• Teori Eksistensial
• Ansietas umum muncul tanpa adanya stimulus spesifik yang memicu
rasa cemas.
• Konsep sentral teori ini : seseorang merasa hidup dalam dunia yang
tidak berarah.
Sistem Saraf Otonom
• SSO pada orang dengan gangguan panik :
• Tonus simpatis ↑
• Adaptasi lambat terhadap stimulus berulang
• Respons berlebihan terhadap stimulus sedang
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F40.0 Agorafobia
• Klasifikasi :
• F40.00 Agorafobia tanpa gangguan panik
• F40.01 Agorafobia dengan gangguan panik
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria diagnostik dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas yg timbul harus terbatas pada (terutama tjd dlm hub dng ) setidaknya 2 dari situasi berikut :
banyak org / keramaian, tempat umum, berpergian ke luar rumah, & berpergian sendiri, dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yg menonjol (penderita mnjd housebound)
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F40.1 Fobia Sosial
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi u/ diagnostik pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas harus mendominasi atau terbatas pd situasi sosial tertentu (outside the family circle), dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yg menonjol
• Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dng dng agorafobia, hendaknya dibuat diagnosis agorafobia
(F40.0)
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F40.1 Fobia Khas (Terisolasi)
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi u/ diagnostik pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas harus terbatas pd adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situations), dan
c) Situasi fobik tsb sedapat mungkin dihindarinya
• Umumnya tdk ada gejala psikiatrik lain, tdk spt halnya agorafobia & fobia sosial
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Tatalaksana
• Terapi psikologik
• Desensitisasi sistematik, terapi pernapasan (exposure), imaginal exposure, participant modelling, guided
mastery, imaginal flooding
• Psikoterapi berorientasi tilikan
• Terapi lain : hypnotheraphy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan
• Farmakoterapi
• Obat2 efektif : SSRI, khususnya u/ fobia sosial umum merupakan pilihan pertama
• Benzodiazepine, venlafaxine, buspirone, MAOI, antagonis b-adrenergik reseptor dpt diberikan 1 jam sebelum
terpapar dng stimulus fobia, misalnya bicara di dpn public
• Terapi sama dng gangguan panik : obat anti ansietas, antidepresan, & psikoterapi khususnya terapi kognitif
perilaku
• Terapi thd fobia spesifik yg terutama adl terapi perilaku yaitu th/ pemaparan (desensitisasi ps dng pemaparan
stimulus fobik scr bertahap)
• Pengobatan u/ fobia sosial : beta bloker (propranolol)
• u/ fobia sosial umum anti ansietas & antidepresan
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F41.0 Gangguan panik (ansietas paroksismal episodik)
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Gangguan panik baru ditegakkan sbg diagnosis utama bila tdk ditemukan adanya gangguan ansietas fobik
(F40.-)
• u/ diagnosis pasti, harus ditemukan adanya berberapa kali serangan ansietas berat (severe attacks of
autonomic anxiety) dlm masa kira2 1 bulan :
a) Pd keadaan2 dimana sebenarnya scr objektif tdk ada bahaya
b)Tdk terbatas pd situasi yg telah diketahui atau yg dpt diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c) Dng keadaan yg relatif bebas dr gejala2 ansietas pd periode di antara serangan2 panik (meskipun
demikian, umumnya dpt terjadi juga “ansietas antisipatorik”, yaitu ansietas yg terjadi stlh membayangkan
sesuatu yg mengkhawatirkan akan terjadi)
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Penderita harus menunjukkan ansietas sbg gejala primer yg berlangsung hampir setiap hari u/ berberapa
minggu sampai berberapa bulan, yg tdk terbatas atau hanya menonjol pd keadaan situasi khusus tertentu
saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
• Gejala2 berikut biasanya mencakup unsur2 berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk dpt santai), dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Pd anak2 sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan u/ ditenangkan (reassurance) serta keluhan2 somatik
berulang yg menonjol
• Adanya gejala2 lain yg sifatnya sementara (u/ berberapa hari), khususnya depresi, tdk membatalkan diagnosis
utama gangguan ansietas menyeluruh, selama hal tsb tdk memenuhi kriteria lengkap dr episode depresif
(F32.-), gangguan ansietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-)
• Prognosis : keadaan kronis yg mungkin berlangsung seumur hidup, 25% penderita akhirnya mengalami gangguan
panik, juga dpt mengalami gangguan depresi mayor
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F41.3 Gangguan ansietas campuran lainnya
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Memenuhi kriteria gangguan ansietas menyeluruh (F41.1) & juga menunjukkan (meskipun hanya dlm jangka
pendek) ciri2 yg menonjol dr kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tdk memenuhi kriterianya scr lengkap
• Bila gejala2 yg memenuhi kriteria dr kelompok gangguan ini tjd dlm kaitan dng perubahan taau stres
kehidupan yg bermakna, makan dimasukkan dlm kategori F43.2, gangguan penyesuaian
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F 42 GANGGUAN OBSESIF –KOMPULSIF
Ciri utama : pikiran obsesif atau tindakan kompulsif yg berulang
Pedoman Diagnostik
Dx, gejala2 obsesional atau tindakan kompulsif atau
kedua2nya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya
dua minggu berturut2, merupakan sumber distres atau
gangguan aktivitas
• Sebagian besar gejala yang muncul secara tiba – tiba, terutama estela satu peristiwa yang
menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, atau kematian seorang sanak saudara.
Perjalanan penyakit biasanya lama atau bervariasi, beberapa dapat berfluktuasi namun ada pula
yang constan.
• Prognosis yang buruk terjadi apabila pasien mengalah pada kompulsi, yang berawal pada masa
anak – anak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan di RS, gangguan depresi berat yang menyertai,
kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, dan adanya gangguan kepribadian.
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik dengan adanya
peristiwa pencetus, dan sifat gejala yang episodik.
Penatalaksanaan
Pedoman Diagnostik
• Timbulnya dlm waktu 6 bln, disebabkan oleh suatu
peristiwa traumatik yg luar biasa berat
• Onset > 6 bln dgn manifest klinis khas seperti yg
telah disebutkan
Termasuk : Neurosis Traumatik
Tipikal gejala PTSD :
• Reexperiencing the traumatic event
menghidupkan kembali dlm ingatannya ttg peristiwa traumatis tsb
• Avoidance
penderita akan menghindari aktivitas atau situasi yg mengingatkan
kembali pd kejadian traumatis
Tipikal gejala PTSD :
• Reduced responsiveness
tdk responsif thd dunia luar, psychic numbing (kaku/dingin),
emotional anesthesia
• Increased arousal, anxiety, and guilt
meningkatkan keterbangkitan, mjd waspada, respon yg berlebihan &
gangg tidur
perasaan bersalah krn dpt bertahan dr kejadian traumatis, sedangkan
orang lain tdk
Prognosis
• Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan
medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan olehdokternya bahwa
tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. Keluhan dibedakan tiap subtipe, yaitu :
• Gangguan somatisasi, ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ
• Gangguan konversi, ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis
• Hipokondriasis, ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan pasien bahwa ia
menderita penyakit tertentu.
• Gangguan dismorfik tubuh, ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu
bagian tubuh mengalami cacat
• Gangguan nyeri, ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau
secara bermakna diekserbasi oleh faktor
etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu
zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan (Kapita Selekta, 2001).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut
(Nevid, dkk, 2005):
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran
sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
−Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari
situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan
sekunder).
−Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
−Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab
ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
−Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda
dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
−Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-
impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik
(gangguan konversi).
−Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategis elf-handicaping (hipokondriasis
F45.0 gangguan somatisasi
• Diagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III:
• 1. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya kelainan fisik yang
sudah berlangsung sekitar 2 tahun.
• 2. Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
• 3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat
keluhan-keluhannya dan dampaak daari perilakunya.
-termasuk :
: sindrom keluhan multipel
: gangguan psikosomatik multipel
• Diagnosis banding
-gamgguan fisik
-gangguan afektif (depresif) dan anxietas
-gangguan hipokondrik
-gangguan waham
F.45.1 Gangguan Somatoform Tak Terperinci
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
a) Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan
lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
b) Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas,
akan tetapi tidak boleh ada penyeba fisik dari keluhan-keluhannya
termasuk : gangguan psikosomatik tak terinci
DD: spt tdpt pd F45.0
atau (DSM IV)
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu
makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
−Salah satu (1)atau (2)
• Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh
efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
• Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan,keluhan
fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
−Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
−Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
−Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura)
F.45.2 Gangguan Hipokondrik
• Hipokondriasis adalah keterpakuan (PREOKUPASI) pada ketakutan menderita, atau keyakinan
bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk
keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya
meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat
karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.
• Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami
seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau
masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan
itu tidak berdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat
terjadi di usia berapa pun.
• Dilanda ketakutan akan memiliki peny serius, memandang tanda2
keluhan fisik sbg tanda peny fisik
• Tdk ada dasar organik yg ditemukan
• Bkn termasuk distorsi fgs fisik, hanya perasaan cemas bhw
kesehatannya lbh buruk dibandingkan dg orang lain
• Bisanya banyak keluhan sakit perut, sakit kepala, selalu mdptkan
gejala peny baru
• Umumnya suka membaca buku ttg peny & selalu merasa bhw gejala
peny yg baru dibacanya itu ada pd dirinya
• Atau stlh mendengar omongan orang lain maka ia merasa memiliki
peny spt itu
• Merasa tdk dpt sembuh & selalu mencari kesembuhan, tp kalau
diperiksa sehat & nafsu makannya baik
• Dinamika psikologis : penderita melebihkan perhatian pd tubuhnya.
Reaksi ini berfgs utk proteksi thd perasaan gagal, konflik, dsb. Hal ini
disbbkan orang sakit tdk mungkin dimintai pertanggungjawaban &
kalau tdk mencapai sst maka dimaafkan. Jd sebetulnya tdk sakit,
hanya banyak keluhan
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:
• a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
• b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya
• Termasuk :
gangguan dismorfik tubuh
dismorfofobia
Neurosis hipokondrik
Hipokondriasis
nosofobia
• DD:
• Gangguan somatisasi
• Gangguan depresif
• Gangguan waham
• Gangguan anxietas dan ggg panik
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis
−Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia
menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru
orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
−Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis
yang tepat
−Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
−Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
−Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan
somatoform lain
• F.45.3 disfungsi otonomik somatoform
Kriteria diagnostik yang diperlukan :
−ada gejala bangkitan otonomik ex, palpitasi, berkeringat, tremor,
muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu
−gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu
(tidak khas)
−preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh
hasil Px maupun penjelasan dari dokter
−tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud
Tak termasuk : faktor psikologis dan perilaku yg berhubungan dgn ggg atau penyakin YDK(F54)
F 45.30 Jantung & sistem Cardiovascular
• Neurosis Jantung
• Sindrom Da Costa
• Astenia Neurosirkulatorik
F 45.31 Saluran Pencernaan Bagian Atas
• Neurosis Lambung
• Aerofagi/kembung lambung psikogenik, cekukan,
dispepsia, pilorospasme
Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Daftar Pustaka
• Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. In Pataki CS, Sussman N, editors. Kaplan
& Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015.
• Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013.
• Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. FKUI :
Jakarta; 2013.