Anda di halaman 1dari 95

Gangguan Neurotik

• Neurosa atau juga disebut dengan Psikoneurosa(istilah lama, tak


dipakai lagi), istilah ini kurang tepat karena tak ada gangguan neuron
(sel saraf) atau disebut “Psikogenik”.
• PPDGJ III menggunakan istilah Gangguan Neurotik (F-40 dst, bersama
Ggn. Somatoform dan Ggn terkait Stres)
Definisi
• Prof Maramis:
• Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena
tak dapat diselesaikannya suatu konflik secara sadar. Kecemasan yg
timbul dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai
mekanisme pertahanan psikologik (defence-mechanism) dan
munculah gejala-gejala subjektif lain yg mengganggu.
• Karena ada konflik, maka mengganggu sistem/susunan saraf
otonom.
Definisi
• Lubis (ahli Psikoanalisa FK UI)
• Neurosa dapat dipandang sebagai suatu bentuk khusus
dari penjelmaan ansietas dan penjelmaan ikhtiar individu
untuk meniadakan ansietas itu
• PPDGJ III
• Gangguan neurotik adalah gangguan mental yg
tidak mempunyai dasar organik (fungsional) yg
dpt ditunjukkan, pasien cukup mempunyai
tilikan (insight) serta kemampuan daya nilai
realitasnya tdk terganggu dan prilakunya
biasanya masih di dalam batas-batas normal
sosial serta kepribadiannya tetap utuh.
Epidemiologi
• Kuang lebih 50% dari pasien yg berobat ke dokter ( LUBIS )
• 40 – 80/100 penduduk dunia (KUSUMANTO) , sd. 0,8%
Etiologi
1. Psikoanalisa
• Pengalaman di masa lalu yaitu konflik antara beberapa dorongan
yang bertentangan (id dgn super ego) dan timbulnya tingkah laku
‘kompromi’ (contoh: oedipus complex, castraxion anxiety) yg
mendamaikan dan memuaskan dorongan sebagian dan sedapat –
dapatnya meniadakan atau mengendalikan ansietas.
Etiologi
2. Behavioristik
• Pengalaman di masa lalu sebagai sebagai wadah pembentukan
pola tingkah laku melalui proses belajar (learning process)
3. Fisik Konstitusional.
Manusia dilahirkan dengan kondisi fisik tertentu / fisik eksogen
Reaksi terhadap suatu “kecemasan”

1. Secara sadar. Kecemasan di hilangkan dgn penyesuaian diri yg


berorientas kepada tugas (coping-adaptation)
2. Secara tak sadar.
a. Mekanisme konversi:
• Akut : Sindroma Histerik, Stupor dll.
• Menahun.
• Tanpa perubahan organik yaitu ggn psikosomatik.
Contoh: goal getter type(maag), hunger of love
(asma), agresifitas tertahan(dermatitis)
• Dgn perubahan organik yaitu ggn psikofisiologik
(organik-fungsional) : Ulcus peptikum, dll.
b. Mekanisme lain. Neurosa fobik, obsesi, kompulsi, dll.
Teori Psikoanalitik
• Sigmund Freud
• Ansietas (cemas) adalah hasil dari konflik psikis antara pikiran agresif
& ancaman dari superego atau realita eksternal.
• Sebagai respons, ego memobilisasi mekanisme pertahanan (defense)
untuk mencegah munculnya pikiran/ perasaan yang tidak dapat
diterima tersebut dalam alam sadar.
Teori Perilaku
• Ansietas adalah respons terkondisi terhadap stimulus lingkungan yang
spesisfik.
• Seorang anak perempuan yang biasa dirawat oleh ayah penyiksa
akan cemas setiap kali melihat ayahnya tersebut.

• Teori Eksistensial
• Ansietas umum muncul tanpa adanya stimulus spesifik yang memicu
rasa cemas.
• Konsep sentral teori ini : seseorang merasa hidup dalam dunia yang
tidak berarah.
Sistem Saraf Otonom
• SSO pada orang dengan gangguan panik :
• Tonus simpatis ↑
• Adaptasi lambat terhadap stimulus berulang
• Respons berlebihan terhadap stimulus sedang

• Efek aktivasi SSO pada orang cemas : kardiovaskular (takikardia), otot


(sakit kepala), GI (diare), respiratori (takipnea).
Neurotrasmitter
• Norepinephrine  fungsi NE ↑ (akibat stimulasi pada locus ceruleus
di rostral pons).
• HPA axis  cortisol ↑  mobilisasi & isi ulang cadangan energi,
kewaspadaan & fokus ↑.
• CRH  sekresi cortisol & inhibisi food intake.
• Serotonin ↑
• GABA  fungsi abnormal reseptor GABA.
Brain Imaging Studies
• CT & MRI
• Ukuran ventrikel serebral ↑
• Defek spesifik di lobus temporal kanan  pada gangguan panik.

• PET, fMRI, SPECT, EEG


• Pada gangguan cemas  abnormalitas yang bervariasi di korteks frontal,
occipital & temporal.
• Pada gangguan panik  abnormalitas pada gyrus parahippocampus.
• Pada OCD  gangguan pada caudate nucleus.
• Pada PTSD  gangguan pada amygdala (pusat rasa takut).
F40 Gangguan Ansietas Fobik
• Ansietas dicetuskan o/ adanya situasi/objek yg jelas (dr • Klasifikasi :
luar individu itu sendiri) yg sebenarnya pd saat kejadian • F40.0 Agorafobia
ini tdk membahayakan • F40.00 Agorafobia tanpa gangguan panik
• Kondisi lain (dr diri individu itu sendiri) seperti perasaan • F40.01 Agorafobia dengan gangguan panik
takut akan adanya penyakit (nosofobia) & ketakutan
• F40.1 Fobia sosial
akan perubahan bentuk badan (dismorfofobia) yg tak
realistik dimasukkan dlm klasidikasi F45.2 (gangguan • F40.2 Fobia khas (terisolasi)
hipokondrik) • F40.8 Gangguan ansietas fobik lainnya
• Sbg akibatnya objek atau situasi tsb dihindari atau • F40.9 Gangguan ansietas fobik YTT
dihadapi dng rasa terancam
• Secara subjektif, fisiologik & tampilan perilaku, ansietas
fobik tdk berbeda dr ansietas yg lain & dpt dlm bentuk
ringan sampai berat (serangan panik)
• Ansietas fobik seringkali berbarengan dng depresi .
Suatu episode depresif seringkali memperburuk
keadaan ansietas fobik yg sudah ada sebelumnya.
Berberapa episode depresif dpt disertai ansietas fobik
yg temporer, sebaliknya afek depresif seringkali
menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia.

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F40.0 Agorafobia
• Klasifikasi :
• F40.00 Agorafobia tanpa gangguan panik
• F40.01 Agorafobia dengan gangguan panik
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria diagnostik dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas yg timbul harus terbatas pada (terutama tjd dlm hub dng ) setidaknya 2 dari situasi berikut :
banyak org / keramaian, tempat umum, berpergian ke luar rumah, & berpergian sendiri, dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yg menonjol (penderita mnjd housebound)

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F40.1 Fobia Sosial
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi u/ diagnostik pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas harus mendominasi atau terbatas pd situasi sosial tertentu (outside the family circle), dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yg menonjol
• Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dng dng agorafobia, hendaknya dibuat diagnosis agorafobia
(F40.0)

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F40.1 Fobia Khas (Terisolasi)
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi u/ diagnostik pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yg timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
bukan sekunder dari gejala2 lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b)Ansietas harus terbatas pd adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situations), dan
c) Situasi fobik tsb sedapat mungkin dihindarinya
• Umumnya tdk ada gejala psikiatrik lain, tdk spt halnya agorafobia & fobia sosial

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Tatalaksana
• Terapi psikologik
• Desensitisasi sistematik, terapi pernapasan (exposure), imaginal exposure, participant modelling, guided
mastery, imaginal flooding
• Psikoterapi berorientasi tilikan
• Terapi lain : hypnotheraphy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan
• Farmakoterapi
• Obat2 efektif : SSRI, khususnya u/ fobia sosial umum merupakan pilihan pertama
• Benzodiazepine, venlafaxine, buspirone, MAOI, antagonis b-adrenergik reseptor dpt diberikan 1 jam sebelum
terpapar dng stimulus fobia, misalnya bicara di dpn public
• Terapi sama dng gangguan panik : obat anti ansietas, antidepresan, & psikoterapi khususnya terapi kognitif
perilaku
• Terapi thd fobia spesifik yg terutama adl terapi perilaku yaitu th/ pemaparan (desensitisasi ps dng pemaparan
stimulus fobik scr bertahap)
• Pengobatan u/ fobia sosial : beta bloker (propranolol)
• u/ fobia sosial umum  anti ansietas & antidepresan

Buku ajar psikiatri. FKUI. Edisi ke-2


F41 Gangguan ansietas lainnya
• Manifestasi ansietas merupakan gejala utama & tdk terbatas pd situasi lingkungan tertentu saja
• Dpt disertai gejala2 depresif & obsesif, bahkan juga berberapa unsur dr ansietas fobik, asal saja jelas bersifat
sekunder atau ringan
• Klasifikasi :
• F41.0 gangguan panik (ansietas paroksismal episodik)
• F41.1 gangguan ansietas menyeluruh
• F41.2 gangguan campuran ansietas dan depresif
• F41.3 gangguan ansietas campuran lainnya
• F41.8 ganggan ansietas lainnya YDT
• F41.9 gangguan ansietas YTT

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F41.0 Gangguan panik (ansietas paroksismal episodik)
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Gangguan panik baru ditegakkan sbg diagnosis utama bila tdk ditemukan adanya gangguan ansietas fobik
(F40.-)
• u/ diagnosis pasti, harus ditemukan adanya berberapa kali serangan ansietas berat (severe attacks of
autonomic anxiety) dlm masa kira2 1 bulan :
a) Pd keadaan2 dimana sebenarnya scr objektif tdk ada bahaya
b)Tdk terbatas pd situasi yg telah diketahui atau yg dpt diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c) Dng keadaan yg relatif bebas dr gejala2 ansietas pd periode di antara serangan2 panik (meskipun
demikian, umumnya dpt terjadi juga “ansietas antisipatorik”, yaitu ansietas yg terjadi stlh membayangkan
sesuatu yg mengkhawatirkan akan terjadi)

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Penderita harus menunjukkan ansietas sbg gejala primer yg berlangsung hampir setiap hari u/ berberapa
minggu sampai berberapa bulan, yg tdk terbatas atau hanya menonjol pd keadaan situasi khusus tertentu
saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
• Gejala2 berikut biasanya mencakup unsur2 berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk dpt santai), dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Pd anak2 sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan u/ ditenangkan (reassurance) serta keluhan2 somatik
berulang yg menonjol
• Adanya gejala2 lain yg sifatnya sementara (u/ berberapa hari), khususnya depresi, tdk membatalkan diagnosis
utama gangguan ansietas menyeluruh, selama hal tsb tdk memenuhi kriteria lengkap dr episode depresif
(F32.-), gangguan ansietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-)
• Prognosis : keadaan kronis yg mungkin berlangsung seumur hidup, 25% penderita akhirnya mengalami gangguan
panik, juga dpt mengalami gangguan depresi mayor

Buku ajar psikiatri. FKUI. Edisi ke-2


Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Tatalaksana
• Farmakoterapi
• Benzodiazepin : pilihan obat pertama, dimulai dng dosis terendah & ditingkatkan mencapai respons terapi.
Lama pengobatan : 2-6 minggu, dilanjutkan dng masa tapering off selama 1-2 minggu
• Buspiron : lebih efektif dlm memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik pd GAD
• SSRI : sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yg > baik drpd fluoksetin. Pemberian fluoksetin dpt
meningkatkan ansietas sesaat. SSRI selektif terutama pd ps GAD dng riwayat depresi
• Psikoterapi
• Terapi kognitif-perilaku
• Terapi suportif
• Terapi berorientasi tilikan

Buku ajar psikiatri. FKUI. Edisi ke-2


Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F41.2 Gangguan campuran ansietas & depresi
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Terdapat gejala ansietas maupun depresi, dimana masing2 tdk menunjukkan rangkaian gejala yg cukup berat
u/ menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk ansietas, berberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tdk terus menerus, disamping rasa cemas, atau kekhawatiran berlebihan
• Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yg > ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan
ansietas lainnya atau ganggan ansietas fobik
• Bila ditemukan sindrom depresi & ansietas yg cukuo berat u/ menegakkan masing2 diagnosis, maka kedua
diagnosis tsb harus dikemukakan, & diagnosis gangguan campuran tdk dpt digunakan. Jika karena sesuatu hal
hanya dpt dikemukakan 1 diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan
• Bila gejala2 tsb berkaitan erat dng stress kehidupan yg jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F41.3 Gangguan ansietas campuran lainnya
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Memenuhi kriteria gangguan ansietas menyeluruh (F41.1) & juga menunjukkan (meskipun hanya dlm jangka
pendek) ciri2 yg menonjol dr kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tdk memenuhi kriterianya scr lengkap
• Bila gejala2 yg memenuhi kriteria dr kelompok gangguan ini tjd dlm kaitan dng perubahan taau stres
kehidupan yg bermakna, makan dimasukkan dlm kategori F43.2, gangguan penyesuaian

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
F 42 GANGGUAN OBSESIF –KOMPULSIF
Ciri utama : pikiran obsesif atau tindakan kompulsif yg berulang

Pikiran obsesional : gagasan, bayangan/impuls yg timbul dlm pikiran


individu scr berulang2 dlm bentuk yang sama  tidak dikehendaki
Tindakan kompulsif : perilaku yg stereotipik, diulang berkali2  tidak
bermanfaat
• Obsesi : pikiran, ide, impuls yg menyerang
ketdksadaran
• Kompulsi : desakan yg tdk tertahan utk melakukan
tindakan atau ritual ttt
• Pikiran obsesif dikaitkan dg tindakan kompulsif, misal :
pikiran ttg kuman peny dihubungkan dg kompulsi utk
mencuci alat makan berkali2 sblm dipakai
• Mnrt perspektif psikodinamika : sebab krn
pertentangan antara id yg muncul sbg pikiran obsesif
& mekanisme pertahanan ego
• Tanda : keinginan yg sulit ditahan utk melakukan perilaku ttt yg
disebabkan oleh pikiran obsesif
• Penderita terpaksa berpikir hal2 yg tdk ingin mereka pikirkan atau
melakukan hal2 yg tdk ingin mereka lakukan
• Penderita mengetahui bhw pikiran & desakan tsb menganggu tp tdk
berdaya utk mengendalikannya
Etiologi

• Terdapat hipotesis bahwa ada keterlibatan disregulasi serotonin.


• Pada PET ditemukan peningkatan aktivitas di lobus frontalis, ganglia
basalis, dan singulum. 35% pasien gangguan ini memiliki sanak
saudara derajat pertama dengan gangguan yang sama.
• teori psikodinamis yang menyatakan bahwa adanya hubungan digan
beberapa mekanisme pertahanan, antara lain isolasi, undoing, reaksi
formasi.
Gangguan obsesif-kompulsif sering disertai gangguan depresif
dan sebaliknya

Pedoman Diagnostik
Dx, gejala2 obsesional atau tindakan kompulsif atau
kedua2nya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya
dua minggu berturut2, merupakan sumber distres atau
gangguan aktivitas

Ciri2 gejala obsesional :


a. Hrs dikenal/disadari sbg pikiran/impuls dari diri individu
sendiri
b. Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yg masih tidak
berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yg tidak lagi dilawan
oleh penderita
c. Pikiran utk melaksanakan tindakan tsb diatas bukan
mrpk hal yg memberi kepuasan atau kesenangan
(sekedar perasaan lega dari ketegangan/anxietas tidak
tanggap sbg kesenangan seperti dimaksud diatas)
d. Pikiran, bayangan atau impuls tsb hrs mrpk
pengulangan yg tdk menyenangkan
Tersamuk :
• Neurosis anankastik
• Neurosis obsesional
• Neurosis obsesif-kompulsif
Diagnosis banding
• Gangguan depresif primer
• Sikzofrenia
• Sindrom teurette
Perjalanan penyakit dan prognosis

• Sebagian besar gejala yang muncul secara tiba – tiba, terutama estela satu peristiwa yang
menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, atau kematian seorang sanak saudara.
Perjalanan penyakit biasanya lama atau bervariasi, beberapa dapat berfluktuasi namun ada pula
yang constan.
• Prognosis yang buruk terjadi apabila pasien mengalah pada kompulsi, yang berawal pada masa
anak – anak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan di RS, gangguan depresi berat yang menyertai,
kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, dan adanya gangguan kepribadian.
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik dengan adanya
peristiwa pencetus, dan sifat gejala yang episodik.
Penatalaksanaan

• Penatalaksanaan meliputi farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi standar


adalah dengan obat spesifik serotonin seperti klomipramin atau penghambat ambilan kembali
serotonin spesifik (SSRI) seperti fluoksetin. Dan apabila terapi gagal, terapi dapat diperkuat
dengan menambahkan litium atau penghambat monoamin oksidase (MAOI), khususnya fenelzin.
• Psikoterapi meliputi terapi perilaku dengan desensitisasi dan terapi keluarga apabila terdapat
faktor disharmoni keluarga yang mempengaruhi timbulnya gangguan tersebut.
F 42.0 PREDOMINAN PIKIRAN OBSESIONAL ATAU
PENGULANGAN
Dapat berupa gagasan, bayangan mental atau dorongan utk
berbuat  distres

F 42.1 PREDOMINAN TINDAKAN KOMPULSIF (OBSESSION


RITUAL)
• Tindakan kompulsif berkaitan dgn kebersihan
• Memeriksa berulang utk meyakinkan bahwa situasi yang
dianggapnya berpotensi nahaya tidak dibiarkan terjadi, atau
masalah kerapian dan keteraturan.
• Merupakan ikhtiar simbolik atau sia-sia untuk menghindari
bahaya tersebut
• Menyita banyak waktu ketidak mampuan mengambil
keputusan dan keterlambatan yang mencolok
• Jarang disertai oleh depresi dibandingkan dengan pikiran
obsesional, lebih responsif terhadap terapi tingkah laku
F 42.2 CAMPURAN TINDAKAN DAN PIKIRAN
OBSESIONAL
• Pasien obsesif-kompulsif memperlihatkan unsur pikiran yg
obsesional maupun tindakan yang kompulsif
• Keduanya (obsesif & kompulsif) hrs seimbang sama2
menonjol
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F 43 CAMPURAN THD STRES BERAT & GANGGUAN
PENYESUAIAN
Diidentifikasikan atas dasar :
• Simtomatologi dan perjalanan penyakit
• Faktor pencetus :
• Stres kehidupan yang luar biasa  stres akut
• Perubahan penting dalam kehidupan  situasi tidak enak 
gangguan penyesuaian
Terdapat pada semua kelompok umur
F 43.0 REAKSI STRES AKUT
• Gangguan sementara yg cukup parah – bbrp jam/hari
• Stressor berupa pengalaman traumatik luar biasa
ancaman serius t/n keamanan/integritas fisik individu
sendiri atau orang2 yg dicintai mis :
• Bencana alam
• Kecelakaan
• Peperangan
• Serangan tindakan kriminal
• Perubahan luar biasa yang mendadak
Faktor Predisposisi

• Adanya trauma pada masa anak-anak


• Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisocial
• System pendukung yang tidak adekuat
• Kerentanan genetic
• Perubahan hidup penuh stress yang baru saja terjadi
• Persepsi lokus control eksternal, bukan internal
• Penggunaaan alcohol yang baru
Penting : kerentanan individual & kemampuan
menyesuaikan diri seseorang
Pedoman Diagnostik :
1. Gambaran gejala campuran yg biasanya
berubah2
• Depresif
• Keadaan terpaku/bengong
• Anxietas
• Kemarahan
• Kekecewaan
• Overaktif
• Penarikan diri
b. Kasus2 yg dpt dialihkan dari lingkup stresornya 
gejala2nya dpt menghilang dgn cepat (bbrp jam).
Bila stres berkelanjutan/tak dapat dialihkan 
gejala mereda seletah 1-3 hari
Termasuk :
• Reaksi krisis akut
• Kelelahan bertempur
• Keadaan krisis
• “shock” psikis
F 43.1 GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
• Timbul sbg akibat/respons yg berkepanjangan &
atau tertunda thd kejadian atau situasi yg
menimbulkan stres
• Faktor predisposisi yaitu ciri kepribadian (misalnya
kompulsif astenik) dpt menurunkan kadar ambang
• Gejala khas : episode2 bayangan kejadian
traumatik terulang kembali (“flash backs”) atau
mimpi, terjadi perasaan “beku” dan penumpukan
emosi, menjauhi orla, tdk responsif thd
lingkungannya, anhedomamenghindari
aktivitas2/situasi yg berkaitan menghindari ingatan
traumatik, bisa mendadak ketakutan, panik atau
agresif
• Terjadi bangkitan otonomik berlebihan dgn
kenekatan yg berlebih, mudah kaget, tertegun,
insomnia. Bisa dsertai anxietas & depresi, dan ide
bunuh diri
• Onset bbrp minggu – bulan = 6 bulan
Perjalanan berfluktuasi

Pedoman Diagnostik
• Timbulnya dlm waktu 6 bln, disebabkan oleh suatu
peristiwa traumatik yg luar biasa berat
• Onset > 6 bln dgn manifest klinis khas seperti yg
telah disebutkan
Termasuk : Neurosis Traumatik
Tipikal gejala PTSD :
• Reexperiencing the traumatic event
menghidupkan kembali dlm ingatannya ttg peristiwa traumatis tsb
• Avoidance
penderita akan menghindari aktivitas atau situasi yg mengingatkan
kembali pd kejadian traumatis
Tipikal gejala PTSD :
• Reduced responsiveness
tdk responsif thd dunia luar, psychic numbing (kaku/dingin),
emotional anesthesia
• Increased arousal, anxiety, and guilt
meningkatkan keterbangkitan, mjd waspada, respon yg berlebihan &
gangg tidur
perasaan bersalah krn dpt bertahan dr kejadian traumatis, sedangkan
orang lain tdk
Prognosis

• 30% pasien pulih sempurna,


• 40% terus menderita gejla ringan
• 20%terus mengalami gejala sedang
• 10% tidak berubah atau malah memburuk
• Umumnya orang yang sangat muda atau sangat lebih tua mengalami
kesulitan
Terapi
• Pendekatan utama adalah mendukng, mendorong untuk
mendiskusikan peristiwa dan pendidikan tentang berbagai
mekanisme mengatasinya.
• Uji klinis menyatakan imipramin dan antitriptilin baik. Obat lain yang
mungkin berguna adalah SSRI, MAOI, dan antikonvulsan
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F 43.2 GANGGUAN PENYESUAIAN

• Keadaan stres yg subjektif & gangguan emosional yg biasanya


menganggu kinerja dan fungsi sosial
• Timbul pd periode adaptasi t/n suatu perubahan dlm hidup yg
bermakna / kehidupan penuh stress
• Predisposisi/kerentanan individual berperan dlm resiko terjadinya
gangguan kepribadian
• Adalah reaksi maladaptif jangka pendek terhadap apa yang disebut
orng awam sebagai nasib malang pribadi atau apa yang disebut
dokter psikiatrik sebagai stressor psikososial. Disebut maladaptif
karna adanya hendaya dalam fungsi sosial atau pekejaan, atau karna
gejala atau prilaku dibawah normal.
Etiologi

• Satu atau beberapa stressor. Dimana inti dari mengerti gangguan


penyesuian adalah sifat stressor, arti sadar dan bawah sadar stressor
dan kerentanan pasien.
• Manifestasi gangguan :
• Afek depresif
• Anxietas
• Kecemasan
• Tdk mampu dlm penyesuaian
• Tdk mampu merencanakan masa depan
• Disabilitas kinerja kegiatan rutin
• Remaja : perilaku agresif/disosiasi Onset 1 bulan setelah
mengalami stress
Lamanya ≤ 6 bln
Pedoman Diagnostik
DX tergantung pd suatu evaluasi yg teliti t/n
hubungan antara :
1. Bentuk, isis, keparahan gejala
2. Riwayat & kepribadian sebelumnya
3. Kejadian / situasi penuh stres/krisis kehidupan
Termasuk : “Culture Shock”
reaksi berkabung
hopitalisasi pada anak
Tak termasuk : gangguan anxietas perpisahan masa
kanak
• Prognosis
• Prognosis baik dengan pengobatan yang sesuai. Remaja biasanya
memerlukan waktu pulih lebih lama dibanding orang dewasa.
Penatalaksanaan

• Psikoterapi meerupakan pengobatan terpilh untuk gangguan


penyesuaian. Terapi kelompok juga dapat sangat berguna. Obat
antiansietas atau antidepresan tergantung jenis gangguan.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
F.45 Gangguan somatoform
• Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai
contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat.
• Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang
bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan.
• Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis
adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan
somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan
(Pardamean E, 2007).
• Bhs Yunani : soma = tubuh
• Simtom lebh mrpkn bentuk yg tdk biasa, spt : paralysis tangan atau
kaki (inkonsistensi dg sistem saraf)
Manifestasi klinis

• Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan
medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan olehdokternya bahwa
tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. Keluhan dibedakan tiap subtipe, yaitu :
• Gangguan somatisasi, ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ
• Gangguan konversi, ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis
• Hipokondriasis, ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan pasien bahwa ia
menderita penyakit tertentu.
• Gangguan dismorfik tubuh, ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu
bagian tubuh mengalami cacat
• Gangguan nyeri, ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau
secara bermakna diekserbasi oleh faktor
etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu
zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan (Kapita Selekta, 2001).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut
(Nevid, dkk, 2005):
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran
sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
−Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari
situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan
sekunder).
−Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
−Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab
ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
−Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda
dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
−Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-
impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik
(gangguan konversi).
−Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategis elf-handicaping (hipokondriasis
F45.0 gangguan somatisasi
• Diagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III:
• 1. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya kelainan fisik yang
sudah berlangsung sekitar 2 tahun.
• 2. Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
• 3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat
keluhan-keluhannya dan dampaak daari perilakunya.
-termasuk :
: sindrom keluhan multipel
: gangguan psikosomatik multipel
• Diagnosis banding
-gamgguan fisik
-gangguan afektif (depresif) dan anxietas
-gangguan hipokondrik
-gangguan waham
F.45.1 Gangguan Somatoform Tak Terperinci
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
a) Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan
lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
b) Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas,
akan tetapi tidak boleh ada penyeba fisik dari keluhan-keluhannya
termasuk : gangguan psikosomatik tak terinci
DD: spt tdpt pd F45.0
atau (DSM IV)
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu
makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
−Salah satu (1)atau (2)
• Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh
efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
• Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan,keluhan
fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
−Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
−Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
−Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura)
F.45.2 Gangguan Hipokondrik
• Hipokondriasis adalah keterpakuan (PREOKUPASI) pada ketakutan menderita, atau keyakinan
bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk
keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya
meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat
karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.
• Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami
seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau
masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan
itu tidak berdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat
terjadi di usia berapa pun.
• Dilanda ketakutan akan memiliki peny serius, memandang tanda2
keluhan fisik sbg tanda peny fisik
• Tdk ada dasar organik yg ditemukan
• Bkn termasuk distorsi fgs fisik, hanya perasaan cemas bhw
kesehatannya lbh buruk dibandingkan dg orang lain
• Bisanya banyak keluhan sakit perut, sakit kepala, selalu mdptkan
gejala peny baru
• Umumnya suka membaca buku ttg peny & selalu merasa bhw gejala
peny yg baru dibacanya itu ada pd dirinya
• Atau stlh mendengar omongan orang lain maka ia merasa memiliki
peny spt itu
• Merasa tdk dpt sembuh & selalu mencari kesembuhan, tp kalau
diperiksa sehat & nafsu makannya baik
• Dinamika psikologis : penderita melebihkan perhatian pd tubuhnya.
Reaksi ini berfgs utk proteksi thd perasaan gagal, konflik, dsb. Hal ini
disbbkan orang sakit tdk mungkin dimintai pertanggungjawaban &
kalau tdk mencapai sst maka dimaafkan. Jd sebetulnya tdk sakit,
hanya banyak keluhan
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:
• a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
• b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya
• Termasuk :
gangguan dismorfik tubuh
dismorfofobia
Neurosis hipokondrik
Hipokondriasis
nosofobia
• DD:
• Gangguan somatisasi
• Gangguan depresif
• Gangguan waham
• Gangguan anxietas dan ggg panik
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis
−Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia
menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru
orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
−Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis
yang tepat
−Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
−Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
−Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan
somatoform lain
• F.45.3 disfungsi otonomik somatoform
Kriteria diagnostik yang diperlukan :
−ada gejala bangkitan otonomik ex, palpitasi, berkeringat, tremor,
muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu
−gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu
(tidak khas)
−preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh
hasil Px maupun penjelasan dari dokter
−tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud
Tak termasuk : faktor psikologis dan perilaku yg berhubungan dgn ggg atau penyakin YDK(F54)
F 45.30 Jantung & sistem Cardiovascular
• Neurosis Jantung
• Sindrom Da Costa
• Astenia Neurosirkulatorik
F 45.31 Saluran Pencernaan Bagian Atas
• Neurosis Lambung
• Aerofagi/kembung lambung psikogenik, cekukan,
dispepsia, pilorospasme

F 45.32 Saluran Pencernaan Bagian Bawah


• Kembung psikogenik, “Irritable Bowel Syndrome”,
Diarrhea Gas Syndrome
F 45.33 Sistem Pernafasan
• Bentuk & Hiperventilasi Psikogenik
F 45.34 Sistem Gentourinaria
• Sering buang air kecil dan disuria psikogenik
F 45.38 Sistem atau organ lainnya
F 45.4 Gangguan Nyeri Samatoform Menetap
• Keluhan : nyeri berat, menyiksa, menetap
• Tdk dpt dijelaskan atas dasar proses fisiologis atau gangguan
fisik
• Ada hubungannya dg konflik emosional atau problem
psikososial yg cukup jelas
• Dampaknya peningkatan perhatian dan dukungan
secara personal maupun medis bagi yg bersangkutan
Termasuk :
• Psikalgia
• Nyeri punggung atau nyeri kepala psikogenik
• Gangguan nyeri somatoform
Diagnosis Banding
• Nyeri oleh sebab organik
• Gangguan Somatisasi
F 45.8 Gagguan Somatoform lainnya
• Keluhan-keluhannya tdk melalui sistem saraf otonom,
secara spesifik terbatas pada bagian tubuh atau sistem
tertentu
• Tidak ada kerusakkan jaringan
Gangguan berikut yg termasuk dalam kelompok ini
adalah :
a. “Globus Hystericus” (perasaan ada benjolan
dikerongkongan yg menyebabkan tercekik)
b. “Torticollis” psikogenik dan gangguan gerakkan
spasmodik lainnya (kecuali sindrom Tourette)
c. Pruritus Psikogenik (tdk termasuk lesi kulit khas
seperti alopesia, dermatitis, ekzema atau urtikaria
oleh penyebab psikogenik (F54))
d. Dismenore Psikogenik (tdk termasuk dispareunia
(F52.6) dan frigiditas (F52.0))
e. “Teeth Grinding”
F 45.9 Gangguan Somatoform YTT
Termasuk gangguan : gangguan psikofisiologis atau
psikosomatik YTT
F 48 Gangguan Neurotik lainnya
F 48.0 Neurasthenia
Pedoman Diagnostik Dx:
a. Adanya keluhan yg menetap dan mengganggu berupa
meningkatnya rasa lelah setelah suatu kejadian
mental, atau keluhan yg juga menetap dan tak enak
mengenai kelemahan badaniah dan kehabisan tenaga
hanya sesudah kegiatan ringan saja
F63.3 Trikotilomania
• Pedoman diagnostik PPDGJ III :
• Gambaran yg essensial dr gangguan ini adalah :
• Kerontokan rambut kepala yg tampak jelas (noticeable) disebabkan o/ berulangkali gagal menahan diri
thd impuls u/ mencabut rambut
• Pencabutan rambut biasanya didahului o/ ketegangan yg meningkat & setelahnya diikuti dng rasa lega
atau puas
• Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit, atau apabila pencabutan rambut
adalah respons thd waham atau halusinasi
• Tidak termasuk : gangguan gerakan stereotipi dengan mencabuti rambut (F98.4)

Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM V, 2013
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Daftar Pustaka
• Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. In Pataki CS, Sussman N, editors. Kaplan
& Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015.
• Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013.
• Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. FKUI :
Jakarta; 2013.

Anda mungkin juga menyukai