang
• Kolam Bekas Galian Tambang Batu Bara
Pada 2017 Terdapat 1754 lubang bekas galian tambang batu bara yang
ada di kalimantan timur, menyebabkan korban jiwa sebanyak 32 orang,
29 diantaranya adalah anak-anak, tercatat dari 2011 hingga 2018
Sedangkan 115 korban jiwa meninggal tercatat sejak 2014 hingga 2018
untuk se Indonesia, yang diakibatkan oleh kolam bekas galian tambang
batu bara tersebut, yang setelah beroperasi dibiarkan begitu saja tanpa
adanya penutupan kembali atau reklamasi.
• Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 78 tahun
2010 tentang reklamasi dan pascatambang, pasal 2 berisi
(1) Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan
reklamasi,
(2) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang.
(3) Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi.
(4) Reklamasi dan pascatambang sebagaimana dimakdud pada ayat (2)
dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan
dengan sistem dan metode:
a. penambangan terbuka; dan
b. penambangan bawah tanah
Kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada
PERMEN ESDM Nomor 26 tahun 2018 meliputi pelaksanaan aspek:
a. teknis pertambangan;
b. konservasi Mineral dan Batubara;
c. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
d. keselamatan operasi pertambangan;
e. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, Reklamasi, dan
Pascatambang, serta Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun,
pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan.
Hasil Evaluasi
• Pemerintah harus lebih tegas kepada Perusahaan industri Tambang,
setelah selesai beroperasi untuk membuat reklamasi terhadap bekas
galian nya.
• Jarak minimum antara pemukiman dan lokasi tambang adalah 500
meter
• Papan peringatan atau kawat – kawat pembatas harus diperketat agar
akses ke lubang bekas galian tambang tidak bisa dilewati oleh warga

Anda mungkin juga menyukai