Anda di halaman 1dari 19

dr.

MUTHMAINAH, MKes
DEFINISI

● Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam


sebab, biasanya ditandai oleh adanya edema setempat yang
cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
kemerahan, meninggi di permukaan kulit disertai rasa gatal,
tersengat atau tertusuk.

● Kelainan seperti urtikaria mengenai lapisan yang lebih dalam


dari dermis (di subkutis atau submukosa)  angioedema.
Angioedema dapat mengenai saluran napas, saluran cerna dan
organ kardiovaskuler.
ETIOLOGI

Bermacam-macam faktor:
Makanan
Obat-obatan
Gigitan/sengatan serangga
Inhalan
Kontaktan
Trauma fisik
Stres psikis
Infeksi
Penyakit sistemik
Genetik
Idiopatik  80% kasus.
KLASIFIKASI

 Lamanya serangan: Akut (< 6 minggu) & kronik ( 6 minggu)

 Bentuk kelainan di kulit: Papula, gutata, plakat dsb.

 Luas dan dalamnya jaringan yang terkena: Lokal, generalisata &


angioedema.

 Penyebab dan mekanisme terjadinya: Imunologik, non


imunologik dan idiopatik.
KLASIFIKASI MENURUT ETIOLOGI & PATOGENESIS

Imunologik Reaksi hipersensitivitas tipe I, II & III

Langsung memacu sel mast


Menyebabkan perubahan metabolisme
Non imunologik asam arakidonat
Langsung merangsang pembuluh darah 
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas

Idiopatik Tidak diketahui penyebabnya


PATOGENESIS

Melibatkan IgE  Rx
Non imunologik Degranulasi sel mast / hipersensitivitas tipe I
basofil  pelepasan Melibatkan komplemen
mediator-mediator  Rx hipersensitivitas
tipe II & III

Vasodilatasi &
peningkatan
permeabilitas kapiler Imunologik

Idiopatik Urtikaria
Reaksi
PATOGENESIS
Hipersensitivitas
Tipe I
Reaksi
Hipersensitivitas
Tipe II
Reaksi Hipersensitivitas
Tipe III
GEJALA KLINIS

 Klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas,


kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya
dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga,
besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. Keluhan
subyektif biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk.

 Urtikaria dapat timbul setempat (lokal), merata di seluruh tubuh


(generalisata) atau mengenai lapisan di bawah dermis
(angioedema), dan dapat terjadi secara akut (< 6 minggu) atau
kronis ( 6 minggu).
Pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS
Anamnesis

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah, urine dan feses rutin  infeksi tersembunyi /


kelainan alat dalam.
2. Pemeriksaan gigi, THT & usapan vagina  infeksi fokal.
3. Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen.
4. Tes kulit  mencari alergen.
5. Tes eliminasi makanan  menghentikan semua makanan yang dicurigai
untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu.
6. Tes dengan es (ice cube test)
7. Tes dengan air hangat.
PENATALAKSANAAN

Antihistamin
Medikamentosa Kortikosteroid
-adrenergik

Non medikamentosa Menghindari faktor penyebab


Akupunktur
TERAPI AKUPUNKTUR PADA
URTIKARIA

~ Didasarkan pada patogenesis urtikaria yang antara lain melalui jalur


imunologik → dipilih titik-titik akupunktur yang memperbaiki sistem
imun, misalnya: Zusanli (ST 36) dan Hegu (LI4).

~ Digunakan titik-titik akupunktur yang secara empiris dan telah


dibuktikan melalui penelitian dapat membantu penyembuhan
urtikaria seperti: LI11 (Quchi), SP10 (Xuehai), SP6 (Sanyinjiao) dan
beberapa titik akupunktur di telinga. Namun belum semua titik ini
dapat dijelaskan bagaimana mekanisme kerjanya sehingga dapat
mengatasi urtikaria.
Mekanisme kerja akupunktur pada urtikaria

♥ Mekanisme kerja akupunktur pada urtikaria dapat dijelaskan melalui aktivasi jalur
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
♥ Telah diketahui bahwa jika suatu titik akupunktur dirangsang maka hal ini dapat
menimbulkan stimulasi yang mengaktifkan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
♥ Aktivasi aksis ini dapat menyebabkan dilepaskannya kortikosteroid (CRF →
ACTH → kortikosteroid)
♥ Kortikosteroid dapat meregulasi sistem imun antara lain dengan:
▪ Meningkatkan kadar AMP siklik sehingga dapat menghambat terlepasnya
mediator oleh sel mast atau basofil.
▪ Membentuk suatu zat (makrokortin dan lipomodulin) yang dapat menghambat
enzim fosfolipase A2 sehingga dapat menghambat pembentukan asam
arakidonat→ menghambat pembentukan metabolit-metabolit asam arakidonat
seperti: prostaglandin, leukotrien.
Penelitian akupunktur pada urtikaria

◉ Chen dan Yu (1998) menyatakan bahwa pengobatan urtikaria akut dengan


akupunktur, mudah dan efektif. Lebih dari 90% pasien dengan urtikaria akut
mengalami penyembuhan dengan terapi akupunktur. Terdapat empat titik
akupunktur yang paling sering digunakan untuk terapi urtikaria akut yaitu: LI11
(Quchi), SP10 (Xuehai), SP6 (Sanyinjiao) dan ST36 (Zusanli).
◉ Chen dan Yu (1998) menyatakan bahwa penggunaan kombinasi titik akupunktur
tubuh dan telinga dapat menyembuhkan 96% pasien urtikaria kronis. Terdapat
empat macam titik akupunktur telinga yang sering digunakan untuk urtikaria
kronis yaitu: titik paru, titik endokrin, titik subkorteks dan titik shenmen.
◉ Penelitian yang dilakukan oleh Iraji et al (2006) menunjukkan bahwa terapi dengan
titik-titik: GB31 (Fengshi), GB20 (Fengchi), BL40 (Weizhong) dan LI4 (Hegu)
selama tiga minggu dapat memperbaiki urtikaria kronis. Terdapat perbedaan
bermakna mengenai jumlah dan lama episode serangan antara kelompok kontrol
dan perlakuan, dimana kelompok perlakuan mengalami pengurangan serangan
sebesar 25%.
DAFTAR PUSTAKA

Aisah S. 2007. Urtikaria. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah S. (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi V. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pp: 169-176.

Baratawidjaja K.G. 1998. Imunologi Dasar. Edisi III. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Pp: 76-98.

Chapel H., Haeney M., Misbah S. and Snowden N. 1999. Essentials of Clinical Immunology. 4th
edition. United Kingdom. Blackwell Science Ltd. Pp: 90-91.

Chen C.J. and YU H.S. 1998. Acupuncture treatment of urticaria. J Arch Dermatol. 134: 1397-
1399.

Iraji F., Sghayi M. and Mokhtari H. 2006. Acupuncture in the treatment of chronic urticaria: a double
blind study. The Internet Journal of Dermatology. Volume 3 Number 2: 1531-3018.

Kusuma A. dan Kiswojo. 1983. Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur. Cetakan III. Jakarta. Penerbit
PT Gramedia. Pp: 269-270.

Saputra K. 2002. Akupunktur Klinik. Cetakan I. Surabaya. Airlangga University Press. Pp: 23-26.

Yunus F. 1998. Manfaat kortikosteroid pada asma bronkial. Cermin Dunia Kedokteran. No. 121.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai